❕Read it at your own risk!❕
Seorang pemuda yang tak sadarkan diri terbaring tak berdaya di atas sebuah tempat tidur. Tubuhnya yang telanjang bulat tampak penuh luka lebam. Seprai yang awalnya menutupi seluruh permukaan tempat tidur, kini berantakan dan dipenuhi dengan bercak darah kemerahan di beberapa bagiannya. Sedangkan lantai kamar, pakaian berserakan di sana-sini.
Tempat tidur sedikit berderit ketika pemuda naas itu mulai menggerakkan tubuhnya yang terasa ngilu. Udara dingin dari pendingin ruangan yang langsung mengenai kulitnya membuat sosok jangkung itu sedikit merinding dan akhirnya ia-pun membuka matanya. Sambil meringis kesakitan, pemuda itu menatap langit-langit kamar hotel tempatnya berada dan setetes airmata mulai menetes dari sudut mata indahnya.
Dia berusaha menggerakkan tangan kanannya untuk meraih telepon genggam yang berada di atas meja dekat tempat tidur. Jari jemarinya yang bergetar terus menekan salah satu nomer dalam kontaknya.
"Yoboseyo...," terdengar suara mengantuk dari seberang saluran telepon.
"Renjun-ie,...," pemuda yang kini sudah duduk di tepi tempat tidur berusaha menahan tangisnya sekuat tenaga. Ia tidak ingin orang yang sedang diajaknya bicara semakin mengkhawatirkannya.
"Yah, Na Jaemin Neo eodiya? Kemana saja kau? Kenapa kau tidak pulang?" berondongan pertanyaan dari pemuda bernama Renjun hanya membuat airmata Jaemin menetes.
Dengan suaranya yang berubah parau, Jaemin berkata,"Njun…Renjun..ie, bisakah kau men..menjemputku di Dream Hotel?"
Hening sesaat.
Jaemin bisa merasakan tubuhnya kini bergetar hebat. Ia mendengar sedikit teriakan dan bentakan dari telepon yang masih digenggamnya. Pasti Renjun sedang berusaha untuk mengomeli Lucas. Ia sudah tahu tabiat sahabatnya yang satu itu.
"Jaemin-ah, bisakah kau menunggu kami di lobi? Kami akan segera ke sana."
"Ne," sambil terus menggigit bibir bawahnya kuat-kuat untuk menahan tangis, Jaemin menjawab pertanyaan sahabatnya. Sebelum koneksi telepon berakhir, Jaemin samar-samar mendengar Renjun yang menyuruh Lucas untuk segera berangkat menuju Dream Hotel.
Dengan mengumpulkan semua kekuatannya yang tersisa, pemuda jangkung itu mengambil semua pakaiannya yang berserakan di lantai dan mulai mengenakannya satu persatu. Selesai berpakaian, ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dan membasuh mukanya yang dipenuhi dengan air mata dan sejumlah darah yang sudah mengering di sudut bibirnya.
🎬🎬🎬
Sambil tertatih-tatih, Na Jaemin berjalan menuju lobi hotel yang semalam ia datangi bersama salah satu seniornya. Sebisa mungkin, ia berusaha bersikap normal sehingga tidak ada orang yang perlu memperhatikannya. Tangannya mengepal erat di dalam saku jaketnya menahan sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya. Bagaimana tidak? Sekujur tubuhnya terluka dan yang lebih parah, bagian bawah tubuhnya yang paling sakit kini terpaksa harus dibalut celana jeans ketat yang menambah rasa perih yang dirasakannya.
Untungnya, Jaemin tak perlu menunggu lama karena saat ia hendak duduk di salah satu sofa tempat tunggu, ia sudah melihat seorang pemuda berambut warm blonde berlarian ke arahnya. Jaemin berusaha bersikap wajar sambil melambaikan tangannya menyambut kedatangan dua sahabatnya.
"Yah Na Jaemin! Apakah kau berusaha membuat sahabatmu ini mati karena serangan jantung sedangkan kau disini enak-enakan seperti ini?" Renjun yang selalu mengomel saat merasa khawatir segera meledak di hadapan Jaemin.
"Renjun-ie, mianhae," sambil mengeluarkan jurus puppy eyes andalannya, Jaemin memegang lengan kanan Renjun tanda penyesalannya.
Tak berapa lama datang Lucas yang menunjukkan ekspresi tak kalah khawatir dari si pemuda berambut warm blonde.
KAMU SEDANG MEMBACA
🔞That Should Be Mine (Nomin)🔞
FanfictionSeorang pemuda yang tak sadarkan diri terbaring tak berdaya di atas sebuah tempat tidur. Tubuh tanpa busananya tampak penuh luka lebam. Seprai yang awalnya menutupi seluruh permukaan tempat tidur, kini berantakan dan dipenuhi dengan bercak darah kem...