Chapter 18🔞

4.9K 140 2
                                    

Jeno POV

"Kenapa buku yang kau baca terbalik?" Jaemin yang baru selesai mandi masih mengenakan bathrobe menghampiriku yang sedang membaca buku di atas tempat tidur. Dengan terburu-buru, kubalik buku yang masih bertengger manis di tanganku sambil melemparkan senyum kikuk. Aku tak ingin pria manis ini mengetahui kalau aku sedang melamunkan apa yang terjadi pada kami. Tapi sepertinya Jaemin tidak peduli dan memilih duduk di sampingku sembari menyambar buku yang memang sama sekali tidak kubaca dan meletakkannya ke atas nakas.

"Kenapa bukunya ditaruh di sana?" alis tebalku berjengit melihat tingkah pria manis ini.

"Jelas-jelas kau tidak konsentrasi membacanya, Jen," ucap Jaemin menghakimi. Sebelum aku sempat protes, sang supermodel kembali berujar,"Jen, tidak usah banyak pikiran ya? Semuanya pasti akan baik-baik saja!" sirat mata itu, begitu teduh dan menghilangkan semua emosi yang berkecamuk di hatiku. Keadaan sekarang sungguh lucu. Bagaimana bisa? Seharusnya aku yang menenangkan Jaemin, bukan sebaliknya.

"Hem, seharusnya aku yang mengatakan hal seperti itu Na," kusilangkan lengan sedikit emosi dengan kebaikan hati kekasihku. Memang, punya pacar yang sangat baik itu kadang menyusahkan. Seharusnya Jaemin menunjukkan ekspresi marah atau sedih karena konferensi pers beberapa jam yang lalu, tapi di sini dia justru melemparkan senyum seperti orang gila. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

"Tidak penting siapa yang mengatakan," tentu saja menurutku itu penting. Aish anak ini, aku kan juga ingin menjadi kekasih yang baik baginya. Tetapi sebelum sepatah kata pun keluar dari mulutku, ia menggenggam kedua tanganku,"Kau akan tetap di sini kan, Jen?" kenapa dia menatapku dengan tatapan menyelidik seolah dia takut aku akan meninggalkannya lagi.

"Aku tidak akan kemana-mana Na," sekarang tanganku balik menggenggam kedua telapak tangannya yang lebih kecil dari punyaku. Hangat. Inilah yang selama ini kucari. Kehangatan dan cinta. Terima kasih Tuhan, Engkau telah mengirimkan pria ini ke hadapanku walaupun pertemuan kami bukanlah awal yang baik.

Pancaran kebahagiaan memenuhi iris matanya. Seulas senyum kecil terukir di bibirku, tanganku perlahan menyentuh pipinya mesra, membelainya memberikan kepastian bahwa aku akan ada di sini, bersamanya, selalu.

Entah sejak kapan kami sudah bergumul seperti ini. Bibir saling memagut, lidah saling berduel, dan tangan saling meraba. Ikatan pada bathrobe Jaemin juga sudah terlepas menampilkan pemandangan yang selalu bisa membuatku tergoda. Kulit putih dan mulus itu minta dihias dengan tanda keunguan, tahi lalat yang tercetak manis di bagian bawah lehernya menggoda imanku, dan lihatlah betapa nakalnya pemuda ini yang tidak mengenakan apa pun dibalik bathrobe-nya.

"Kau sengaja menggodaku, kan?" pertanyaan itu meluncur begitu saja saat kami berhenti berciuman. Jaemin yang masih berada di depan tubuhku tersenyum nakal membuat sudut bibirnya melengkung sempurna seperti seekor kucing. Sembari mendekatkan wajahnya ke arahku, lengannya memeluk leherku mesra, dia berbisik,"Tentu saja, Jen."

Kedua tanganku memegang pinggangnya dan menariknya makin mendekat. Kalau dia sudah menawarkan, tentu saja aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan berharga ini. Entah kapan lagi Jaemin akan bersikap seperti ini. Saat bibir kami sudah hampir tanpa jarak, kekasihku itu kembali bersuara,"Aku hanya akan menggodamu seorang, Lee Jeno. Jadi, mulai sekarang kau juga hanya boleh menggodaku. Arra?"

Aku sangat menyukai Jaemin yang penuh percaya diri seperti ini walaupun aku tetap tidak bermasalah dengan sisi pemalunya. Kepalaku otomatis mengangguk dan Jaemin langsung menghadiahi bibirku dengan sebuah ciuman maut. Bibir tipis itu menempel di bibirku dan seolah sebuah sengatan listrik mengalir ke bagian bawah tubuhku. Lidahnya mulai bergerilya mengajakku untuk membuka mulut dan berduel. Tentu saja langsung aku layani permintaannya.

🔞That Should Be Mine (Nomin)🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang