Jangan lupa vote & komen.
***
Mobil Hyundai berwarna putih itu mulai memasuki basement di salah satu resort mewah di Busan. Ziyo bernafas lega akhirnya setelah mengendarai mobil selama 4 jam, kini dirinya bisa beristirahat dengan tenang.
"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga." Ziyo meregangkan otot-otot tangannya yang sedikit pegal akibat menyetir selama berjam-jam.
"Alhamdulillah. Ayo, langsung turun aja kak, kayaknya udah telat nih." Ana mengajak kakaknya agar segera keluar dari mobil dengan terburu-buru.
Ziyo menghembuskan nafasnya kasar, "Kasih kakak jeda sebentar napa!"
Ana melihat wajah kakaknya yang memang benar terlihat sangat kecapekan, lalu ia segera mengangguk.
"Lima menit."
Ziyo berdehem.
Setelah beristirahat selama 5 menit di dalam mobil, Ana dengan cepat mengguncang tubuh kakaknya yang sudah tertidur pulas entah sejak kapan.
"Kak, ayo bangun. Acaranya keburu mulai, nih." Ana mengguncang-guncang tubuh kakaknya dengan sedikit keras supaya kakaknya cepat bangun.
'Hoam.'
"Buruan gih, kalo nggak Ana tinggal!" Ana keluar dari mobil lalu berjalan dengan tergesa-gesa ke arah lift.
Ziyo melihat Ana dari penglihatannya yang perlahan mulai berjalan menjauh darinya, "Dek, tungguin kakak woi!"
Ziyo langsung mengambil tas kecilnya yang ia taruh di kursi belakang mobil, "Ya elah mana pake nyangkut segala nih kolor."
Setelah berurusan dengan kolor-nya, Ziyo segera keluar menyusul Ana yang sudah sangat jauh dari tempatnya.
"Tuh kan, udah mulai acaranya." Ana mengamati acara di depan sana yang sudah dibuka oleh sang MC dari jauh. Ia mengomel kepada kakaknya kesal.
"Nggak usah cemberut gitu, nanti cantiknya ilang loh." Ziyo menggodanya agar adiknya itu tak merajuk.
"Haishh, mending kita cari tempat duduk. Mana udah penuh semua tuh kursi," tunjuk Ana menggunakan dagunya.
Ziyo tampak celingak-celinguk mencari satu persatu kursi yang kosong untuk dirinya dan Ana. Ia tersenyum bangga setelah korneanya menangkap ada 4 kursi yang masih kosong yang letaknya sangat jauh dari tempatnya berdiri.
Ziyo menyenggol lengan Ana, "Dek, disana ada empat kursi yang masih kosong. Tapi di barisan depan sendiri, masa iya kita harus ngelewatin banyak orang?"
Ana mengikuti arah pandang kakaknya, dan benar di barisan paling depan terdapat empat kursi yang masih kosong. Ia lalu mengangguk sambil menggeret tangan kakaknya.
"Nggak apa-apa, ayo."
"Eh, eh----" Ziyo hanya pasrah ketika tangannya ditarik oleh Ana. Ia menundukkan kepalanya saat melewati barisan para tamu karena banyak ibu-ibu yang melihatnya dengan tatapan terkagum. Ziyo akui, dirinya sedang malu-malu meong.
Ana menghela nafasnya lega setelah mendudukkan tubuhnya di kursi. Matanya berbinar ketika di hadapannya saat ini adalah hamparan laut biru yang sangat luas.