Prolog

595 126 29
                                    

Seoul 1994

Kedua wanita yang terlihat sebaya menangis dengan tubuh bergetarnya. Keduanya terlihat begitu kacau dan memilukan. Ruang keluarga di kediaman keluarga Park tak sehangat biasanya. Suara isakan terdengar jelas dari kedua bibir wanita yang berada diruangan tersebut.

"Onni. Maafkan aku... Aku mohon tolonglah aku hiks! Jebal!" Jiwon nama wanita itu kembali berucap kalimat yang sama seperti sebelumnya tetap dalam keadaan berlutut dan terus memohon. Tangannya sesekali mengelus perutnya yang sudah mulai membuncit seolah itulah sumber kekuatannya selama ini. Namun tangisan lawan bicaranya semakin pecah tangannya bergetar mendekati wanita bernama Jiwon itu dan memilih untuk diam dalam isakan kerasnya. Tangan Minyoung meraih Jiwon untuk mendekat kearahnya dan memeluknya erat.

"Anak ini harus tetap lahir dan sehat. Aku akan coba berbicara dengan Seojoon",

Inilah awal dari segalanya. Awal bagaimana tuan Park Seojoon memiliki dua istri. Pria itu menyakiti dua hati wanita sekaligus. Keserakahan hatinya melukai kedua wanita yang ia cintai. Meskipun Jiwon si istri muda jelas tahu bahwa Minyoung adalah segalanya bagi Seojoon.

......................................................................

Seoul 2014
Seorang gadis berusia 18 tahun itu bergerak putus asa memasuki rumah yang pernah ia tinggali sebelumnya. Ia menggigit bibirnya ragu beberapa kali berusaha menetralkan segala emosinya dan berpikir susunan-susunan kalimat yang harus ia ucapkan begitu masuk kedalam rumah itu.

"Oh! Nona Sooyoung pulang! Tuan! Nona Sooyoung pulang!", terlihat seorang pelayan menyambutnya dengan sukacita dan berlari cepat menuju ruang kerja Tuan Park. Park Sooyoung nama gadis itu. Gadis yang hidup sebatang kara semenjak kematian ibunya beserta kakak kandungnya, Jinri. Yeri, gadis berdarah Park lainnya bergegas cepat dengan riang segera berlari keluar dari kamarnya begitu mendengar Sooyoung kembali ke rumah mereka. Gadis berusia 16 tahun itu berlari cepat menelusuri tangga dan memeluk Sooyoung begitu mata gadis itu menemukan keberadaan Sooyoung.

"Onni! Akhirnya kau pulang!", Yeri gadis ceria itu berucap penuh semangat dan terlihat sedikit melompat kegirangan. Sooyoung tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya pelan.

"Dimana ayah?", tanya Sooyoung. Senyuman Yeri memudar. Ia tahu bahwa Sooyoung hanya mampir dan tidak kembali. Ini sudah tahun ke 3 Sooyoung berpetualang diluar sendirian. Yaps! Seorang diri.

"Sooyoung? Akhirnya kau kembali. Eomma merin.."

"Kau bukan ibuku", ujar Sooyoung datar. Jiwon kembali terdiam. Itu memang sebuah fakta, tapi ia tak pernah membedakan kasih sayangnya pada anaknya atau pun anak Minyoung. Hatinya adalah yang paling hancur saat tahu bahwa Minyoung meninggal dunia 3 tahun lalu. Dan itulah yang mendorong Sooyoung untuk keluar dari rumah yang Sooyoung anggap neraka.

"Perlukah kau sedingin itu pada eomma?", suara seorang pemuda terdengar dari arah tangga. Nada bicara dan juga ekspresinya saat menatap Sooyoung terdengar jelas bahwa ia tidak menyukai Sooyoung.

"Sudahlah Chanyeol! Sooyoung-a ayo sini. Aku akan memasak untukmu", Jiwon berujar lalu meraih pergelangan tangan milik Sooyoung.

"Yya!!! Park Sooyoung!", Chanyeol kakak tirinya membentaknya keras begitu mendapati ibunya terjatuh karna ketidak seimbangan tubuhnya. Jiwon terhuyung saat Sooyoung menghempaskan tangannya untuk terlepas dari genggaman Jiwon. Yeri bergegas membantu ibunya berdiri dan menatap Sooyoung kecewa.

"AKU TIDAK PERNAH MENGAJARKANMU BERSIKAP SEPERTI ITU PADA ORANG TUA. PARK SOOYOUNG!!!", semua orang yang berada dalam ruang keluarga ini mematung. Seojoon berujar penuh emosi dan ketegasan. Jiwon segera menarik tangan prianya dan menggenggamnya erat. Lalu mengelus bahu suaminya halus. Menenangkan sosok ayah dalam keluarga itu. Sooyoung menatap kearah ayahnya sendu bersamaan dengan Jiwon.

Sooyoung, gadis ini terlalu kecewa pada wanita yang ia selalu anggap baik. Sejujurnya ia tak pernah paham bagaimana ayahnya bisa memiliki dua orang istri dan ia memiliki dua orang ibu. Ia menyayangi Jiwon, layaknya ia menyayangi Minyoung ibu kandungnya. Tapi ia benci akan fakta bahwa ibunya rela mati demi wanita yang melukai ibunya bertubi-tubi dengan merebut suami sahabat sepupu sendiri. Sooyoung terpukul begitu membaca buku harian ibunya tepat setelah minggu pertama kematian ibunya. Di tambah Jinri yang tak kunjung sembuh.

"Apa tujuanmu kesini hari ini?", Seojoon bertanya pada putrinya tanpa basa-basi. Sooyoung tampak ragu untuk menjawab. Sejujurnya ia terlalu malu bahkan untuk meminta haknya sebagai anak.

"A.. Aku... Ayah bolehkah aku meminta 1 juta won bulan ini? A. Aku harus membayar uang pengobatan Jinri dan... Aku kehilangan pekerjaan paruh waktuku", jelas Sooyoung.

"Sebentar. Eomma akan ambilkan", Jiwon bergerak cepat menyusuri tangga. Namun pada anak tangga ke 5 langkahnya terhenti.

"Aku tidak berbicara denganmu ahjumma", ujar Sooyoung datar. Sontak telapak tangan lebar itu mendarat tepat pada pipi kanannya.

"APPA!", Chanyeol dan Yeri berucap bersamaan dan segera mendekati Sooyoung. Sooyoung menatap ayahnya datar. Ia dapat merasakan sudut bibirnya berdarah saat ini. Jiwon terdiam ditempat. Isi pikirannya kosong. Wanita itu terduduk putus asa pada anak tangga itu. Ia tidak menyangka kejadian ini akan terjadi.

"Kau datang dan pergi kerumah ini seenaknya. Kau bersikap tidak sopan pada istriku. Kau hanya datang untuk membuat kegaduhan! Kau pikir apakah kami bank? Atau kami sumber uang saja?!", suara Seojoon kembali meninggi langkahnya semakin mendekat pada Sooyoung. Chanyeol spontan berjalan maju seolah menghalangi sang ayah untuk tidak mendekati Sooyoung.

"Sudahlah appa. Tenangkan dirimu", ujar Chanyeol. Yeri dan Sooyoung bergandengan dengan erat. Yeri begitu panik saat ini. Ini bukan pertama kalinya ia menghadapi atmosfer situasi seperti ini.

"Biar aku tidak berbuat kegaduhan sebaiknya berikan aku uang itu dengan cepat. Agar aku dapat pergi dari sini dengan cepat dan keluarga sempurna nan bahagia kalian tidak terganggu", Sooyoung berujar datar tanpa keraguan. Pandangannya kosong namun tajam tertuju pada ayahnya. Chanyeol menepuk jidatnya frustasi.

'Sial! Ia malah memperburuk suasana', Chanyeol menggerutu frustasi dalam batinnya.

"Jadi beginikah caramu?", tanya Seojoon penuh kekecewaan. Sooyoung mengangguk.

"Yeri menyingkirlah!", Yeri menggeleng cepat dan malah merapatkan tubuhnya semakin dekat dengan Sooyoung.

"KUBILANG MENYINGKIR!", teriak Seojoon.

"Ayah sudahlah. Jangan seper...",

"Park Chanyeol! Tolong ambilkan cambuk kuda milik appa!", mata keempat orang dalam ruangan ini membulat sempurna.

"Tidak! Aku tidak mau ayah!", Chanyeol bergerak cepat menahan tubuh ayahnya untuk menjauh dari Sooyoung.

"SOOYOUNG KKA!! PERGILAH CEPAT!", Chanyeol memberikan instruksi sambil berteriak. Sooyoung menangis kali ini. Yeri melepaskan genggamannya pada Sooyoung dengan berat. Yeri mulai terisak. Dan gadis itu mulai menuruti apa kata Chanyeol kali ini. Ia membalikkan tubuhnya dan berlari menuju pintu keluar dari rumah itu.

"LEPASKAN AKU! AKU HARUS MENGAJARI PUTRIKU DENGAN BAIK! LEPASKAN AK",

'Aku? Putrimu?',

Sooyoung menghentikan langkahnya dan berbalik menatap tepat kearah ayahnya.

"Begitukah caramu mengajari putrimu? Aku dan Jinri... Mulai saat ini hanya akan meminjam margamu saja Tuan. Terimakasih", Sooyoung menangis sesenggukan. Sedangkan sang ayah terdiam. Chanyeol menghela nafas lega karna ayahnya tak lagi bersikeras untuk menyusul Sooyoung yang kini berjarak 2 meter dari mereka.

"Aku dan Jinri bukan bagian keluarga ini lagi. Ja.."

"Kenapa kau berbicara seperti ini Park Sooyoung?!", emosi Chanyeol terpancing.

"Jangan pernah pedulikan kami lagi. Aku..."

"HENTIKAN ONNI. JEBAL!", Yeri berlari mendekati Sooyoung dengan sesenggukan.

"MULAI SAAT INI AKU BUKAN BAGIAN DARI KALIAN!!!"

TBC

.............................................................

Semoga kalian suka yaa! Author bahkal up lebih cepat kalo respon dari kalian positive. Jangan lupa vote n komen nya ya 😉

BRITTLE ( VJOY ) MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang