DUA : Usaha untuk Melupakan

154 40 27
                                    

"Jangan menyesalkan masa lalu dan jangan pernah menyumpahkan yang akan terjadi. Karena setiap ada bahagia baru yang tercipta, akan selalu ada kenangan yang harus kamu lupakan." 

- Nadila Raisya


Siang ini Nadila sengaja mengunjungi Fakultas Komunikasi untuk makan siang bareng sahabatnya, Astrid dan Nilam. Awalnya semua masih terasa normal ketika ia berjalan menelurusi fakultas tersebut, namun sesampainya di depan kantin kejuruan mereka, Nadila dibuat tercengang ketika melihat orang-orang duduk berjajar di lorong sambil merokok dan terlihat bodo amat, walau tahu area yang mereka tempati adalah akses utama menuju kantin, ada juga yang berdiri di atas meja sambil bernyanyi dan dikerumuni oleh mahasiswa lain layaknya sedang konser, tempat ini benar-benar berbeda dengan di fakultasnya. Ini kali pertama baginya mengunjungi kantin kejuruan FIKOM, Nadila tidak menyangka sangat ramai sampai-sampai membuatnya kebingungan sendiri, apalagi dia harus mencari keberadaan dua sahabatnya di sana.

'Coba kasih kabar mereka deh.' Karena tidak kunjung menemukan Astrid dan Nilam, Nadila berniat mengirim pesan Whatsapp ke mereka. Namun, belum sempat mengambil ponselnya di dalam tas, seseorang memanggil namanya.

"Nadila!"

Nadila menoleh dan melihat Astrid melambaikan tangan, ia pun segera menghampirinya.

"Sorry yaa, gua telat," ucap Nadila.

"Santai aja, gua sama Astrid juga baru datang kok. Sini duduk Nad." balas perempuan berambut bleaching yang menarik bangku samping dan menyuruh Nadila duduk, dia adalah Nilam. "Eh, lu mau nitip pesen apa? Biar sekalian, gua mau ambil pesenan gua sama Astrid." lanjut Nilam yang menawarkan diri dengan sukarela.

Nadila langsung mengangguk, "Nilam baik banget sih! Aku mau batagor sama jus alpukat aja, tolong yaaa." ucapnya.

Nilam mengedipkan sebelah matanya sekali sambil menunjukkan jari berbentuk 'O' dan langsung pergi menuju stand jus.

"Lu abis dari mana dulu Nad? Padahal udah setengah jam dari waktu lu bales chat Whatsapp gua, jangan bilang lu nyasar?" tanya Astrid.

Nadila yang sedang mencari ponselnya di tasnya, menoleh ke arah Astrid sambil menggelengkan kepala. "Tadi dompet gua sempet hilang, tapi udah ketemu lagi kok," jelasnya

Mendengar hal itu, Astrid sempat terkejut sekali gua namun langsung menghela nafas lega, "Syukurlah kalau udah ketemu, engga ada yang hilangkan? Eh iya, nanti malam jangan lupa ya, Nad." ujarnya.

Nadila mengerutkan dahi, mencoba mengingat janjinya dengan Astrid, namun ia lupa. Dan ketika hendak bertanya, padangannya teralihlan ke arah Nilam yang baru saja kembali dengan membawa satu nampan penuh pesanan mereka.

"Thank you, Nilam," ucap Nadila menerima batagornya.

"Sama-sama... Eh, emang malam ada acara apaan? Kok, gua engga diajak sih. Jahat banget kalian," tanya Nilam penasaran.

"Nad, tolong saus sama sambal," pinta Astrid Astrid, lalu menoleh ke arah Nilam. "Ini gua mau ngenalin Nadila sama teman gua si Rizki itu loh, yang kemarin gua ceritain ke lu Lam," jelasnya.

Tanpa aba-aba Nilam langsung memeluk Nadila dengan amat senang, "Akhirnya! Teman gua satu ini ada kemauan buat move on juga!" serunya membuat Nadila reflek menutup telinga.

"Apaan sih, bawa-bawa move on segala, orang cuma kenalan doang. Lagian, gua hampir lupa kalau Astrid tadi engga bilang," tungkas Nadila.

"Ih, emang benar kali! Ini tuh kesempatan bagus biar lu bisa cepat-cepat lupain si kampret Adam..." Raut wajah Nadila seketika berubah murung, wanita itu langsung terdiam kala Nilam menyebutkan nama orang itu. Orang yang beberapa waktu lalu masih menjadi pola bahagianya. Dan kini, entah mengapa, tiba-tiba saja berubah menjadi coretan luka di hati yang sangat sulit untuk dihapus.

PANCARONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang