08

3.8K 730 28
                                    

Renjun menyandarkan kepalanya pada kayu rumah pohon. Ia melamun sejak satu jam lalu. Ia kesepian bahkan mengambil libur selama dua hari untuk menenangkan diri. Jaehyun yang paham akan situasi dan perasaan hancur Renjun pun memaklumi.

Di tangan Renjun memegang kalung liontin milik Ibunya berbandul anak serigala berbulu cokelat. Embusan angin Renjun rasakan seolah ikut kasihan melihat Renjun terpuruk dalam kesedihan. Renjun turun dari rumah pohonnya, berjalan masuk hanya untuk menangisi kenangan berharga bersama sang nenek.

Wajahnya pucat karena belum makan sejak semalam. Renjun tak bernafsu sampai tidak memakan sedikit pun makanan, walau Ibu Hendery sudah memaksanya tetapi Renjun tetap keras kepala dan bersikukuh. Membuat ibu Hendery akhirnya menyerah.

Renjun membuka lemari pakaian neneknya, mencari kunci pintu besi yang ia selipkan di bawah pakaian. Renjun mengambil lalu membawanya pergi. Rasa penasaran Renjun masih belum menghilang. Renjun harus membuka pintu itu.

Sampailah di belakang rumah sang nenek. Untuk sejenak Renjun memandangi pintu besi di depannya ini. Renjun mengarahkan tangannya memasukkan kunci ke dalam lubang yang membuatnya mati penasaran. Di rasa berhasil di putar, Renjun mendorongnya namun pintu itu tetap tidak bisa terbuka.

Renjun mendorong kuat pintu besi sampai perlahan pintu itu bergerak. Menimbulkan bunyi nyaring saat engsel pintu bergesekkan. Karena sudah lama tak di buka membuat pintu sedikit macat. Renjun tercengang dengan pemandangan di hadapannya.

Renjun melangkahkan kakinya masuk, sampai ia bisa merasakan suasana menenangkan dari hutan ini. Pemandangan alam begitu mendominasi hutan yang selama ini ingin ia ketahui.

Pepohonan menjulang tinggi, dedaunan kering menutupi tanah tampak seperti di musim gugur, dan jangan lupakan suara binatang asing terdengar samar. Walau hutan lumayan gelap tetapi pemandangan ini benar-benar membuat Renjun terpukau. Ia melangkahkan kakinya semakin memasuki hutan. Tanpa sadar sepasang mata semerah darah memerhatikannya dari balik pohon.

"Ini benar-benar luar biasa," kagum Renjun. Kepalanya terus mendongak memandang ke arah langit senja yang begitu indah.

Renjun mengambil ranting kering sebagai jejak agar dirinya tidak tersesat. Renjun sangat penasaran ingin memasuki lebih dalam lagi keadaan hutan indah tersebut. Satu persatu Renjun menancapkan ranting sebagai penanda jalan. Ia terus melangkah dengan perasaan tenang.

Seolah tak takut dirinya akan dimangsa oleh hewan buas.

Semakin Renjun masuk ke dalam hingga akhirnya Renjun menemukan sebuah rumah terbuat dari kayu. Bisa jadi ada seseorang tinggal di sini, tetapi keadaan rumah itu tampak tidak baik-baik saja. Kayu itu kemungkinan sudah lapuk, terlihat dari warnanya yang pudar.

Karena penasaran Renjun pun mendekat. Renjun menyentuh gagang pintu lalu memutarnya perlahan sehingga menimbulkan bunyi. Renjun memandang isi rumah yang kosong. Dugaannya salah, tak ada seorang pun tinggal di sini.

Tak ada yang menarik jadi Renjun memutuskan pergi. Sebelum keluar sepenuhnya, langkah Renjun terhenti saat mendengar suara rantai dari dalam sebuah kamar. Gesekan antar rantai tepatnya. Renjun berjalan perlahan mendekati pintu bercat cokelat memastikan jika ia hanya salah dengar.

Krieeet

Mata Renjun melebar melihat sesosok lelaki terikat rantai di kedua tangan dan kaki. Bahkan leher pria itu juga harus terbelenggu bagaikan seekor hewan. Renjun mendekati lelaki asing itu, memandangnya dengan ekspresi terkejut. Sementara lelaki itu terlihat lesu. Apalagi pria itu tidak mengenakan pakaian atas, otot perutnya sampai terlihat jelas.

"Astaga! Siapa yang mengikatmu di sini?"

Renjun mencoba melepas rantai itu namun usahanya gagal. Rantai itu sangat kuat sedangkan dirinya tak tau harus membukanya dengan apa.

Mungkin saja ada kunci yang tersimpan di antara laci-laci meja atau di dalam lemari. Renjun pun membukanya. Betapa terkejut dirinya melihat tulang belulang memenuhi isi lemari. Tapi ia segera menyingkirkan tulang itu, tak ada kunci di sana berarti kemungkinan di dalam laci. Renjun membuka laci dan dugaannya benar.

Renjun membuka rantai yang mengingat lelaki itu. Seketika dia ambruk. Masih dalam keadaan sadar, lelaki itu tersenyum tipis sembari menghirup banyak sekali udara.

Renjun beringsut mundur ketika lelaki itu mengeluarkan mata serigalanya yang berwarna biru dan kuning keemasan. Lelaki itu menggeram bak serigala dengan cakar-cakar tajam keluar dari kukunya. Lelaki itu menoleh ke arah Renjun, mendekatinya dalam keadaan setengah serigala menguasai dirinya.

Renjun semakin mundur, ia ketakutan saat tatapan lelaki itu memandangnya bagaikan santapan lezat.

Kuku setajam jarum tadi menghilang secara perlahan, lelaki itu mengambil tangan kanan Renjun yang terdapat luka goresan. Renjun tak merasakan jika tangannya terluka, Renjun hendak menarik tangannya namun di tahan oleh lelaki itu.

Renjun terkejut ketika dia menjilati lukanya. Benda tak bertulang itu menyapu bersih darah yang keluar. Perlahan luka goresannya tertutup bak meregenerasi. Renjun terkejut, ia memerhatikan luka di tangannya sudah lenyap bahkan tidak ada bekas luka sedikit pun di sana.

"B-bagimana bisa?" gumam Renjun tak percaya sembari memandangi tangannya. Lelaki itu menatap Renjun dengan senyuman manis sampai matanya membentuk lengkungan bagaikan bulan sabit.

"Siapa namamu?" tanya Renjun.

"Jeno, namaku Lee Jeno," jawabnya bersemangat.













Yeux BleusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang