Jangan lupa vote & komen.
Engkau bukanlah sebuah kesalahan
Tak pernah aku menyesal mengenalmu
Tapi biarkanlah aku terbang bebas
Mencari cinta sejati
🕊️🕊️🕊️
***
3 bulan kemudian....
Hal yang Mark sangat sesali dalam hidupnya yaitu terlambat membaca surat dari Rizhan. Berkali-kali dirinya mengumpat kepada diri sendiri yang begitu bodoh. Ia sangat kecewa dengan dirinya sendiri.
Masih belum bisa mempercayai ini semua, Ia sendiri tak sanggup mengingat kembali kejadian pagi tadi dimana saat Ibunya mengantarkannya ke tempat pemakaman umum di kota Istanbul, Turki.
Apakah ini alasan saat kemarin dirinya meminta tolong kepada Ibunya untuk mengantarkannya ke tempat Rizhan, tapi bukannya diantar ke rumah laki-laki shalih itu, Ibunya malah mengantarkannya ke bandara dengan tujuan internasional yaitu, Turki.
Flashback on
Musim panas telah berganti dengan musim dingin. Tepat pukul 7 pagi tadi, Mark dan Ibunya turun dari pesawat. Ia cukup terheran-heran karena mobil yang menjemputnya di bandara tadi tidak langsung pergi ke hotel melainkan malah ke suatu tempat yang tidak ia ketahui sama sekali.
Mark menoleh ke arah jendela saat mobil SUV hitam yang kini mereka tumpangi memasuki area tempat pemakaman umum. Ia menoleh ke kiri dan kanan, di seberangnya banyak sekali gundukan-gundukan tanah yang ditumbuhi rerumputan hijau yang berjejer rapi saling memberi jarak.
Laki-laki itu tentu tak bodoh, ia sangat yakin itu adalah tempat pemakaman umum. Mark menoleh ke arah Ibunya hendak meminta penjelasan lebih lewat kode alisnya. Ibunya hanya tersenyum sambil menggenggam tangannya lembut.
Ia dan Ibunya turun dari mobil dengan membawa sebuket bunga di tangan Ibunya. Berjalan menunduk mengekori Ibunya dari belakang dengan memasukkan kedua tangan di saku celananya, Mark melewati jejeran para makam dengan sangat hati-hati.
Mark tersentak kaget saat Ibunya berhenti tiba-tiba di depannya. Ia memperhatikan Ibunya yang mulai berjongkok di hadapan sebuah makam seseorang sambil memberikan sebuket bunga tadi di atas rumput makamnya.
Dengan gerakan cepat, Mark ikut berjongkok di samping Ibunya dan hendak merapikan rumput-rumput yang mulai panjang sampai seketika netranya menangkap sebuah tulisan yang terpampang jelas di ujung gundukan itu. Nama seseorang yang sangat ia takuti, Rizhan!
Badan Mark menegang dengan keras. Jantungnya berdegup dengan kencang. Mark menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
'Tidak, ini tidak mungkin.'
Mark terus memperhatikan tulisan itu. Pikirannya terus terbayang-bayang dengan nama seseorang yang tertulis disana. Rizhan Latafat Adskhan.