Mata lentik itu tertutup rapat. Tubuh indahnya terkapar dengan gerakan-gerakan gelisah tak beraturan. Peluh setetes demi setetes bermunculan pada kening mulus miliknya. Lagi, si bungsu Yeri terbangun. Ia menghela nafas kasar entah karna lega ataupun putus asa. Mimpi itu bukan pertama kali datang padanya. Tepatnya yang ia alami adalah memori kenangan yang berulang kali mengganggu pikirannya bahkan disaat ia tidur. Ia mulai meringkuk. Tubuhnya mulai bergetar. Isakan-isakannya mulai terdengar.
'Aku butuh onni', Sooyounglah yang mengisi penuh pikirannya saat ini.
......................................................................
"Onni. Kau baik-baik saja?", Doyeon berjalan memasuki ruang makan dengan seragam sekolah lengkapnya. Sooyoung menganggur kikuk.
"Entahlah perasaanku sedang tidak enak. Bisakah kau membolos hari ini dan menemaniku seharian disini?", tanya Sooyoung.
"Tidak", suara pria satu-satunya di mansion itu muncul. Membuat Doyeon dan Sooyoung memutar bola mata mereka secara kompak.
"Cih. Lihatlah kelakuan kalian sungguh persis", ujar Taehyung sambil meraih roti yang akan segera Doyeon lahap sebenarnya.
"Oppa!", protes Doyeon.
"Ponselmu berbunyi. Angkatlah", ujar Taehyung. Sooyoung termenung. Perasaannya mendadak berdebar lebih kencang dari sebelumnya. Wajahnya semakin tidak enak. Taehyung menatapnya khawatir.
"Perasaanku semakin tidak enak", ujar Sooyoung.
"Maka dari itu onni! Kau harus cepat mengangkatnya", ujar Doyeon. Sooyoung mendengarkan saran dari gadis itu dan segera mengangkat telfon itu. Taehyung menatap Sooyoung dengan tatapan meneliti. Seolah perasaan tidak enak milik Sooyoung menular kepadanya akhirnya pria itu menyerah dengan keadaan.
"Kau tidak usah sekolah hari ini"
"Hah?! Apa?!", tanya Doyeon tidak percaya.
"Kau tidak tuli kan? Adikku sayang",
Mata elang milik Taehyung masih terus menatap kearah Sooyoung. Wanita itu terlihat gelisah sampai saat dimana sebuah gelas mengalihkan pandangan Taehyung dari Sooyoung dan membuat tubuh Taehyung refleks terdorong untuk menyelamatkan gelas kaca yang hampir saja akan jatuh dan melukai Sooyoung.
"Kau baik-baik saja?", tanya Taehyung panik. Sooyoung menggeleng. Wanita itu hanya diam ditempat. Taehyung mendudukan dirinya pada kursi tepat disamping wanita itu. Sooyoung terlihat begitu linglung namun tatapan Taehyung dan dirinya bertemu. Taehyung tahu pasti jawaban dari pertanyaannya saat ini.
"Tenangkan dirimu. Doyeon akan tinggal bersamamu hari ini. Aku akan bersiap-siap ke kantor", Taehyung mengusap pundak milik Sooyoung beberapa kali seolah-olah ingin memberikan ketenangan lewat usapan itu. Pria itu bangkit dari duduknya. Belum sempat pria itu melangkah Sooyoung meraih tangan pria itu untuk tinggal.
"Aku..."
"Ya?", tanya Taehyung memastikan. Sooyoung menunduk kali ini. Namun Taehyung dapat merasakan genggaman wanita itu pada tangannya semakin erat. Satu menit berlalu namun Sooyoung tidak mengatakan apapun. Taehyung kembali duduk pada kursinya.
"Doyeon-a. Tolong turun ke lantai dasar dan katakan pada Eunwoo untuk membatalkan rapat hari ini. Lalu katakan padanya aku tidak ke kantor", Doyeon menganggur mengerti. Ia tahu Sooyoung tidak baik-baik saja. Tangan Taehyung satunya yang tidak tergenggam terulur mendorong tubuh Sooyoung untuk mendekat kearahnya.
"Tidak ada yang melarangmu menangis. Menangislah",
"Maafkan aku... Hiks... Maafkan aku..", Taehyung mempererat pelukannya pada Sooyoung menepuk pelan pundak wanita itu menenangkan wanita itu. Ia tahu bahwa hubungan mereka berdua tidak nyata. Dan keduanya entah mengapa selalu melindungi satu sama lain.
"Kau akan baik-baik saja", ucap Taehyung. Sooyoung menggeleng dalam pelukan itu.
"Aku akan memastikan kau baik-baik saja. jika kau merasa tidak baik-baik saja. Maka aku akan membuatmu baik-baik saja", isakan Sooyoung perlahan-lahan melambat. Sooyoung menatap Taehyung putus asa begitu pelukan dari pria itu merenggang.
"Adikku..."
"Tolonglah adikku Tae. Jebalhh"
......................................................................
"Dimana ibuku?", tanya pria kangkung itu. Dengan pelipis yang terlihat basah dengan adanya butiran-butiran keringat. Pria itu terlihat begitu tergesa-gesa.
"Sudah dibawa ke rumah sakit, tuan muda", jelas pelayan keluarga Park tersebut dengan santun dan sedikit gugup. Pelayan itu tahu atmosfer keluarga ini tidak baik sejak kemarin malam. Ya meskipun setiap ada Sooyoung ataupun Chanyeol dirumah ini atmosfer memang tidak akan baik. Tapi camkan, semalam tidak ada mereka berdua. Pria itu segera lanjut melangkah cepat memasuki tempat dimana ia dibesarkan. Chanyeol berlari cepat menyusuri tangga dan tanpa babibu memasuki ruang kamar adik perempuan terkecilnya disana. Yeri meringkuk dan menangis tersedu-sedu. Chanyeol menghela nafas lega ketika menyadari adiknya memiliki keadaan yang lebih baik dari yang ia bayangkan. Yang terlihat mengganggu hanyalah ujung bibir sebelah kanan yang terlihat lebam dan luka. Chanyeol bergerak cepat memeluk Yeri dengan erat.
"Oppa..", percayalah. Suara puteri kecil keluarga Park tak pernah semenyedihkan ini. Chanyeol menahan dirinya sekuat mungkin untuk tak lagi meneteskan cairan laknat dari matanya.
"Gwenchana. Kau akan baik-baik saja", Yeri menggeleng cepat. Dan terisak semakin kencang.
"Oppa.. Aku mengecewakan semua orang oppa.. Mianhae.. Hiks... Mianh",
"Siapa dia? Siapa yang melakukan ini denganmu?", Yeri terdiam dan menjauhkan dirinya dari Chanyeol.
"Katakan! Park Yeri! Siapa dia?", tekan Chanyeol.
"Kukira kau datang untuk menolongku oppa! Kau sama saja seperti ayah dan ibu",
"Kami harus tahu Yeri! Dengan itu kami akan menolongmu",
"Kalian akan menyakitinya. Aku tidak mau!", Yeri terus terisak putus asa meskipun tetap dengan keras kepalanya.
"Soo-ah. Kau pulang?",
"Kau menyakiti adikku kali ini ayah! Apa yang kau lakukan padanya? Kau memukulnya seperti kau memukulku? Atau mematahkan tangannya seperti yang kau lakukan pada Chanyeol?",
Mata Chanyeol dan Yeri membulat bersamaan. Keduanya berjalan cepat menuju asal suara tersebut.
Sang ayah terdiam tanpa kata. Ia tidak menjawab perkataan Sooyoung satu pun. Pria paruh baya itu menunduk. Sooyoung berjalan cepat mendekati Yeri tepat setelah ia melihat Yeri muncul dihadapannya.
"Kau terluka?", tanya Sooyoung begitu sadar bahwa ujung bibir Yeri memiliki lebam dan luka seperti bekas tamparan. Sooyoung mulai terisak.
"PUTRIMU SEDANG KESULITAN. DAN KAU MALAH MEMUKULNYA? SEPERTI INIKAH SEORANG AYAH?!", Sooyoung meninggikan suaranya frustrasi.
"Kau benar. Aku ayah yang gagal", ketiga putra-putri si pemilik suara itu terdiam. Park Seojoon meninggalkan seluruh anaknya pada ruang tamu milik mereka.
"Kau tidak seharusnya mengatakan itu pada ayah, onni...
Eomma yang menamparku. Bukan ayah",
TBC
......................................................................
Yuhu! Jangan lupa tinggalkan jejak biar aku lebih semangat up ya ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
BRITTLE ( VJOY ) M
RomanceTerlahir menjadi putri keluarga Park yang terhormat. Keluarga? Tidak aku tidak memiliki itu. Aku hanya mendapatkan marga dari sana itu saja - Park Sooyoung. Aku tidak tahu seberapa pahit hidupmu nona. Bunuh diri bukanlah sebuah jalan keluar. Bayar r...