Setelah Ara dan Dey yang memasang tameng di rooftop yang akan mereka gunakan untuk menjaga stamina yang mereka miliki, kini kedua siswi itu berjalan kearah kantin untuk menikmati makanan yang biasa mereka santap.
"Kira-kira Evan bakal kejebak gak ya, Dey?" tanya Ara saat mereka sedang berjalan ke kantin.
"Gue rasa sih iya. Soalnya waktu gue liat tameng yang lo pasang, sedikit beda sama tameng biasanya Ra." Balas Dey
"Semoga ajadeh, gue juga gak mau kalo sekolah ini memakan korban." Ucap Ara lalu melanjutkan jalannya kearah kantin.
Mereka berdua terus berjalan kearah kantin yang jaraknya cukup jauh dari rooftop. Selama perjalanan, mereka tak henti hentinya mengobrol bahkan bergurau. Seperti contohnya sekarang ini, mereka sedang melewati kelas kelas yang masih tertutup karena ujian belum usai.
"DEL GAK USAH SOK PINTER LO. UDAH KELUAR AJA, DARIPADA DIDALEM CUMA MOLOR." Teriak Dey saat mereka melintasi kelas.
"DEL, DICARIIN TUH." Kini Ara yang berganti teriak.
"DICARI SIAPA RA?" balas Dey.
"MALAIK-" belum sempat Ara menjawab, sebuah suara terdengar dari belakang mereka.
"Kalian berdua itu selalu cari masalah ya." Ucap orang yang berdiri dibelakang mereka.
Mendengar suara itu, membuat Dey dan Ara sontak membalikkan badannya. Sontak saja, mata keduanya terbuka lebar saat mengetahui siapa yang baru saja berbicara kepada mereka.
"K-k-kak Chika."
"Eh hehe Kak Jinan."
Terdengar suara gugup dari Ara maupun Dey saat mereka tau, bahwa seseorang yang berada dibelakang nya tadi adalah dua kakak kelasnya yang cukup galak. Tangan mereka juga terlihat kompak bergerak untuk menggaruk belakang kepala nya walau tidak gatal.
"Cabut gak sih Dey cabut." Bisik Ara pada Dey dengan menyenggol sedikit lengan gadis di sampingnya.
"Satu" Dey tanpa menjawab, langsung mulai menghitung saja.
"Dua" Ara kini ikut menghitung.
"Tiga" Dey mendapatkan jatah hitungan terakhir dan....
"KABOOOR." Ucap keduanya serentak lalu berbalik arah dan berlari meninggalkan Chika dan Jinan disana.
Sedangkan Chika dan Jinan yang melihat keduanya kabur langsung berkacak pinggang. "Bisa-bisanya mereka kabur gitu aja." Gerutu Chika kesal.
"Awas aja mereka, kalo ketemu gue lagi. Abis mereka." Geram Jinan.
Tak lamu berlama-lama berdiri didepan kelas lain lagi, kini Chika dan Jinan juga meninggalkan ruang kelas itu untuk berjalan kearah ruang osis.
Dengan nafas terengah-engah dan kaki yang cukup lelah akibar berlari, kini Ara dan Dey sudah sampai di kantin yang masih sepi.
Gimana tidak sepi? Hanya beberapa siswa saja yang sudah selesai mengerjakan ujian mereka seperti Ara dan Dey.
Tak mau berlama-lama lagi, Ara dan Dey pun memesan makanan di setiap booth yang tersedia dan duduk di meja yang telah mereka pilih.
Prok... Prok... Prok...
"Widih ini dia nih, yang waktu itu berani songong ke kakak tingkat." Ujar siswa yang baru saja masuk ke kantin dan melihat Ara serta Dey sedang makan.
"Berdua aja? Gak se-RT lagi nih kalian?" sindir siswa lainnya.
"Bacot bat." Gumam Ara namun tetap terdengar oleh siswa siswa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Different
General Fiction"Gue selalu perhatiin dia, karena dia yang bisa buat gue beda." Anonymous said. "Don't look at me like that. Lo buat gue makin takut dan risih atas segala sikap lo." Anonymous said. WARNING! This story contains : - GxG - Kekerasan - Bahasa kasar dan...