Part 14

267 22 1
                                    

Flashback on

Luciano tersenyum melihat seorang yang ia tunggu akhirnya datang juga, ia mempersilakan tamunya duduk di sebuah kursi yang berhadapan dengan meja kerjanya.

"Mari kita bicara tentang bisnis kita, saya minta kamu keluar dari penawaran pada area pulau itu, saya nggak peduli sama orang lain tapi saya peduli sama kamu" ujar Luciano

Gerald terkekeh pelan "kamu tau apa yang nggak bisa di beli dengan uang?"

"Apa itu?"

"Harga diri saya" ucap Gerald tertawa kecil

Luciano menatap Gerald dengan tatapan tajam ia tersinggung akan ucapan dari Gerald, sebisa mungkin ia menahan diri agar tak membunuh orang yang sedang tertawa di depannya ini.

"Tapi, apakah kamu akan menang? Kita lihat tanggal mainnya" ujar Gerald dan beranjak dari duduknya

Tanpa permisi keluar dari ruangan Luciano dengan tertawa liciknya.

Flashback off

"Gerald" ucap Iqbaal mantap

"Lo yakin dia bisa bantu kita?" Tanya Gazza ragu

"Itulah resiko yang harus kita ambil"

(Namakamu) merasa sangat familiar dengan nama yang baru saja Iqbaal sebutkan.

"Dia punya hotel kan Baal?"

"Iya, Lo kenal dia?"

"N-nggak, tapi gue pernah dengar nama dia" jawab (Namakamu) sedikit gugup

Iqbaal menyandarkan tubuhnya pada kursi rotan milik Kevin yang tersedia di mini bus.

"Gue dengar dia lebih kejam dari ayah, kalian yakin mau ambil resiko ini?" Tanya Iqbaal

Bukannya menjawab (Namakamu) malah memasuki mini bus dan menutup pintunya.

"(Namakamu) kenapa?" Tanya Gazza pada Iqbaal

Iqbaal menggelengkan kepalanya tak mengerti "Gazz, gue mau tanya sesuatu sama Lo"

"Ya"

"Mulai sekarang, bisa nggak Lo jangan main rahasia sama gue? Gue ngerasa sebagai bahan sandera Lo doang"

"Sorry Baal, gue bakalan lebih terbuka sama Lo"

Iqbaal menganggukkan kepalanya mengerti.

Di kejauhan seseorang melihat Iqbaal dan Gazza yang sedang duduk di depan mini bus dan menikmati api unggun mereka.

***

Amel dan Marco baru saja memesan satu kamar hotel yang terdapat dua tempat tidur, kenapa memesan satu kamar karena memudahkan mereka agar tetap bersama dan menjalankan misi mereka juga lebih mudah.

Amel membaringkan tubuhnya membelakangi Marco yang sedang duduk melamun di tempat tidurnya.

"Marc, pernah nggak Ben ceritain tentang gue sama Lo?"

"Pernah"

"Dia cerita apa sama Lo?"

"Dia cerita Lo sayang banget sama dia, dia juga senang saat lagi sama lo Ben sering bilang sama gue"

Amel meneteskan air matanya "Ben terlalu baik, dia selalu khawatirkan orang lain tapi dia nggak pernah khawatir sama dirinya sendiri"

"Lo tau? Kalau bukan karena Ben gue udah mati" ucap Marco menundukkan kepalanya

Jujur ia benar-benar merasakan kehilangan yang sangat mendalam sahabat seperti Ben sangat berarti untuknya.

"Ben nggak pernah cerita banyak sama gue mungkin dia nggak sempat"

Mafia [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang