Tara's POV
Saat ini mungkin sudah sekitar pukul 7.30 malam.
Kami berada di atas motor, habis selesai latihan.
"Kita mau kemana nih, Jo?" tanya Haechan padaku, sedikit mengeraskan suaranya yang sudah serak agar menang melawan suara mesin motor dan angin yang kencang.
'Jo' tadi itu diambil dari kata 'algojo', sebutan spesial yang sangat tidak spesial.
Memang kurang ajar.
Katanya diambil dari sifatku yang 'bar-bar'.
Padahal menurutku tidak, tuh. Aku lemah lembut dan penyayang.
Ya... kecuali ketika tertawa. Aku sering berpikir mungkin aku adik Mark dan Jeno yang sudah lama terpisah. Pasalnya kebiasaanku untuk memukul orang di sebelahku saat tertawa itu sulit dihilangkan, mirip Mark.
"Kafe yang baru buka itu aja, Chon. Pengen liat bagus atau ngga." jawabku tidak kalah kencang.
'Chon' yang berasal dari kata 'Hochon'. Hehe.
Terkadang aku juga memanggilnya 'Sam', dari kata 'Samsudin' atau 'samsak'.
Karena Haechan hampir selalu berada di sebelahku, dia yang paling sering terkena tabokan saat aku tertawa.
Bukannya mengakui aku memang kasar, tapi aku hanya menyesuaikan dengan panggilan yang dia buat untukku.
"Namanya Kafe Toover ya kalo ga salah? Kayaknya kemarin Jeno sama Reine kesana deh." ucap Haechan.
"Iya, di deket sini kok." jawabku lagi.
"Udah jangan ngomong-ngomong lagi." ucapku agar ia fokus menyetir, menepuk pelan perutnya dengan tanganku yang melingkar di pinggangnya.
Laju motor melambat begitu mendekati kafe.
Haechan memarkirkan motor di slot kosong yang ada.
Kami turun dan melepaskan helm.
"Bisa?" tanyanya, tangannya bergerak hendak membantuku melepaskan kancing helm.
"Uhuk! Uhuk!" ia terbatuk lagi.
"Bisa kok bisa." ucapku masih berusaha mencari tombol untuk membukanya.
"Sini," ucapnya. Ia memencet tombol berwarna putih dan akhirnya kait pun terlepas.
"Dingin ga?" tanyanya.
Ia hendak melepaskan jaket jeansnya.
Udara malam memang cukup menusuk tapi,
"Plis deh, Chon, gue udah pake baju lengan panjang loh ini." ucapku sambil menatapnya datar.
Rautnya berubah sedih membuatku tak tega.
Tuh kan apa ku bilang? Aku tuh lemah lembut dan penyayang, sangat mudah luluh.
Aku tau dia hanya ingin menunjukkan rasa sayang dan pedulinya.
"Tapi dingin juga sih... Hehe." ucapku sebelum ia sempat memakai kembali jaketnya.
"Nih, pake!" ucapnya dengan senang hati.
Ia memakaikan jaketnya di tubuhku.
Hangat.
Dan aroma parfumnya benar-benar menenangkan.
"Ayo masuk!" ucap Haechan semangat.
Cowo ini memang selalu penuh energi. Image yang selalu ingin ia tampilkan di depan publik.
Ia melingkarkan tangan kirinya di bahuku, mengajakku berjalan.
Begitu masuk, suasananya benar-benar pas untuk kencan malam minggu.

KAMU SEDANG MEMBACA
CHURCH BOYS || NCT Dream
FanfictionMungkin begini jadinya kalau Dreamies jadi pemuda gereja. Kisah pelayanan, persahabatan, dan romansa yang dibumbui berbagai guyonan. "Mark, sini temenin gue." "Ngapain?" "Nyari om-om." Plak! "Heh! Lagi di gereja juga!" "Apaan sih orang emang mau car...