- Nadila
Selesai kuliah hari ini Nadila langsung pulang ke kosan bersama Astrid dan Nilam yang ikut dengannya . Sore ini, mereka akan melakukan pesta grill sebagai perayaan Astrid yang baru saja menyelesaikan seminar proposalnya. Sesampainya di kosan, Astrid meletakan begitu saja belanjaan yang ia bawa dan langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur Nadila.
"Haaaa.... Akhirnya! Gua bisa lega juga setelah berjam-jam gugup." Seru Astrid membuat Nadila dan Nilam tertawa.
"Seneng banget siiih, padahal masih ada sidang akhir menanti hahaha..." sindir Nilam.
"Iya nih, padahal ini awal dari penderitaan dimulai hahaha.." Nadila yang sedang berganti baju ikut menyahut.
Astrid melemparkan tatapan sarkas ke arah kedua sahabatnya itu, lalu mendengus. "Dasar, huh! Bisa-bisanya kalian mah merusak kebahagian orang."
Melihat Nadila yang sudah ganti pakaian, Astrid jadi ingin mengganti pakaiannya juga, ia merasa repot dan akan gerah jika melakuka grill dengan pakaiannya formalnya saat ini.
"Guys! Gua mau baju dulu deh, engga leluasa banget pakai rok begini. Nilam, lu mau sekalian pinjem baju engga? Atau mau pakai yang Nadila?" ujar Astrid.
"Yang Nadila aja deh. Boleh 'kan, Nad?"
Nadila mengangguk dan menunjuk ke arah lemari menggunakan dagunya. "Boleh, ambil aja disitu." Mendengar itu, Nilam segera berjalan ke arah lemarin dan Astrid langsung beranjak dari kasur dan mengambil tasnya, lalu pergi menuju kamarnya.
Sambil menunggu teman-temannya berganti pakaian, Nadila menyiapkan bahan-bahan yang sudah di beli tadi. Ia juga mengeluarkan satu set alat pemanggang lengkap dengan kompor table serta tabung gasnya dari bawah tempat tidurnya dan mulai memasangnya. Namun, tidak lama Nilam memanggilnya.
"Nadila, ini punya siapa?"
Perempuan itu menoleh, matanya langsung tertuju pada sweater berwarna abu-abu dengan tulisan "BURGERKILL" di belakangnya. Seketika Nadila berdiri dan menyambar barang tersebut dari tangan Nilam.
"Anjir! Nadila, kaget tau!" seru Nilam reflek mengambil langkah mundur.
"NILAAAM! Kamu nemu ini dimana?"
"Disitu, kenapa emang sih?"
Nadila menoleh ke arah tumpukan baju yang terdalam yang ditunjuk oleh Nilam. Pantas saja waktu itu ia cari-cari tapi tidak pernah ketemu, ternyata ia lupa jika ia menaruhnya bersama tumpukan baju yang sudah tidak dipakai.
Ia berbalik ke arah Nilam dan memeluknya tanpa aba-aba. "Thank you Nilaaaam! Akhirnya ketemu juga." ucapnya.
"Nadila! Gu-gua engga bisa nafas!" Nadila langsung melepaskan pelukannya dan meminta maaf pada Nilam, ia reflek melakukan hal itu karena saking senangnya.
Nilam memicingkan mata dan menatap intens ke arah Nadila. Entah mengapa ia merasa ada yang disembunyikan oleh Nadila selama ini. Karena penasaran, ia langsung menodong dengan pertanyaan soal barang yang kini dipeluk oleh Nadila.
"Bau-baunya ada cerita di balik sweater ini. Apa hayo?! Kasih tau gua Nadila!"
Nadila mencoba mengendus sweateri itu. Walau sudah tidak tercium wangi apapun, namun di dalam kepalanya ia masih ingat jelas wangi woody bercampur vanilla yang sangat lembut yang membawanya bernostalgia ke 3 tahun lalu. Ketika ia sedang jalan pulang dari kegiatan orientasi mahasiswa kampus.
"Nanti gua ceritain, sekarang kita siapin bahan-bahan dulu takut keburu sore."
*****
Bandung, Agustus 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANCARONA
Teen Fiction"Kita tak pernah mengerti bagaimana cara alam mempertemukan manusia satu dengan lainnya. pada beberapa kesempatan dalam suatu perjalanan. Garis waktumu akan bersinggungan dengan milik orang lain, hingga membetuk satu titik temu." ***** Ini cerita te...