salebagit

48 6 3
                                    

Halooo... Apa kabar kalian?

Sekalinya aku balik kenapa melanjutkan yg sedih ya? Hahaha...

Soalnya ini yg paling mendekati akhir, jadi ya ini dulu aja hahaha...



Ini awalnya cerita minhwan, ntar endingnya.....

Wkwkwk







Sore itu, Minhyun berjalan memasuki sebuah area pemakaman. Sambil membuat dua ikat bunga, Minhyun melangkahkan kakinya untuk menemui kedua orang tuanya. Langkahnya terhenti di depan dua makam yg bersebelahan. Pemuda itu meletakkan bunga yg dia bawa, satu-satu di atas makam.

Orang tua Minhyun pergi ketika dia masih kecil, kelas dua SD mungkin. Entahlah, Minhyun juga lupa. Yg dia ingat hanya kecelakaan tragis yg akhirnya merenggut nyawa kedua orang tuanya dan hanya Minhyun yg selamat. Minhyun yg waktu itu tidak memiliki siapa pun terpaksa tinggal di panti asuhan selama beberapa tahun sampai akhirnya Jonghyun dan keluarganya datang untuk mengajaknya tinggal bersama. Hanya ayah Jonghyun yg mengajaknya tinggal bersama, ibunya Jonghyun menolak dengan keras namun suaminya tidak pernah mendengarnya. Jonghyun yg waktu itu masih kecil hanya merasa senang karena akhirnya punya teman.

Minhyun lupa sejak kapan sikap Jonghyun berubah kepadanya. Dia hanya berpikir, mungkin sepupunya itu lelah mendengar kedua orang tuanya bertengkar dan menganggap itu semua karenanya, jadi Minhyun tidak pernah memermasalahkannya. Di sekolah, mereka bersikap seakan tidak saling mengenal, Minhyun yg memintanya. Dia hanya ingin mereka menjalani hidup masing-masing dengan tenang.




"Masih lama? Ayo keburu malem ini." seru Jonghyun yg sebenarnya sedari tadi mengikuti Minhyun. 

sejak pengobatan Minhyun terakhir itu, Jonghyun tidak pernah membiarkan sepupunya itu pergi sendirian, kecuali kalau Minhyun pergi dengan Jaehwan. tidak mungkin Jonghyun ikut, sama saja menyakiti diri sendiri dong? soal perasaan, Jonghyun beneran suka sama Jaehwan kok. bukan yg iseng deketin karena mau bikin Minhyun cemburu, tapi untuk sekarang.. Jonghyun milih untuk ngalah dulu. iya ngalah dulu...

Minhyun udah ngasih wasiat ke Jonghyun buat jagain Jaehwan soalnya..

Gak gak...



"Lo balik duluan aja. Gue masih mau disini."

"Ya udah terserah lo. Gue tunggu di cafe biasanya ya."

Minhyun hanya mengangguk, membiarkan sepupunya meninggalkannya. Begitu Jonghyun pergi, Minhyun melepaskan jaketnya lalu duduk di antara kedua makam yg dia kunjungi. Minhyun meringis melihat tangannya. Kedua tangannya yg dulu putih bersih, kini terlihat bercak hitam seperti lebam. Efek dari obat keras yg masuk ke dalam tubuhnya setiap sebulan sekali.



"Aku jelek sekarang ya, ma. Tapi mama pernah bilang, gak papa aku jelek yg penting sehat."

Minhyun terdiam sejenak. Air matanya tidak bisa dia tahan lagi. Dia lupa kapan terakhir kali dia menangis dan kali ini dia baru menangis lagi.


"Aku udah capek, ma. Capek. Sakit, ma. Aku udah gak kuat. Obat-obat yg masuk malah bikin aku tambah sakit bukannya bikin sembuh. Kalau aku tahu akhirnya akan sesakit ini, aku lebih milih ikut mama sama papa waktu itu. Udah gak ada harapan juga. Dokter bilang, mungkin cuma doa yg bisa bantu aku sekarang."

Minhyun menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan. Dadanya mulai terasa sakit lagi.


"Tapi mama tau gak... Beberapa bulan terakhir, entah kenapa aku jadi semangat lagi walaupun aku tahu.. Udah gak ada lagi kesempatan buat aku.. Ya setidaknya di hari-hari terakhir ini, aku ngerasa... Punya alasan buat tetep hidup walau cuma sebentar."

If We Had in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang