Surat Maina untuk Sarala

3 3 0
                                    

“Sarala!” teriak Maina, suara napasnya tersengal-sengal.
Eyang sontak langsung meletakan pisau yang sedang ia gunakan untuk memotong bawang merah yang akan dibuat jadi sambal bawang goreng, Ia amat terkejut dengan pekikan cucunya. Eyang pun tergopoh-gopoh berlari menuju ruang tengah, pikirannya kacau dan bingung mengapa Maina menyebut nama Sarala dengan menjerit. Maina lima bulan ini sering sekali membuat eyang tergemap.
“Ada apa Maina?” tanya eyang ingin segera tahu apa yang terjadi pada Maina ataupun Sarala yang mungkin menjadi giliran selanjutnya.
Maina menatap eyang dengan wajah tak kalah bingung, akan tetapi perasaan takut terus menelusuk membuat nyali ciut. Ia sendiri masih mencerna apa yang terjadi. Ketika Maina tak sengaja melihat jam dinding bertuliskan Seiko, ia terperanjat lalu berlari mencuci muka dan berganti pakaian. Maina yang tak sadar sedari tadi tertidur pulas hampir tiga jam di sofa belang-belang cokelat yang empuk, tanpa menjelaskan kepada eyang apa yang terjadi hanya bersicepat mengayuh sepedanya. Gadis itu hanya perpamitan pada eyang, Ibu Mirna tak terlintas dalam pikirannya karena hatinya diselimuti rasa takut akan terlambat dan membuat Sarala sebal.
***
“Ibu Inu yang sabar dan tetap berdoa, ya ... Kami akan berusaha mencari pendonor hati pengganti agar cangkok hati Sarala dapat segera kita lakukan. Semoga Tuhan mempermudah urusan kita dan memberikan kesembuhan pada, Nak Sarala.” Dokter muda yang memakai pashmina peralihan warna campuran pastel nude dengan mauve itu memegang pundak Inu menularkan energi baik yang menguatkan hati Inu agar tetap tegar.
Maina yang sejak dua puluh menit di luar ruangan dokter Arin tak percaya. Mengapa ada sebuah mimpi sial yang menyelinap masuk dalam dunia mimpinya yang penuh kenangan buruk? Sarala .... Maina tak bisa mencerna kenyataan, mengapa dirimu yang lusa lalu datang pada mimpi yang tak kunjung berhenti diputar bagai menonton film di bioskop. Niat Maina yang ingin menyapa dan menemui Ibu Sarala saat ia melihat Inu di Rumah Sakit Sentosa seorang diri di rumah sakit megah itu, akhirnya urung jua. Maina pulang dari Rumah Sakit Sentosa setelah mengunjungi beberapa pasien anak-anak dan orang tua, sarat oleh kesedihan yang teramat sedih membuat ia harus menjumpai kenyataan lain. Sebuah doa yang ia burai di jalan pulangnya, tak harus menunggu lima tahun untuk menerima jawaban dari solusi yang ia pinta.
“Nak ... Nak .... Sadar, Nak! Tolong ... tolong! Ada anak kecil pingsan. Pak tolong ... bawa anak ini ke rumah sakit ya! Ya Allah, ia pingsan sampai mimisan. Selamatkan anak ini ya Rabb,” ucap Ibu yang tak sengaja melihat Maina pingsan di jalan.

Jumlah kata: 404 kata

#30HSMK #SeiraAsa #EventSeiraAsa # Menulis Kebaikan #Belajar&Bertumbuh

Anak-anak ManusiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang