Chapter 22

1.1K 124 0
                                    

Rahangku terbuka saat mendengar Harry mengatakan ia harus pergi ke Inggris lusa.

"K,kau.. serius?"

Harry menunduk dan menggangguk perlahan. "Maaf aku baru memberitahumu. Aku juga lupa,"

Aku mencoba menenangkan Harry. "Okay kalau begitu. Lebih baik kau siapkan bajumu," aku mengambil handuk yang tergantung.

"Kau baik-baik saja?"

"Maksudmu?"

"Kau tidak kaget atau...."

Aku tertawa. "Sangat, Harry. Tapi kekagetanku tidak akan membuatmu tetap tinggal disini kan? Dan aku tahu kau merindukan tourmu. Sampaikan salamku pada Gracia ya!"

"Aku mau kau ikut,"

Apa? "Apa?"

"Aku. Mau. Kau. Ikut,"

"Tapi aku..." aku memegang perutku yang sedang mengandung.

"Nicky, bahkan kandunganmu baru sebulan atau bahkan kurang. Apa kau mau memeriksakannua terlebih dahulu ke dokter?"

Aku menggeleng. "Nanti saja di Inggris. Ohya, kau lusa sudah mulai konser?"

Harry menggeleng dan memakai kaus yang sudah kugantung. "Hanya rapat. Lalu kalau setelah itu kau mau pergi kemana, tidak apa. Ke New York mungkin mengunjungi orangtuamu?"

Ohya. Benar juga. Mungkin kalau aku datang kesana, Dad akan bersikap lebih baik pada Harry.

"Kita lihat besok saja ya," aku mengedipkan sebelah mataku ke Harry lalu ia keluar dari kamar.

**

Aku selesai mandi langsung mengenakan baju. Aku memakai kaus tangan panjang berwarna hitam dan skinny jeansku. Beruntung perutku belum membesar jadi aku masih bisa menggunakan pakaianku yang biasa kupakai.

Aku keluar dan mendapati Harry yang sedang sendirian menonton tv.

"Wanginya istriku," ia tersenyum menggodaku.

"Kemana Anne dan Gemma?"

"Bandara,"

APA?! "Apa?!"

"Tenang dulu, Sayang," ia menekankan nadanya saat mengucapkan sayang. Dan itu terdengar sangat romantis. "Mereka sedang membeli tiket untuk ke Inggris,"

"Jadi mereka semua dan termasuk kau akan meninggalkanku disini sendiri?" Aku pura-pura memanyunkan bibirku.

"Bagaimana bisa aku meninggalkan istriku yang cantik ini? Nanti kalau ada yang mengambilnya, bagaimana?" Harry berdiri dan melingkarkan tangannya di leherku. "Kau terlihat panas dengan baju ini," ia berbisik di telingaku sebelum mencium pipiku.

"Harry!" Aku mencubit lengannya.

"Aww!" Harry meringis kesakitan. "Ayo, siapkan bajumu. Jangan lupa kabari orang tuamu,"

Ah, bagaimana aku menghubungi mereka?

"Aku saja yang menelfon mereka," Harry tersenyum seakan bisa membaca pikiran kalutku.

"Nanti Dad..."

"Sshhh. Your dad is fine. Believe me. As long as I'm with you, you'll be fine. Your dad will be fine," Harry mengecup keningku. Aku tersenyum padanya.

Esok harinya.

"Hello, Mr.Lovegood. Ini Harry. Saya ingin mengabarkan bahwa mungkin minggu depan kami akan berkunjung kesana. Ya. Dengan Nicole tentu. Ia sedang tertidur. Ya. Ya. Terima kasih, Mr.Lovegood. Selamat pagi,"

Aku mendengar Harry sedang berbincang dengan seseorang. Ia menyebut nama Dad. Oh berarti di telefon. Syukurlah percakapan mereka tidak ada unsur marah-marah walaupun terdengar sangat kaku. Aku merapikan rambutku sebentar, lalu keluar kamar.

Mulutku terbuka sangat lebar saat melihat 2 manusia yang sangat kurindukan. Mereka kemari. What a best surprise!

~~~~~~~~
Sorry updatenya gajelas dan aneh dan pendek dan absurd dan....
Maaf binggo ya krn besok gue 3 pljrn woi!!!
Dan mungkin bakal inactive sampe Jumat. Makanya doain ya!! Dan vomments terus. Ilyilyily

Uninvited Guest (harrystyles)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang