Part 1 : Sebuah Kebetulan

219 47 38
                                    

"Lu kenapa sih, dari tadi banyak diamnya? Udah beberapa kali gua kodein juga." Gerutu Andrean menepuk pundak Rizki.

"Engga kenpa-napa kok, cuma bingung aja sama obrolan anak kedokteran. 15 menit lebih lama disana kayaknya bisa keram otak gua," Rizki hanya menyangkal saja. Kenyataannya, seluruh fokusnya teralihkan oleh hal lain. Dalam hati ia menantang takdir, kalau memang konsep jodoh itu benar seperti yang orang-orang percayai ia pasti akan bertemu kembali dengan wanita tadi.

"Sama sih, gua aja cuma bisa 'iya-iya doang' padahal aslinya engga tau apa-apa hahaha... Yaudah, sekarang mau gimana? mau balik nongkrong di kantin? Apa kita lanjut ke fakultas lain?"

Rizki berpikir sejenak, tidak lama ia merasakan ponselnya bergetar. Ternyata ada notifikasi Whatsapp dari Astrid.

"Iki, bisa ke kafe engga? Bantuin jaga, kasihan Ceyi cuma berdua sama Fajar. Gua harus ke kampus, ada bimbingan sama pak Rohmat saolnya. Pleaseeeeee.... 13:05"

"Nanti gua bikinin Americano gratiss. 13:05"

Setelah membacanya Rizki pun menoleh ke arah Andrean sambil menunjukkan isi chat tersebut.

"Gimana?" tanya Rizki.

Andrean langsung mengangguk, "Boleh! Lumayan ngopi gratis." jawabnya.

Keduanya langsung berjalan menuju motor Andrean yang berada di parkiran sambil melanjutkan obrolan mereka. Saat sedang asyik membahas mahasiswi yang diajak kenalan tadi, kaki Andrean tidak sengaja menendang sesuatu saat melangkah. Rizki yang melihat benda tersebut pun langsung memungutnya.

"Apaan, Ki?" tanya Andrean.

Sebentar Rizki menengamati benda tersebut, mirip seperti hand bag namun bukan, "Kayaknya dompet, tapi punya siapa ya?" ujarnya.

"Coba sini gua cek, siapa tahu ada petunjuk yang punyanya." Karena penasaran, Andrean meraih dompet tersebut dan langsung membuka untuk melihat isinya. Namun keduanya terkejut ketika melihat ada banyak lembaran uang pecahan 100 ribu di dalamnya.

"Anjir! banyak pisan duitnya! duit segini mah bisa dipakai beli beberapa krat bir. Gimana Ki? Mau beli?"

Rizki langsung menoyor kepala Andrean yang mulai lupa dengan tujuannya membuka dompet tersebut. "Jangan aneh-aneh, ini duit orang gobl*k! Heran gua, udah banyak duit masih aja kalap lu Dre," katanya. Andrean terkekeh sambil mengacungkan kedua jari membentuk huruf V.

Kemudian Rizki merogoh setiap sela-sela dompet untuk mencari kartu tanda pengenal atau semacamnya agar bisa mengembalikan dompet tersebut ke pemiliknya. Dan benar saja, ia menemukan kartu tanda mahasiswa yang sudah kusam di dalamya.

'Nadila Raisya,'

Itulah nama yang tertera di kartu tersebut, walau terlihat pudar Rizki masih bisa membacanya.

*****

"Satu milkshake cheese strawberry, satu espresso single shot dan dua cheesecake. Nomor mejanya saya ambil ya."

"Oh iya, Terima kasih,"

"Sama-sama, selamat menikmati." Rizki langsung kembali menuju meja kasir sambil membawa nampan kosong dan nomor meja.

Setelah menaruh kedua barang tersebut Rizki langsung duduk dan bersandar, akhirnya ia bisa bernafas sebentar. Tadi itu adalah pesanan ke 22 yang sudah ia antar, Rizki tidak menyangka kafe akan seramai ini hingga membuat dirinya dan yang lain kewalahan. Mungkin karena hari senin dan dekat dengan kampus perkuliahan, kebanyakan pengunjung yang datang adalah kalangan mahasiswa dan pekerja kantoran yang bersantai menghabiskan jam makan siang, atau hanya untuk menumpang wifi bermodalkan kopi beberapa gelas saja.

PANCARONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang