1

1.2K 96 4
                                    


Duarr

Suara tembakan yang memekakkan telinga terdengar sangat jelas oleh Jay. Sebelum ia bisa menengok dan melihat siapa yang menembak, tiba-tiba tubuhnya terjatuh bagai bangunan yang kehilangan penopangnya dan berakhir runtuh. Mata elang miliknya membesar karena rasa sakit yang tak tertahankan, sebelah tangannya berusaha menutupi bagian dada yang terluka, meski ia tau itu percuma.

Pandangannya mulai memburam, dan seseorang tiba-tiba muncul di hadapan Jay...

Yah

Kini ia tau, siapa itu. Dan Jay tak akan pernah lupa akan apa yang orang itu telah lakukan padanya dan keluarganya.

Jay menutup matanya untuk menyembunyikan kesedihan, dan rasa sakit karena dikhianati.

Ia tidak mengerti, mengapa adik yang selalu ia manjakan, ia sayangi dan cintai sepenuh hati justru menjadi orang pertama dan terakhir yang menyakiti serta menghancurkan hidupnya?

Keluarga mereka selalu mendukung dan menyayangi JungWon melebihi apapun, memberikan apa yang ia mau, memperhatikannya.. menyayanginya...

Sungguh...

Apakah selama ini semua itu hanyalah bualan belaka bagi JungWon??

Jay merasa dia tidak bisa memaafkan JungWon.. tetapi ia sungguh ingin tau alasan di balik itu semua.. meski menyakitkan, ia berharap dapat mengetahuinya.

Karena pikiran itu, Jay mendadak membuka matanya serta mulutnya terbuka dan tertutup seperti akan mengucapkan sesuatu, sebelah tangannya melambai untuk mencapai orang yang ada di hadapannya.. namun takdir sepertinya berkata lain untuk Jay.

Sebelum Jay mengucapkan sepatah katapun, Jay mendadak berhenti bergerak. Matanya terbuka lebar kemudian menutup lambat. Tangan yang awalnya melambai ke atas, perlahan jatuh ke tanah.

Darah menyesap keluar di antara tubuh Jay, dan mata elang yang biasanya terlihat dingin kini telah tertutup rapat-rapat, tak akan mungkin untuk terbuka lagi.

Di saat-saat terakhir Jay berucap dalam hatinya, "jika aku memiliki kesempatan.. aku akan membalas mu JungWon-!" Setelah itu, semuanya menjadi gelap gulita.

.

Di saat Jay berpikir dia akan langsung pergi ke neraka, tiba-tiba saja ia melihat setitik cahaya teramat terang di hadapannya... sekeliling Jay saat ini hanyalah hitam kelam, dan cahaya itu hanya satu-satunya penerangan.

Jemarinya berusaha menggapai cahaya itu, namun semakin Jay berusaha mendeka, cahaya kecil itu semakin menjauh.

Hingga saat Jay mulai menyerah untuk menggapai, tiba-tiba sebuah suara halus menyapa telinga Jay, "Jay hyung".

Suara itu terdengar familiar, tapi Jay tidak ingat. Sebelum Jay bahkan dapat mengingat pemilik suara halus tadi, kini sekeliling Jay sudah berubah menjadi terang benderang.

Butuh waktu lima menit untuk Jay membiasakan cahaya yang masuk ke retina matanya, setelah semuanya perlahan menjadi jelas, seketika Jay tertegun atas apa yang di lihatnya.

Dia saat ini tengah berada di ruang meeting, melakukan pertemuan dengan klien untuk membicarakan terkait pemasaran produk. Meski wajahnya terlihat datar di luar, tapi sesungguhnya hati Jay berada dalam kebingungan besar saat ini.

Bukankah ia sudah mati? Harusnya ia tengah berjalan menuju neraka saat ini, tapi kenapa dia sekarang berada di sini? Pikir Jay sedikit panik, kedua alis datarnya mengerenyit halus, mata elangnya menyipit, dan bibirnya sedikit mengerut, tanda bahwa ia sedang berpikir keras.

Hal ini di lihat oleh para klien, membuat mereka merasakan keringat dingin mengalir deras di balik punggung mereka. Berpikir bahwa Jay merasa tidak puas dengan hasil presentase yang telah di buat atau bahkan sedang ada masalah yang sedikit rumit, seseorang mengangkat tangannya dan batuk kecil untuk meringankan kecanggungan yang seringkali terjadi di ruang meeting ini.

Orang itu bername tag SungHoon Park, ia berkata; "Pak direktur, bagaimana jika kita lanjutkan meeting ini pada lusa depan?" SungHoon Park adalah asisten sekaligus teman baik dari seorang Jay, dalam sekilas ia bisa mengetahui mood direktur wajah datar ini sedang tidak baik. Karena itu mengusulkan untuk melanjutkan meeting lusa depan adalah hal yang baik untuk di lakukan.

Ucapan sang asisten berhasil membuat seorang direktur Jay dari perusahaan A yang ternama, tersadar dari lamunannya saat itu juga.

Jay menoleh santai pada setiap orang yang duduk di hadapannya dengan datar, ia kini tengah mempertimbangkan sesuatu..

Namun pada akhirnya ia hanya mengangguk ringan dan bangkit dari duduknya lalu melenggang keluar dengan jas biru yang ia sampirkan di pundaknya tanpa berpikir untuk berucap satu patah katapun pada orang-orang panjang lidah itu.

.

Memasuki elevator atau lift, Jay menyempatkan dirinya membuka handphone dan melihat kalender di dalamnya.

Setelah melihatnya, Jay sedikit melebarkan matanya karena terkejut. Kemudian tanpa berbalik badan sedikitpun ia bertanya pada SungHoon yang berada tepat di belakangnya, "sekarang tanggal berapa?" Suara Jay bernada sangat dingin dengan kesan acuh tak acuh pun berhasil membuat SungHoon sedikit terkejut.

Tebakannya benar, pasti ada masalah.

"Tanggal 5 bulan 9" jawab SungHoon datar, "apa perlu ku beritau juga tahunnya?" Tambahnya.

"Mhm, tahunnya" balas Jay singkat. "2024, cukup. Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya SungHoon kesal, ia sangat mengerti jika sahabatnya ini sedang ada masalah, karenanya SungHoon sungguh tidak tahan lagi dan ingin membantu secepat dan sebisa mungkin.

Namun yang di tanya hanya menggelengkan kepala pelan tanpa menjawab sepatah katapun padanya.

Sudahlah,

Meski SungHoon sangat ingin membantu, tetapi jika Jay mau di bantu olehnya ia pasti sudah mengatakannya dari awal, dan sekarang sahabatnya ini hanya menggeleng pelan, sudah pasti Jay tidak mau ada yang mengganggunya saat ini.

Karena itu, setelah di balas gelengan oleh Jay, SungHoon langsung menutup mulutnya rapat dan membiarkan Jay berpikir sendiri terlebih dulu baru membantunya jika ia benar-benar membutuhkan dirinya.

.

Setelah menyelesaikan semua pekerjaan di meja kantornya, kini Jay sedang duduk diatas kursi putarnya dengan segelas anggur merah di tangannya. Dia masih saja memikirkan bagaimana mungkin ia kembali pada 4 bulan sebelum kejadian itu?

Masih dalam lamunannya sendiri, tiba-tiba saja ponsel Jay berdering. Saat ia melihatnya ternyata hanya sebuah pesan, membukanya dengan santai dan seketika aura di sekitar Jay berubah menjadi dingin, tatapannya menggelap seperti tertutup oleh kabut kegelapan, dan bibirnya bergerak membentuk senyuman aneh yang terlihat seperti seringaian.

Dan kemudian ia berkata,

"Aku kembali, JungWon".




















Catatan penulis.
Harap anda membaca tags buku ini terlebih dahulu, sebelum melanjutkan. :)

Revenge of Jay [JayWon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang