Chapter 16

1.7K 157 11
                                    

Supermodel Na Jaemin tertangkap kamera sedang berkencan dengan seorang pria di taman dekat Sungai Han. Pria yang banyak dipuja kaum hawa ini ternyata gay. Yang mengejutkan lagi pria yang dikencaninya adalah mantan model yang dipecat dari agensi yang sama dengannya karena terbongkarnya skandal seks.

--------------------------------------------------------

Menjadi bahan pemberitaan sudah tidak asing lagi bagi seorang Na Jaemin. Apalagi setelah namanya kian meroket karena fashion show empat tahun yang lalu. Tapi, diberitakan dalam sebuah berita sarat skandal adalah hal baru baginya. Pemberitaan memang bagaikan pisau bermata dua bagi semua pekerja dunia hiburan. Dengan pemberitaan bisa mengangkat orang yang bukan siapa siapa menjadi terkenal. Akan tetapi, pemberitaan juga bisa membuat orang terkenal menjadi bukan siapa-siapa.

Pemuda berambut hitam itu sesaat hanya terbengong menatap layar televisi yang masih saja menampilkan adegan dimana ia bermanja-manjaan kepada Jeno semalam. Ia tidak tahu kalau ada paparazzi yang berhasil mengabadikan momen itu. Sekarang, haruskah ia bersyukur atau justru khawatir?

"Jaemin-ah, mianhae," kali ini suara serak Jeno berhasil menarik perhatian kelima pasang mata yang ada di ruangan tersebut, termasuk Jaemin.

"Jen," Jaemin tidak tahu kenapa Jeno harus meminta maaf padanya. Rasanya sudah terlalu sering ia mendengarkan Jeno mengucapkan maaf, membuatnya bosan,"Waegurae?"

"Semua karena salahku. Seandainya aku tidak mengajakmu berduaan di sana semalam, semua ini tidak akan terjadi. Tidak akan ada paparazzi yang tahu," nada itu lagi. Kenapa Jeno harus selalu berakhir dengan menggunakan intonasi bersalah seperti itu. Sudah jelas itu bukan salahnya, lalu kenapa pengusaha itu selalu menyalahkan dirinya sendiri.

"Jen, itu bukan salahmu. Kau tau betapa senangnya aku bertemu denganmu setelah bertahun-tahun lamanya. Aku tidak ingin euforia yang kurasakan semalam cepat berakhir. Itulah sebabnya aku mencoba mengulur waktu untuk terus bersamamu. Aku takut semua yang terjadi semalam hanyalah mimpi. Dengan bersamamu semalaman, aku mencoba meyakinkan diriku sendiri kalau kau benar-benar di hadapanku bukan sekadar ilusi dan semua yang terjadi benar-benar nyata. Jadi kau tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri," tangan kurusnya mengelus lengan kekar sang pengusaha yang memandang kekasihnya dengan tak percaya.

"Tapi, menjadi gay di depan khalayak umum saja sudah dipastikan akan banyak tanggapan negatif tentang itu. Apalagi semua orang tau kau berkencan denganku. Mereka akan mengecapmu jelek karena aku. Karena semua skandal yang pernah kubuat. Aku tidak bisa membiarkan mereka menganggapmu sama sepertiku," diraihnya tangan kurus itu ke dalam genggamannya.

Tubuh besar Jeno bergetar. Ia merasa marah, sedih, khawatir, juga menyesal. Seandainya dulu ia tidak pernah berbuat kejahatan sebesar itu, pasti hidupnya sekarang akan damai. Seandainya dulu ia tidak suka mengencani wanita untuk main-main saja, pasti sekarang ia bisa menikmati hidupnya dengan benar. Tapi apa mau dikata. Semuanya telah terjadi. Dan penyesalan selalu muncul di akhir cerita.

"Yah! Yah! Hentikan percakapan menyedihkan itu!" Lucas yang masih nyaman di atas ranjangnya membuat Jaemin dan Jeno mengalihkan pandangan mereka pada sosok pria tinggi yang masih berstatus pasien di rumah sakit itu.

"Apakah kau punya ide Lucas ge?" Renjun berjalan menuju kekasihnya dengan penuh harap.

"Tentu. Kalian tidak perlu khawatir akan berita semacam itu."

"Bagaimana kami tidak khawatir. Semua ini berkaitan dengan karier Jaemin dan juga Jeno," Mark ikut menyahut.

"Mark Lee, tenang dulu!"

Haechan kini sudah berada di samping kekasihnya untuk menenangkannya sesuai perintah Lucas,"Tenanglah jagiya, dengarkan dulu apa yang akan dikatakan Lucas Hyung."

🔞That Should Be Mine (Nomin)🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang