Chapter 11

2.5K 244 3
                                    

Jeno POV

Aku terduduk di lantai rumah sakit bersandar pada dinding yang dingin dan keras. Aku tidak memperhatikan suasana sekelilingku karena pandanganku hanya terfokus pada pintu ruang emergency yang masih tertutup rapat. Kedua tanganku menutupi wajah menandakan betapa frustrasinya diriku. Keramik lantai rumah sakit yang memantulkan bayangan wajahku menjadi pemandangan yang sangat menarik semenjak aku tiba di sini. Kulihat dalam bayangan itu wajah iblis yang siap menebarkan benih kejahatan dan menyebarkan kesengsaraan.

Samar-samar aku mendengar tangis Renjun yang sudah berhenti serta obrolan beberapa orang di dekatku, mungkin Mark Hyung, Johnny Hyung, atau siapapun. Kuperhatikan kedua tanganku, tangan yang telah menyiksa pemuda tidak bersalah yang sekarang terbaring di balik pintu itu. Tangan yang telah menyakitinya, telah memaksanya melakukan perbuatan yang tidak ia sukai, telah menorehkan luka di jiwa dan raganya. Tangan ini, seharusnya lenyap dari muka bumi ini. Ah, ani, seharusnya seluruh tubuh ini hilang dan masuk ke neraka. Oh God, bahkan neraka masih terlalu bagus untukku.

Aku masih ingat saat pertama kali bertemu dengan Jaemin, pemuda itu. Dia tersenyum sangat manis walaupun dia sedikit gugup karena itu adalah pertama kalinya ia menyapa senior di perusahaan. Senyumnya, ya senyum itu selalu terbayang di ingatanku tiap kali aku bertemu dengan Jaemin. Dia pemuda polos yang selalu tersenyum walaupun selalu kubalas dengan ekspresi tidak senang. Dia selalu berusaha menyapaku walaupun tidak pernah sekalipun kubalas sapaannya.

Jaemin, Na Jaemin, kenapa aku harus bertemu dengan orang sepertimu di dunia ini? Tanpamu saja hidupku sudah tak berharga, kenapa kau juga membuatku semakin tidak berharga? Kenapa kau membuatku menjadi orang jahat? Kenapa ada orang sebaik dirimu yang harus tersakiti oleh orang sepertiku? Kenapa dan kenapa kau telah membuatku jatuh cinta padamu? Kenapa kau membiarkan aku mencintaimu Jaemin-ah?

Krekkk

Suara pintu ruang emergency terbuka dan langsung saja mengalihkan perhatianku. Aku yang terduduk segera berdiri dan menatap seorang dokter yang keluar dari dalam ruangan. Lucas Hyung dan Mark Hyung berjalan pelan menuju sang dokter dan bertanya tentang sesuatu yang tidak bisa kudengar dengan jelas dari tempatku berdiri. Yang kutahu hanya sahabatku dan pemuda tinggi menjulang itu mengangguk beberapa kali dan menatap ke arahku sekali. Apa yang sebenarnya terjadi?

Setelah beberapa saat, sang dokter pergi meninggalkan kami semua menuju ruangannya. Lucas akhirnya berkata,"Jaemin sudah sadar sekarang, ia ingin bertemu dengan Jeno," ucapnya membuat semua orang yang ada di tempat itu menatap tajam ke arahku. Aku sendiri pun kaget karena Jaemin ingin menemuiku.

"Jeno-ya, Jaemin ingin bicara berdua denganmu," sekali lagi Lucas berkata.

"Yah, tidak seharusnya Jaemin bertemu lagi dengan bajingan ini," Renjun berteriak seraya mengarahkan telunjuknya dengan marah padaku.

"Babe, sabar sedikit. Jaemin yang meminta hal itu. Dia pria dewasa, biarkan dia melakukan apapun yang ia suka selama kita masih bisa mengawasinya," dengan tenang Lucas berusaha menenangkan kekasihnya yang sedikit-sedikit meledak.

"Kau ingat apa yang sudah dilakukannya pada Jaemin? Dia sudah terlalu banyak menyakitinya. Dia seharusnya masuk penjara karena perbuatannya. Kita sudah salah memberinya kesempatan untuk berubah," Renjun berusaha memberontak dari pelukan Lucas.

Johnny Hyung dan Ten Hyung yang sama sekali tidak tahu tentang apapun yang terjadi sedikit terlonjak mendengar pernyataan Renjun mengenai aku yang seharusnya ada di penjara. Mereka bingung tindakan apa yang sebenarnya telah kulakukan sehingga Renjun bisa sebegitu marah dan bencinya padaku.

"Renjun, biarkan dulu Jeno bertemu dengan Jaemin. Lagipula, kalau terjadi apa-apa kita semua ada di sini. Kita bisa bertindak cepat kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan," Haechan yang berdiri tidak jauh dari Mark Hyung mencoba memberikan solusi.

🔞That Should Be Mine (Nomin)🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang