"Kau ditumbalkan." Bukan Jaemin atau Hendery yang berkata, melainkan Lucas.
Renjun mulai panik namun Hendery segera menjitak kepala Lucas. "Jangan dengarkan dia. Untuk pencegahan kurasa tidak perlu, karena perang tetaplah perang di mana terjadi begitu saja sampai salah satu dari kedua pihak kalah lalu menyerah," jelas Hendery menimpali. Tentu saja masih membuat Renjun merasa bersalah.
"Sudahlah jangan merasa bersalah seperti itu. Masuklah dan tidur. Bukankah besok kau harus bekerja?" tanya Hendery.
"Aku mengambil cuti selama dua hari."
"Oh."
•••
Renjun duduk berdiam diri dekat jendela. Toples berisi biskuit tersaji di depannya seraya menikmati segelas susu hangat sebagai pelengkap. Di luar sana sedang turun hujan, begitu deras sehingga udara lumayan dingin. Renjun membalut tubuhnya dengan selimut tebal. Menyenangkan berada di dalam rumah saat hujan tapi sekarang ia hanya seorang diri.
Tak ada siapa-siapa, ia kesepian.
Ia teringat Jeno. Werewolf itu pasti kedinginan mengingat saat Renjun hendak memberikan pinjaman pakaian, Jeno malah pergi terlebih dahulu.
Renjun beranjak dari sofa guna mencari payung dan kunci pintu besi yang ia simpan dalam laci. Setelah ketemu, Renjun berjalan ke belakang rumah berniat membuka pintu itu. Sesaat Renjun termenung, jika dirinya membuka pintu itu lagi akankah berbahaya?
Tetapi Renjun kasihan kepada Jeno, pasti lelaki itu tengah kedinginan. Setelah berdebat dengan batinnya, Renjun memutuskan membuka pintu besi itu. Memasukkan kunci ke dalam lubang kemudian memutarnya ke kanan. Namun sebelum pintu itu terbuka ada sebuah tangan muncul menahan pergelangan tangannya.
Renjun menoleh mendapati Jaemin sudah ada di sampingnya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Jaemin yang menatapnya tanpa ekspresi.
"A-aku ingin bertemu Jeno."
Vampir disebelahnya menghela napas. "Tenang saja dia tidak akan kenapa-kenapa. Jika kau mengasihaninya karena kedinginan, kau salah besar. Jeno bisa mengubah wujudnya menjadi manusia serigala dan bulu merekalah yang membuanya hangat. Kau jangan khawatir, percayalah, dia baik-baik saja."
Renjun sedikit bernapas lega mendengarnya. Ia pun kembali mengunci pintu itu lalu berbagi payung dengan Jaemin yang basah akibat terguyur hujan.
"Apa yang kau lakukan?" tanyanya lagi.
"Kau basah kuyup," jawab Renjun tenang. Jaemin terkekeh lalu mengusak surai legam Renjun. Manusia disampingnya ini memang baik.
"Masuklah sebelum flu menyerangmu. Ini sudah larut mengapa kau tidak tidur?"
Renjun mengangkat acuh bahunya. "Aku insomnia," jawab Renjun seraya duduk di kursi belakang rumah. Dilihatnya perlahan tubuh Jaemin mengering, Renjun berdecak kagum dengan perubahan secepat itu.
"Na, apa Vampir bisa jatuh cinta juga?" tanya Renjun ingin tahu.
"Entahlah aku bahkan tidak ingin menjalin hubungan atau menikah. Aku masih ingin menikmati kesendirianku tanpa adanya pasangan hidup."
Renjun mengerutkan dahi. "Kenapa begitu?"
Jaemin menopang dagu. "Aku tidak tahu," jawab Jaemin kemudian keduanya terdiam. Hanya rintik hujan mengisi keheningan di malam yang mendung nan sunyi.
•••
Cahaya matahari mengintip malu-malu melalui celah rumah yang hanya dihuni oleh satu orang. Terdengar kicauan burung yang begitu syahdu dari pepohonan. Aroma alam tercium ke indera penciuman di tambah gepulan asap dari masakannya membuat perut seketika keroncongan.
Renjun tengah berkutat membuat sarapan. Setelah hujan semalaman, tanah semula tandus menjadi basah bahkan sampai tercipta genangan kecil yang mana anak-anak sedang bermain di luar sana. Renjun teringat masa kecilnya, dulu ia juga suka sekali bermain-main dengan genangan sehingga seluruh tubuhnya terkena lumpur. Alhasil Ibunya langsung memarahinya.
Menu sarapannya adalah Pancake. Renjun sedang malas membuat masakan yang berbelit-belit cukup yang simpel asalkan jadi.
"Aku buatkan juga."
Renjun menoleh mendapati Lucas sudah ada di meja makan. Renjun tak mendengar langkah kaki atau pintu dibuka namun Lucas sudah ada di sana secara tiba-tiba.
"Vampir memakan makanan manusia juga, ya?"
"Tentu saja kau pikir hanya darah yang dikonsumsi?" jawab Lucas dengan nada sarkas.
Renjun menampilkan cengiran lucu kemudian membuat lagi Pancake untuk sepupunya.
"Aku bisa merasakan suatu kekuatan besar mendekat," gumam Lucas, Renjun yang tidak mengerti dengan perkataan Lucas hanya terdiam.
"Kekuatan apa? Ataukah jangan-jangan Donghae dan kelompoknya? Apa yang harus kita lakukan? Panggil Hendery dan Jaemin, kita akan berdiskusi mencegah agar Ayah Jeno tidak datang!"
"Kemarilah." Lucas menggerakkan tangan membuat gestur agar Renjun mendekat ke arahnya.
Dengan sangat panik Renjun mendekati Lucas. Sepupunya menarik pundak Renjun kemudian mendekatkannya ke arah perut. "Perutku berbunyi saat aroma Pancake buatanmu menguar," ucapnya berbisik.
Renjun menegakkan tubuh, ia menodongkan spatula bersiap memukul Lucas dengan senjata andalannya.
"JANGAN MAIN-MAIN DENGANKU LUKE!!"
Lucas tertawa keras, ia berlari terbirit-birit saat di kejar oleh Renjun. Ayolah, walau sekarang Lucas sudah bukan manusia lagi, tetapi sikap menyebalkannya masih melekat kuat dalam dirinya. Berbeda dengan Hendery, sepupunya itu berubah 180° dari menyebalkan menjadi dingin seperti bongkahan es Antartika.
•••
Jeno berdiri dibalik pintu besi dengan wajah murung. Ia bisa mendengar suara tertawa Renjun bersama Lucas dari dalam. Entah mengapa suasana hatinya sangat kacau mendengar canda tawa di dalam sana.
"Nanti malam bulan purnama, mengapa kau berada di sini?"
Jeno terkejut mendengar suara Jaemin menginterupsi dari arah belakang. "Bisakah aku bertemu Renjun sebentar? Aku m-merindukannya."
Mendengar jawaban dari Jeno berhasil membuat Jaemin tersenyum tipis dibuatnya. Ia merangkul sahabatnya sembari memanyunkan bibir.
"Baru semalam berpisah sudah merindu, huh. Saat aku pergi seharian mengapa tidak kau cari atau sekedar bertanya 'kau habis dari mana, mengapa tidak muncul seharian?' sahabatku ini mulai pilih kasih sekarang, hm."
"Bukan begitu hanya saja kemana pun kau pergi aku bisa mencium keberadaanmu dalam jarak berkilometer sekalipun, jadi aku sudah tahu terlebih dulu kau kemana dan hendak pergi kemana. Aroma Renjun belum sepenuhnya kukenali jadi aku rindu hahaha." Jeno tertawa renyah dengan penuturannya sendiri.
"Baiklah setelah bulan purnama berakhir aku akan memintanya bertemu denganmu. Kau tahu, semalam Renjun hendak menemuimu dalam keadaan hujan lebat karena dia mengkhawatirkanmu."
Jeno tersenyum lebar. "Benarkah?"
"Yaps. Aku lapar, mari berburu," ajak Jaemin masih setia merangkul pundak Jeno. Manusia serigala itu mengangguk kemudian berlari cepat berburu hewan dalam hutan sebagai makanan, disusul Jaemin dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yeux Bleus
FantasyKisah legenda manusia serigala yang mencintai seorang manusia biasa, menjadikannya sebagai pasangan hidup walau harus kehilangan kekuatan abadi yang dimilikinya. Demi cinta dia rela melindungi pujaan hati dari banyaknya rintangan kematian. #4 in Jen...