--06 Godaan---

26 10 2
                                    

--06 Godaan---

Bagian sakit yang paling sakitadalah kita yang saling suka dipaksa membenci.

---

Masih berada dalam kantin Sinta berjalan menghampiri gerombolan geng Pandawa, matanya menatap sosok yang sedang duduk memainkan ponsel. Tanpa rasa takut ia mendekati lelaki itu dan duduk disampingnya.

Semua mata milik anggota Pandawa terpaku melihat kelakuan Sinta, soalnya ia gadis kedua yang berani mendekati manusia paling cuek.

"Makasih susu coklatnya, besok-besok eskrim, coklat ya biar aku makin cinta," bisiknya tepat di telinga Abi.

Bulu kuduk Abi merinding seketika "Anjg" umpatnya kesal.

Mendengar itu jari telunjuk Sinta langsung mendarat manis di bibir Abi "Mulutnya gak boleh ngomong kasar nanti aku cium," ucapnya kemudian matanya beralih menatap manik coklat milik Daffa, tanpa ada pembicaraan namun mereka saling mengerti arti sorot mata itu.

Tak lupa Sinta tersenyum kepada ketiga teman Daffa dan Abi sebagai bentuk perkenalan. Meski dirinya sedang menggoda Abi, namun atensinya tetap pada Daffa Mahendra. Seakan matanya ada magnet untuk terus menatap netra coklat milik Daffa.

"Gila anjir dari dekat bening banget tuh Sinta," kagum Aksa masih belum berkedip.

Marvel dan Irsyad menyetujui perkataan Aksa barusan dengan menganggukan kepala, "Senyumnya manis banget," kata Marvel.

"Belum tahu aja segesrek apa itu cewek," guman Daffa pelan, ia paham betul tujuan Sinta menemui temannya itu.

Dasar buaya betina, awas aja nanti akan ia beri hukuman. Tolong ingatkan Daffa agar menghukum Sinta atas tindakannya tadi.

"Bro, turut prihatin ya," ucap Daffa kepada Abi dan berlalu meninggalkan ketiga temannya.

Abi mendengus kesal, niatnya tadi ia ingin membuat Daffa cemburu dan kesal malah dia kena getahnya.

Abi teringat perkataan Daffa sewaktu masih SMP mengenai Sinta "Kamu jangan sampai jatuh cinta sama Sinta, dia itu beban keluarga, beban hidup, beban semesta. Aku saja malas berbagi oksigen dengan Sinta. Dia itu menyusahkan, dan jangan terbuai dengan wajah polos, senyum ramahnya. Sinta itu bak ular berbisa yang mematikan dibalik wajah polosnya" kiranya begitulah ucapan Daffa 4 tahun yang lalu.

Entah mengapa Abi penasaran dengan Sinta yang mampu membuat Daffa membenci gadis itu, seperti ada sesuatu tak kasat mata yang sengaja Daffa sembunyikan darinya maupun ketiga temannya. Dan sepertinya tatapan Daffa terhadap Sinta adalah tatapan sayang.

Selesai mengerjai Abi, Sinta berjalan penuh kemenangan. Mudah sekali membuat seorang Abi salah tingkah. Cowok emang selemah itu.

"Keren banget kamu beb, sampai kak Abi mukanya merah," kagum Nadine terhadap kelakuan Sinta.

"Abi mah gampang, yang gak gampang itu Daffa," pasrahnya karena sudah 4 tahun ia gagal menaklukan hatinya Daffa. Ya salah Sinta sendiri yang tidak mau menyatakan perasaannya pada Daffa, dengan gengsi.

"Memang sialan tuh anak," kesalnya mengingat ia pernah dipermalukan oleh Daffa. Padahal Daffa itu lelaki cenggeng yang menyebalkan.

"Emang kamu suka sama kak Daffa?" Tanya Nadine.

Sinta memutar bola matanya malas, "Gila apa aku suka sama manusia planet Mars macam Daffa. Sekalipun stok cowok di dunia ini cuma ada Daffa, aku tetap gak akan milih Daffa," bohong Sinta dengan percaya diri dan tanpa ada keraguan sedikitpun gara menyakinkan Nadine.

Nadine tampak kaget dengan penuturan Sinta "Awas nanti jatuh cinta sama Daffa dan gak bisa move on," ledek Nadine yang sangat meragukan ucapan Sinta barusan.

"Gak akan, pokok aku menolak Daffa sekalipun ia bersujud didepanku," ucapnya lagi.

"Semoga aja Sinta khilaf dan ngajak pacaran Daffa," ucap Nadine dengan penuh semangat. Sebenarnya ia pengemar DaffaSinta garis singgung, menurutnya Sinta sama Daffa kalau pacaran akan jadi couplegoals paling aneh tapi gemes. Bayangkan saja Sinta yang cerewet, nyebelin, ramah, dan suka mainin perasaan bisa pacaran dengan Daffa yang pendiam, ganteng, dan Boyfriendable pasti akan menjadikan banyak perempuan yang iri.

---

Dikarenakan hari ini ada rapat maka siswa SMA Garuda Bangsa dipulangkan lebih cepat. Kini Sinta dan Nadine sudah berada di parkiran, Nadine setia menunggu Sinta mencari motornya. Padahal sudah sejam yang lalu Sinta keliling mencari motor matic warna merah maroon tapi tidak ketemu.

"Kamu yakin tadi bawa motor?" Tanya Nadine memastikan kembali.

"Iya say, tadi aku bawa motor kok. Aku ingat dan aku parkirkan disini," jelas Sinta masih sibuk mencari motornya. Sebenarnya ia sudah lelah, harusnya ia sudah pulang dan rebahan sambil baca wattpad. Ah sayangnya ia harus mencari si melon, nama motornya.

"Aku anterin aja ya, ini udah sepi hanya ada motor Pandawa," ucap Nadine menarik tangan Sinta menuju mobilnya.

Sinta hanya pasrah mengikuti Nadine. "Nadine apa aku suruh anterin Abi aja ya. Pasti dia mau" tanya Sinta melihat motor Abi masih diparkiran dan juga menunggu saran dari Nadine.

"Gak usah buat perkara deh, lihat tuh kak Abi sudah sama kak Cantika." Tunjuk Nadine arah jam 9 yang menunjukkan pemandangan Abi dan Cantika berada di jok belakang memeluk Abi dengan mesra.

"Sial, kecolongan aku" umpat Sinta tak terima dikalahkan dengan ular berbisa seperti Cantika.

Nafas Sinta memburu menandakan bahwa gadis ini sedang marah dan tidak bisa diajak bercanda, ibarat kata orang jawa tuh gini "Senggol bacok".

Nadine melihatnya hanya bisa pasrah tanpa mau berkata apapun, Sinta itu seram kalau sedang marah melebihi nenek lampir dan ganas seperti macam.

"Sinta mau kemana?" Tanya Nadine penuh hati-hati.

"Mau cari si curut mau nebeng pulang" pungkasnya lalu mencari keberadaan Daffa.

"He curut selokan gue nebeng pulang, motorku ilang," kata Sinta yang sudah duduk manis dibelakang jok milik Daffa.

"Turun atau aku yang turun?" Ancam Daffa, Bukannya takut justru Sinta dengan enteng menjawab "Yaudah kamu turun aja, ribet banget jadi cowok pantes jomblo" kalimat tersebut mampu membuat tiga sejoli tertawa terbahak.

"Ternyata kamu lucu juga ya Sin" Ceplos Aksa masih tertawa.

"Turun Sinta, paham kalimat manusia kan," sebal Daffa karena Sinta tak beranjak sama sekali.

"Udahlah Beb, kapan lagi motormu ini membonceng gadis idaman semua cowok," kekeh Sinta agar mendapat tebengan pulang.

"Sinta TURUN!!!"

Sinta mendengus "Kamu pilih anterin dan kasih tebengan aku pulang atau aku bilang ke papa dan bang Andre?" ancam Sinta, yang tentunya akan berhasil. Daffa pasrah pulang dengan membawa beban semesta, sungguh sial hari ini.

"Ternyata pawangnya Daffa ini Sinta, bukan Melody" Guman Irsyad memperhatikan interaksi Daffa dan Sinta. Pernyataan itu langsung disetujui oleh Aksa dan Marvel.

---)))---

AmbivalenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang