Spoon

863 149 5
                                    

Jennie POV

Flashback

Aku yang mendengar pertengkaran Mommy dan Daddy berlari ke taman dan duduk dibawah pohon yang jauh dari pandangan siapapun, Daddy membawa koper besar dan mulai berteriak pada Mommy. Aku tak tau apa itu perceraian tapi Daddy pergi setelah Mommy juga meneriakinya, Daddy tak pernah pergi sebelumnya tapi kenapa Daddy harus marah pada Mommy?  Apa Mommy nakal? Biasanya Mommy akan marah jika aku nakal. Kenapa Daddy mengatakan tak akan pernah lagi kembali? Apa Daddy lupa jika aku tak bisa tidur tanpa pelukan Daddy? Kenapa Daddy tidak mengajakku?

"Hei Mandu, kenapa menangis?"

Aku mengalihkan pandanganku pada sosok didepanku, dia tampan seperti Sehun oppa. Tapi Sehun oppa lebih tinggi dariku, apalagi dari Jisoo unnie. Dia kakak pertamaku.

Aku mengusap airmataku dan tak menjawab, aku menekuk lututku dan memeluknya. Dia siapa? Apa dia ingin menjahiliku karena aku menangis disini sendirian? Jika iya aku akan memadukannya pada Oppa dan Unnie agar dia dimarahi kakak-kakakku nantinya

"Siapa namamu?"

Aku masih dia sambil terus mencoba mengusap airmataku yang terus mengalir, aku takut dia memanggil teman-temannya dan menjahiliku seperti saat aku bermain di pantai. Anak-anak lain selalu memcoba menggangguku padahal aku tidak melakukan apapun pada mereka

"Baiklah aku akan memanggilmu mandu"

Mandu? Apa dia mengatakan mandu? Apa disekitar sini ada yang menjual mandu? Aku suka memakannya. Aku mendongak dan menatapnya lagi, sekarang dia tersenyum padaku. Dia mulai berjongkok didepanku

"Pipimu seperti mandu yang dibuat Daddyku"

Dia menyentuh pipiku tapi tidak mencubitnya, biasanya para anak nakal akan mencubiti pipiku sampai aku menangis karena kesakitan

"Kau mau puding? Berjanjilah jangan menangis, gadis cantik tidak boleh menangis"

Aku menatapnya dengan bingung, baru kali ini ada anak seusiaku yang mengatakan jika aku cantik. Biasanya mereka akan mengatakan aku gendut

Dia mengulurkan puding dari tas nya lalu memberikannya padaku, aku menerimanya dengan ragu tapi dia masih saja tersenyum padaku. Senyumanku juga terbit saat aku merasakan puding itu, puding strawberry yang sangat manis

"Ini enak, gomawo oppa"

Dia mengusap rambutku pelan

"Tentu saja, pangeran cookies yang membuatnya"

Aku menghentikan kunyahanku, aku menatapnya lekat

"Pangeran cookies? Siapa?"

"Aku"

Dia menunjuk dirinya sendiri sambil tersenyum, aku mulai bersemangat sekarang

"Apa aku boleh memanggilmu pangeran cookies?"

"Tentu saja, aku lebih suka itu daripada oppa. Aku tak mau dipanggil oppa"

Dia menungguiku menghabiskan puding dengan senyumannya yang manis, sekarang aku tau jika dia lebih tampan dari Sehun oppa. Aku yakin dengan hal itu

Cookies and You (Jenlisa 🌼🐻)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang