Chapter 24

1.3K 133 2
                                    

Aku berteriak histeris melihat Gracia dan Niall sedang duduk di sofa. Sudah cukup lama aku tidak bertemu dua pengganggu ini.

"Graciaaaa!" Histerisku. Aku memeluknya erat sambil menggoyangkan badanku.

"Nickyyyy!" Ia ikut berteriak. Semenjak Gracia tinggal dengan Niall di Irlandia, aku dan ia jarang sekali bertemu. Terakhir bertemu di pernikahanku. Lalu selanjutnya tidak pernah bertemu lagi. Sebelum pernikahan juga kami jarang bertemu.

"Tidak ada pelukan untukku?" Niall melebarkan tangannya. Aku memeluknya erat.

"Kapan kalian datang?" Aku masih sangat histeria dengan kedatangan dua pasangan kekasih ini.

"Baru saja," Gracia tersenyum.

"Aku sengaja tidak memberitahumu agar bisa mengejutkanmu," Harry merangkulku.

"Kalian mau minum apa? Teh? Sirup? Kopi?" Tawarku.

"Teh tawar dingin, tolong," kebiasaan Gracia yang tidak pernah berubah. Selalu teh tawar.

"Aku air biasa saja," Niall mengedipkan matanya padaku.

"Hey hey this is my wife, dude," Harry mendekati Niall lalu mereka berdua tertawa. Aku tersenyum lalu segera ke dapur.

Aku menyiapkan teh tawar dingin untuk Gracia dan air biasa untuk Niall. Aku tersenyum-senyum sendiri saat mengintip mereka berdua dari dapur. Mengingat betapa sudah lamanya mereka bersama, tapi Niall terlalu culun untuk melamar Gracia. Padahal mereka sudah menjalin hubungan secara resmi jauh lebih dulu dari aku dan Harry.

Aku menjadi tersenyum-senyum sendiri mengingat bagaimana Harry melamarku.

"Hey," suara seraknya sedikit mengagetkanku. Aku menoleh padanya yang sedang melingkarkan tangannya di perutku. Aku menyampingkan rambutku ke belakang telingaku.

"Kau tidak menemani Niall dan Gracia?"

"Aku bilang pada mereka aku ingin membantumu," ia meletakkan kepalanya di bahuku. "Kau butuh bantuan, Sayang?"

Aku menggeleng pelan. "Aku sudah selesai,"

"Lalu tadi kau kenapa senyum-senyum sendiri?"

Gotcha. Aku ketahuan.

"Ah tidak," aku menyembunyikan pipiku yang memerah.

"Kau lucu sekali kalau sedang berbohong, Sayang," ia melepas pelukannya yang hangat itu lalu menyubit pipiku.

"Eh eh," aku refleks menarik tangannya lagi yang melepas pelukannya. Lalu aku menjadi malu sendiri.

"Ahahahahahaha," Harry tertawa. "Kau mau kupeluk terus ya?" Harry lalu kembali memelukku. Kali ini lebih erat.

"Ti,tidak. Tadi... tadi aku... tidak sengaja," kataku ragu.

"Awww, Nicole. Kau berbohong terus padaku ya. Tapi tak apa. Kau tetap lucu," ia mencium pipiku dari samping. "Tapi perutmu semakin membesar jadi kutakut tanganku tidak akan bisa memelukmu sampai nanti kau melahirkan,"

Aku kaget mendengarnya mengatakan perutku membesar. Apa iya? Bagaimana bisa aku tidak menyadarinya?

"Kau serius? Kok aku tidak menyadarinya ya?" Aku melihat perutku. Sepertinya tidak ada perubahan spesifik.

"Memang baru membesar sedikit. Wajar kau belum sadar. Tapikan memelukmu adalah kebiasaanku. Jadi aku sudah hafal 101% lekuk perutmu yang indah itu,"

Oh Harry-ku Sayang. Bisakah kau berhenti membuat pipiku merah terus-terusan?

"Pipimu memerah lagi," suaranya meninggi, sepertinya ia sangat senang.

"Sudahlah, Harry. Niall dan Gracia sudah menunggu lama disana," aku melepas pelukan Harry yang sejujurnya kuharapkan.

"Lebih lama aku menunggu untuk bisa berada didalammu," nada penggodanya keluar lagi.

"Pervert,"

"Tapi kau suka kan?"

"Diamlah, Harry,"

"Hahahha. Kau sedari tadi malu-malu terus," ia mengambil minuman yang kubuat. "Sini aku bawakan,"

"Terimakasih, Harry,"

"Sama-sama, Nicole,"


~~~~~~~~
Gimana gimana lucu ga?
Sorry ya pendek tapi gapapa ya aku suka wkwk.

UJIAN SEKOLAH ✅
UJIAN NASIONAL ⃣22⃣ DAYS TO GO

Doain yha doain!! Cek juga buku-buku gue yang lain di profile gue! Dan jgn lupa vomments;)

Uninvited Guest (harrystyles)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang