Chapter 12

1.8K 170 1
                                    

Please appreciate it by pressing the vote button. Thankyou
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Kau mengingatnya?"

Aku menengok ke belakang dan disitu sudah ada Harry berdiri dengan jasnya. Ia sangat tampan. For god sake i still can't believe that he's my husband.

"Hey. Kau kenapa diam saja?"

Aku tersenyum gugup padanya. Seketika terlintas di pikiranku ucapan fans yang mengatakan ia mencintaiku. "Ya, aku mengingatnya,"

"Kau sangat cantik hari ini. Apa kau sudah memakan lasagnanya?" Ia menarik tempat duduk dan mempersilahkanku untuk duduk.

What a gentleman.

"Ya. Itu sangaaaaat enak. Sampai akhirnya ada kertas didalamnya," aku melingkarkan tanganku di dadaku.

"Aku tidak punya ide harus meletakkannya dimana. Dan dipikiranku hanya itu," ia tersenyum sangat manis.

Ia membuka beberapa kancing atas kemeja dalamnya, dan merapikan rambutnya. Ia masih terlihat tampan dan awet muda walaupun sudah berumur 31 tahun.

"Ada yang salah?" Oops. Dia sadar bahwa aku memperhatikannya daritadi.

"Tidak," aku menggeleng cepat.

"Aku membuka kancingku tidak apa kan? Panas, kau tahu,"

"Ya, tidak apa. Dan asal kau tahu, saat kau membukanya, banyak wanita dibelakangku yang langsung membicarakanmu. Mereka bahkan berharap lebih,"

"Ohya?" Ia menyengir dengan cengiran khasnya. Cengiran seorang pervert. "Kau cemburu?"

Aku merasa pipiku memerah. "Tidak,"

"Jangan membohongi suamimu sendiri, istriku cantik," ia menyubit pipiku pelan.

"Bukannya rasa cemburu wajar? Tapi ya hanya sedikit. Mereka begitu karena mereka ingin melihatmu shirtless bahkan naked. Aku kan sudah pernah melihat semuanya," aku menghindari eyecontact dengan Harry.

"Jadi kau mau melihatnya lagi nanti malam?" Ia menggodaku. Bloody hell. Harry selalu bisa membuatku terbang melayang walau dengan beberapa kata godaannya.

"Berisik,"

"Ohya. Kita belum memesan apa-apa. Kau mau apa? Biar kutebak. Frappucino?" Ia bangun dan mengusap pipiku.

Aku mengangguk dan tersenyum.

"Bahkan tidak ada satupun darimu yang berbeda dengan saat kencan pertama dan terakhir kita itu,"

Pertama dan terakhir?

"Pertama dan terakhir?"

Harry menengok kepadaku. "Iya. Saat berpacaran dulu kan kita hanya pernah kencan sekali. Disini juga. Dan setelah itu kau menerima lamaranku dan ya. Kita tidak pernah kencan lagi selama berpacaran,"

Aku tersenyum. Mengingat bagaimana Harry berlutut di hadapanku membawa cincin dan melamarku di hadapan orang banyak. Dan di Starbucks.

Ia memang tidak pernah tidak bisa membuatku melewatkan satu haripun tanpa kebahagiaan darinya.

"Bagaimana kalau kita kencan lagi?"

~~~~~~~~~~
Jengjeng

SENIN GUE UPRAK WOI LOE LOE SEMUA HARUS TAU #abaikan

Vommentsnya ya guys

Dan sori dori mori stroberi gue mungkin selama minggu besok jarang atau bahkan gabisa update bcs bloody hella ujian praktek.

Ohya gue baru beli make up dong seneng bgt buat foto bt #alay #dieminaja

VOMMENTSNYA YA MWA

Ps: Harry with camera (mulmed) always be my fav

Uninvited Guest (harrystyles)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang