Pegangan tangan yang semakin erat itu menandakan keinginan kuat Snape.
"Kumohon bertahanlah love, kita sudah berjanji untuk merawat Yeria bersama-sama kan?" Snape terus menggenggam tangan yang rapuh itu.
"Apa kau tega melihat putri kita tumbuh tanpa ibunya? Kumohon bertahanlah" Minerva terkejut, Snape yang biasanya tak berekspresi saat ini sedang menangis.
"Setiap pertemuan diakhiri dengan perpisahan Sev, aku juga ingin menjaga putri kecil kita" ucap wanita dengan rambut pirang dengan mata biru yang terlihat sayu.
"Aku tau kau orang yang memegang janji, ya kan?" Snape masih terus menggenggam tangan itu, seakan jika ia melepasnya sedetik saja, mungkin istrinya tercinta akan pergi.
"Kau juga berjanji kita akan terus bersama, kau mengucapkan itu saat kita masih kecil, apa kau mengingatnya?" orang yang ditanyai hanya tersenyum.
"Tentu."
"Tentu aku mengingatnya Sev."
Mereka masih berbincang sebentar selama beberapa saat, sampai healer mengabarkan ada sesuatu yang salah pada putrinya, Snape awalnya enggan meninggalkannya tapi dia juga harus mengecek putrinya.
Sayang sekali, sepertinya Tuhan tak berpihak padanya, sebelum Snape sampai di kamar bayi kecil itu, healer sudah terlebih dulu keluar dan mengabarkan kabar duka.
Snape menerobos masuk, langsung jatuh terduduk melihat putrinya yang sudah tak bernyawa.
Snape kembali mendengar kabar menyedihkan sekali lagi, istrinya juga pergi, mereka berdua meninggalkan Snape.
Snape yang sangat terpukul atas hal itu hampir melakukan nekat, berniat untuk menyusul kedua orang terkasihnya.
Tapi karena teringat dengan pesan terakhir dia, untuk tetap melanjutkan hidup tanpa rasa bersalah, jika ada terjadi pada dirinya dan buah hati mereka.
Snape sudah terlanjur berjanji, tak mungkin untuk mengingkarinya.
Snape memutuskan untuk tetap menjalankan hidupnya seperti sebelum bertemu istrinya, lagipula dia akan tetap menyusul mereka pada akhirnya.
~~~~~
Hari itu ada Professor baru yang akan mengajar untuk pelajaran DADA, seperti tahun-tahun sebelumnya, Snape tak tertarik.
"Leriana Eilin" Snape tersentak saat mendengar nama itu, nama yang hampir sama dengannya, bahkan penampilan mereka juga mirip.
"Halo semuanya perkenalkan nama Leriana Eilin, mulai sekarang saya yang akan mengajar DADA, mohon bantuannya" Leriana dipersilahkan duduk setelah memperkenalkan diri, kebetulan sekali itu berdekatan dengan Snape.
"Halo Professor, perkenalkan nama saya Leriana Eilin, anda bisa memanggil saya Leriana atau mungkin Riana" Snape tak membalasnya.
Snape sedikit tertawa, mengingat dulu sering mengejek istrinya alien karena nama belakangnya.
Snape tenggelam dalam pikirannya sendiri, baru kali ini dia melihat dua orang yang begitu mirip, rambut pirang yang sama, mata biru, bahkan gaya rambut mereka.
"Leriana Ailin dan Leriana Eilin" Snape bergumam.
"Dimana aku pernah mendengar kata Eilin? Rasanya tak asing."
"Saya juga menyukai jus apel Professor, sepertinya kita punya selera yang sama" Leriana berbicara dengan orang di sebelahnya.
"Riana juga suka hal itu"
"Maaf, apa anda mengatakan sesuatu Professor?" Leriana sepertinya mengira Snape sedang berbicara dengannya.
"Tidak" balas Snape singkat.
"Sepertinya telinga saya yang bermasalah" Leriana tertawa canggung.
~~~~~
"Eilin" Leriana yang merasa terpanggil segera berbalik untuk memastikan siapa itu, ternyata itu Snape.
"Halo Professor Snape, apa ada sesuatu yang bisa saya bantu?"
"Albus mencarimu"
"Albus? Apa maksud anda Professor Dumbledore?" Snape memperhatikan seorang murid yang sedari tadi memeluk Leriana.
Sebelum Snape ingin bertanya apakah Leriana punya hubungan dengan Riana, dia sudah lebih dulu berbicara.
"Dan perkenalkan ini putri saya Professor Snape."
"Yeriana Eilin, dia murid asrama Hufflepuff" pantas saja Snape merasa tak asing dengan kata Eilin.
"Oh" tetap membalas singkat seperti biasa.
"Kalau begitu saya akan segera pergi ke ruangan Professor Dumbledore setelah urusan saya selesai, terima kasih telah memberi tahu saya Professor Snape" Snape memperhatikan senyum Leriana yang sangat mirip dengan senyum istrinya.
"Jangan berlama-lama karena sepertinya urusan Albus penting" balas Snape.
Putri kecilnya juga mirip, mungkin jika saat itu Yeria tak meninggal, mungkin sudah sebesar putri wanita itu?
Kenangan masa lalu, dia merindukan masa lalunya yang indah.
~~~~~
Maaf ya lama ga update, bener² ga tau harus update apa
Seharusnya upload yang lain, tapi sayangnya chapter itu belum selesai.
Mari bersedih dahulu sebelum nanti berpikir
Btw Snape kasian juga ya
Makasih buat yang udah baca, vote, dan komen
Sampai ketemu di chapter lainnya :~
KAMU SEDANG MEMBACA
Random
Short StoryCerita singkat dengan para karakter Harry Potter Cerita yang terinspirasi dari karya J.K Rowling (Timeline nya mungkin sedikit berbeda) Maaf jika ada typo dan kesalahan penulisan. Terima kasih atas vote dan komennya~ _Histoire Sans Din_