Mulai berdamai dengan luka

6 2 0
                                    

Ada hal yang harus di selesaikan sebelum memulai sebuah lembar baru, luka dari masa lalu.

...

Nayra mengingat lagi setiap masukan singkat yang diberikan Azfer, kadang dia merasa cowok itu benar-benar mendalami perannya sejak saat itu.

Nayra melihat Nindi dan Vilea yang masih berada di kelasnya, cewek itu berteriak memanggil sambil melambaikan tangan, merasakan energi baik yang mulai mengelilinginya.

"Hari ini jalan yuk."

Nayra ingin memulai lembaran baru tanpa luka, menggandeng diri sendiri untuk lebih terbuka meskipun harus memulai dari awal dengan orang baru, mengikuti kebiasaan Vilea yang selalu mengiyakan apa keputusannya, dia ingin mereka berdua merasa lebih nyaman dari rumah lama.

"Ke mana? Ga cukup ya lu kemarin? Lu bakal mulai ujian praktik, jangan disepelein bisa ga?" Nayra mengelus dada sebelum menarik kursi, cewek itu menyandarkan punggung di meja. Vilea ini memang sangat berbakat dalam hal mengomeli dia.

"Itu cuma ujian praktik sekolah, bukan ujian idup, santai aja ngapa sih, Vil, gue yang ngejalanin lu yang penuh persiapan, heran," kata Nayra sambil melirik Nindi, cewek itu sedang memperhatikan keduanya beradu argumen.

"Mau jalan ga lu, Nin?"

Nindi menggeleng. "Kayaknya yang dibilang Vilea itu bener, Nay, lo harus fokus sama ujian praktik lu yang bakal datang."

Nayra memijat keningnya kesal, kedua sahabatnya ini benar-benar menguji kesabarannya.

"Suasana hati gue tuh lagi bagus banget, kok kalian ga manfaatin dengan baik sih?" Vilea menjentikkan jarinya.

"Nah, karena suasana hati lo lagi bagus, mending lo belajar atau ngelanjutin naskah lo yang sampe sekarang berdebu."

"Sekarang gue bener-bener kesel." Nayra melirik jam, perlu beberapa detik untuk dia memikirkan alasan agar Vilea dan Nindi setuju dengannya.

"Gimana temenin gue cari ide buat lanjutin tulisan?" Vilea menyipitkan matanya, sedikit tidak yakin dengan niat Nayra yang akan melanjutkan tulisannya.

"Lu ga becandakan? Awas aja sampe di sana lu cuma perhatiin cowo dan bukan nyari ide buat lanjutin tulisan lu, serius, gua gampar lu," kata Vilea sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Nayra menggeleng dengan senyuman tertahan, untuk hal seperti ini, dia ratunya.

"Gua kabarin lagi nanti."

....

"Nindi ikut?" Vilea menggeleng, cewek itu menatap Nayra yang kini sudah menenteng tas berisi laptopnya.

"Loh, kenapa?"

"Ada urusan katanya." Nayra menghela napas pelan, cewek itu memilih mengambil tempat duduk, menatap pantai yang sore ini terlihat lebih menawan.

"Gue kadang mikir, Vil, Nindi terlalu jaga pendapat kita," kata Nayra sambil mengeluarkan laptopnya, Vilea ikut duduk di samping Nayra. "Sampe dia gasadar kalo itu bikin celah untuk perasaan ga nyaman."

"Gue kan udah pernah ngingetin."

Nayra menekan tombol kecil di bagian atas, menunggu laptopnya menyala. Cewek itu melirik Vilea yang seolah ingin mengatakan sesuatu.

Best Friend (NAVISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang