Sepuluh - Reminiscene

53 19 7
                                    

"Iya juga sih, gua lihat disana fasilitasnya kosannya lengkap. Ada wifi sama lobi buat nerima tamu, dan pastinya aman. Makanya Astrid ngekos disana juga," jawab Rizki.

Nadila hanya mengangguk sambil tersenyum seadanya. Tak lama, nada dering ponselnya terdengar dari dalam tas. Ia melihat ponselnya sekilas dan langsung menekan tombol silent.

"Kok, engga diangkat Nad?" Rizki bertanya.

"Engga apa-apa Ki, gua lagi males aja angkat telepon dari dia."

Melihat perubahan ekspresi Nadila yang tiba-tiba menjadi masam membuat Rizki tidak ingin bertanya lebih lanjut, apalagi hal tersebut bersifat pribadi. Untuk saat ini ia hanya bisa mengangguk dan tersenyum. Bagaimana pun Rizki sadar ia belum jadi siapa-siapanya Nadila dan baru mengenalnya kurang dari seminggu.

Nadila menarik nafas panjang dan membuangnya dengan santai, lalu wanita itu mentap ke arah Rizki sambil menompang dagu.

"Jadi, kemana lagi tujuan kita? Kebetulan hari ini gua free, bosan juga kalau langsung balik."

Kalimat Nadila barusan terdengar seperti lampu hijau bagi Rizki untuk semakin mengenalnya lebih jauh. Ia pun langsung berpose berpikir dan tak lama teringat sesuatu.

"Ke festival musik UNPAS yuk! Ada Isyana, HIVI!¸sama Barasuara lho!"

"Ih, itu mah tanggal 14 Rizki, sekarang baru tanggal 4 tauuu."

Rizki langsung menepuk jidat, ia merasa bodoh karena bisa lupa soal tanggalan. "Terus, lu mau ngapain Nad?"

Sebenarnya Rizki tipikal pria yang paling disuruh inisiatif, karena biasanya jika ditanya mau ngapai, atau kemana ia selalu menjawab terserah dan hanya ngikut saja tanpa protes. Dan kali ini ia merasa seperti mendapatkan karma atas segala ke-terserahannya dulu.

"C'mon surprise me, Rizki."

Melihat Nadila yang berucap sambil menampilkan kedua lesung dipipinya, Rizki berusaha untuk tetap tenang walaupun dalam hatinya sudah meletup-letup sambil memikirkan bagaimana untuk menarik perhatian Nadila dengan pilihan kata yang akan ia ucapkan selanjutnya.

"Oke-oke, tapi sebelum itu lo harus jawab beberapa pertanyaan gua." ucap Rizki yang langsung mendapat anggukan dari Nadila.

"Lu lebih suka tempat indoor atau outdoor?"

"Hm, outdoor."

"Lebih suka nonton film atau ngobrol?"

Nadila terlihat berpikir senjenak. "Gua sih lebih suka nonton film, cuma karena lagi engga ada yang pengen gua tonton sekarang ini, jadi kayaknya ngobrol lebih seru."

Aha!

Akhirnya Rizki tahu harus membawa pergi kemana Nadila. Setelah melihat jam dan memastikan tidak ada barang yang tertinggal, Rizki berdiri dan langsung meraih lengan Nadila, membawa gadis itu beranjak dari tempat duduknya.

"Ayo Nad!"

"Kemana Ki?" tanya Nadila.

"Daerah lembah Pakar, gimana?"

"Boleh! Tapi ngapain yaaa?" Nadila penasaran dengan apa yang dipikirkan Rizki saat ini.

Dalam hati Rizki tidak mengira jika ternyata Nadila orangnya easy going. Padahal, ketika pertama kali melihat wanita itu menggunakan dress serta dandanannya. Ia sempat mengira jika Nadila adalah perempuan yang high maintenance dan tidak bisa diajak ke sembarang tempat. Namun ternyata ia salah.

"Surprising you!" Kali ini giliran Rizki melemparkan senyum. Nadila hanya tertawa.

*****

Selama di perjalanan menuju daerah Lembah Pakar terasa aman tanpa macet. Mungkin karena hari biasa jadi tidak banyak orang yang berpergian. Mereka menikmati perjalanan sambil mengiringi lagu-lagu lain dari playlist random milik Rizki dan tidak kalah seru seperti di tempat karaoke.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PANCARONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang