Keyakinan Rendra

3 2 0
                                    

“Ibu ... Ibu! Jangan tinggalkan Rendra, Bu .... Rendra ingin bisa membuat Ibu senang. Maafkan Rendra siang kemarin tidak menjaga Ibu, maaf Rendra nakal malah keluar rumah sebentar bermain bersama teman-teman Rumah Karsa. Ibu bangun!” teriakkannya menggema.

Suara gema Rendra terus berulang hingga ia terbangun. Langsung lemas seluruh badan Rendra, jantungnya maraton, dan keringat dingin mengguyurnya hingga bajunya basah kuyup. Seminggu ia sakit panas. Kak Citra, Marah, dan Ibu Marah ‘lah yang bergantian merawat ibu, adik dan Rendra.

“Rendra, kamu sudah sadar? Alhamdulillah, lama sekali kamu panas sampai nda sadar. Tadi, dokter juga sudah datang buat ngecek kondisimu terus kasih resep obat. Syukur sekarang sudah bangun ....” Marah gembira melihat kawannya yang seperti keluarganya sudah siuman.

“Ibu? Ibu .... Ini, Ibu ‘kan, Marah?” tanya Rendra memastikan itu fakta, bukan mimpi atau halusinasi.

Marah mengangguk pasti, mengiyakan tanya yang terburai pertawa kali dari mulut kawannya yang baru saja terjaga dari tidurnya yang cukup lama. Tiba-tiba .... Bom! Ledakan membuat semua harus mengevakuasi diri. Namun, saat semua berlari ... Rendra terkejut, entah bagaimana kaki hingga kepalanya tersetrum. Sontak ia tersadar dari mimpi yang tinggal dalam sarang mimpi. Matanya menatap sekeliling, rumahnya masih utuh. Teringat akan apa yang masih Tuhan titipkan padanya, ia segera mencari.

“Alhamdulillah ... adik di dapur sedang makan. Ibu?” tanyanya dalam hati.
Rendra berkeliling rumah, keluar-masuk bangunan yang meneduhkan ia beserta keluarganya dari panas teriknya matahari dan hujan dingin mengguyur  Pikiran Rendra kalang kabut. Mungkinkah salah satu mimpinya nyata? Mengapa ibunya tak ada di kamarnnya? Apakah kali ini juga mimpi?

Seorang teman dikejauhan menggandeng tangan perempuan yang parasnya tampak letih, tetapi tetap masih begitu cantik di usianya yang hampir empat puluhan. Wajah perempuan itu sungguh ia hafal. Ia ingat betul sekarang, ibunya memang sudah bisa berjalan seminggu ini dibantu teman-teman Rumah Karsa latihan berjalan lagi. Detak jantung yang masih belum beraturan, napas memburu, dan lelah, setelah terbangun akibat sekujur badannya seakan tersetrum membuat ia kesal. Namun, kekesalannya cepat mengabar mengingat besok adalah deadline lomba resep masakan berbahan dasar talas belitung. Ia pun bersicepat mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk membuat eksperimen masakannya yang kedua puluh sembilan kali. Ia bertekad kali ini harus menang. Jadi, ia coba segala makanan yang bisa dimasak dari talas belitung yang mudah didapatnya pula di samping rumah.

“Ayo, semangat Rendra! Kali ini harus menang. Tapi, setidaknya Tuhan belum mengizinkanku menang pasti ada kemenangan lain yang bisa kuraih. Semangat, Rendra besok deadline! Aku harus membuat masakan kali ini sangat enak, teman-teman dan semua orang juga harus mencicipinya karena telah membantu Rendra menjaga dan merawat ibu selama sakit.” Kobaran api semangatnya tak gentar, menyulut semangat berkaryanya lagi.

Jumlah kata: 429 kata

#30HSMK #SeiraAsa #EventSeiraAsa # Menulis Kebaikan #Belajar&Bertumbuh

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anak-anak ManusiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang