Ke esokan harinya,
Mentari menyapa, semua orang mulai beraktivitas seperti biasa mengecualikan dua individu yang masih berpelukan di sebuah tempat tidur dengan size king. Kedua individu itu merupakan seorang wanita dan juga pemuda.
Keduanya bertelanjang dada, dengan si wanita yang ber-make up tebal itu bergerak aktif memeluk si pemuda yang sepertinya masih tertidur.... atau mungkin juga tak sadarkan diri?
Entah.
Wangi parfum menyengat hidung JungWon, ia mengerutkan dahinya, bulu mata panjangnya berdebar, tanda dirinya akan segera bangun.
JungWon tidak tau apa yang terjadi kala dia membuka matanya dengan linglung. Seluruh tubuhnya terasa sakit, kepalanya pusing, perutnya terasa kosong tapi rasanya ia ingin mengeluarkan semua isi perutnya itu.
Ia berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya sembari menata kembali pikirannya, dan setelah beberapa menit pikirannya sudah tertata, kini JungWon baru menyadari ada sesuatu yang menempelinya. Ia mengerenyit dalam, bau parfum ini terlalu menyengat membuatnya kembali merasakan pusing dan mual.
Ia pun menoleh, dan mendapati seorang wanita tengah memeluknya erat. JungWon terkesiap, ia kaget dan juga bingung. Ia langsung mendorong wanita itu ke samping lalu bangun dari tempat tidurnya sambil memeluk tubuhnya sendiri dengan erat, tampak seperti dia sedang di lecehkan oleh si wanita.
Sang wanita kemudian terbangun dan menatap JungWon dengan aneh sambil bertanya, "tuan, kau kenapa? Mari sini.." wanita itu tersenyum nakal dan menepuk-nepuk kasur di samping tubuhnya yang melikuk.
Belum sempat JungWon menjawab, tiba-tiba saja suara berisik tak karuan datang dari luar pintu. JungWon menoleh ke pintu itu secara bersamaan dengan seseorang yang mendobraknya.
"Polisi-! Semuanya angkat tangan-!" Titah salah seorang yang mendobrak tadi. Kemudian dirinya masuk dan diikuti beberapa anggota lain dengan seragam kepolisian yang ber-atribut lengkap.
Masing-masing menodongkan senjata mereka ke arah JungWon dan wanita tadi. JungWon terkejut bukan main, matanya membulat sempurna dengan semburat kemerahan di bawah matanya, ia ingin menangis-!
Dengan sedikit terisak, JungWon ingin mengatakan sesuatu, tetapi terhenti kala sang polisi melemparkan sepasang pakaian tepat ke kepalanya, "pakai dulu."
JungWon mengangguk bagai ayam yang sedang makan sembari memakai pakaiannya dengan cepat. Tubuhnya bergetar hebat, dia bingung dan linglung, takut namun juga pasrah. Ia berpikir keras untuk mengingat kembali kejadian yang terjadi sebelumnya, tapi nihil hasilnya.
Setelah selesai memakai pakaiannya, seorang polisi dengan sarung tangan karet di kedua tangannya membawa sebuah plastik yang berisikan dua jarum suntik yang sudah di gunakan, serta obat-obatan berwarna kuning dan putih di dalamnya. Polisi itu kemudian menyerahkan plastik itu pada polisi lain yang sepertinya adalah atasannya.
Keduanya mengangguk, "ini dragonfly, cepat tahan mereka!"
"Tunggu, aku hanya wanita panggilan tuan Park JungWon-!" Teriak wanita itu, ia berlari keluar tanpa busana dan di cegat oleh beberapa polisi. Bukan saatnya untuk mengkhawatirkan yang lain, kini kedua tangan JungWon sudah di kaitkan dengan borgol besi yang cukup tebal.
JungWon bergidik. "Pak, JungWon nggak tau apa-apa pak.. tolong.." ucap JungWon, suaranya bergetar seirama dengan tubuhnya. "Jelaskan saja nanti di kantor" balas sang polisi yang menahannya.
"Ta-tapi JungWon nggak salah pak..." JungWon menangis, dia sungguh tak tau apa-apa dan merasa tidak melakukan apapun, karena itu dia menyangkal.
Polisi itu hanya diam, mendorong JungWon untuk keluar ruangan dan membawanya ke kantor pusat kepolisian.
.
Sesampainya di kantor polisi, JungWon di masukkan ke dalam ruang investigasi dengan seorang detektif di dalamnya. Detektif itu membuka lembaran kertas laporan yang semuanya berisikan tentang JungWon.
Detektif itu mengerutkan keningnya, kala ia melihat JungWon di hadapannya. Ia menggelengkan kepala lalu bertanya dengan nada tidak sabar, "dimana kau dapatkan dragonfly?"
JungWon berkedip polos, matanya kembali memerah, ia ingin menangis lagi..
Detektif itu berdecak kesal, "kau yang berbuat dan kau juga yang nangis.." JungWon menangis deras seraya menggelengkan kepalanya kuat-kuat, ia sungguh tidak mengerti apa maksud polisi itu.
"Jawab saja, mungkin jika kau mengaku, hakim akan mengurangi hukuman mu karena kau juga masih terlalu muda"
"Tidak, aku tidak mengerti maksud mu pak.. aku tidak tau apa salah ku" pikiran JungWon saat ini kacau balau, dia tidak bisa berpikir jernih di saat-saat menyeramkan seperti ini.
"Hyung, iya pak.. bisa aku memanggil hyung ku? Dia pasti bisa membantu ku-!" Seru JungWon, dia sangat yakin kakaknya itu pasti menolongnya.. pasti..
Ya kan?
Seketika JungWon kembali teringat kejadian malam itu, dimana sang kakak marah padanya, JungWon pergi ke sekolah ia di culik dan belum kembali sejak itu.. pasti kakaknya khawatir-!
Di culik...
"Pak, aku waktu itu di culik seseorang.. iya, waktu aku mau sekolah.. aku di culik-! Pasti itu ada hubungannya sama penculik itu-!" Nada JungWon sangat depresi, sang detektif menangkap nada itu, ia menaikkan sebelah alisnya dan bertanya, "jadi maksud mu, kau di kambing hitam kan? Iya?"
"Iya pak-! Tolong, aku ingin hyung ku datang.. dia pasti bisa membantu ku menjelaskan"
Sang detektif mengangguk, dan langsung keluar ruangan untuk memanggil Jay, sang kakak.
.
Tanpa di ketahui bagaimana caranya, permasalahan JungWon dengan polisi segera berakhir. Di asumsikan bahwa masalah itu selesai dengan uang, tapi siapa yang tau?
Keluar dari kantor polisi, Jay berjalan di depan JungWon. Hawa dingin menyelimuti mereka, sepertinya kak Jay nya bertambah marah..
JungWon mengikuti langkah Jay selangkah demi selangkah, menundukkan kepalanya dalam karena takut. Ia tak melihat ke depan, dan dirinya pun berakhir menabrak Jay yang ternyata berhenti secara tiba-tiba.
Jay setengah berbalik dan memicingkan mata elang nya sinis pada yang lebih muda, dengan kedua tangannya yang di masukkan ke dalam kantung setelan celana kerjanya, Jay berkata "aku kecewa padamu JungWon, sangat kecewa"
Suara dingin dan berat itu sontak menusuk hati JungWon dan seketika membeku kan semua pergerakan organ tubuhnya termasuk juga pikirannya.
JungWon tidak bisa berpikir, ia hanya...
Hanya apa? Ia bahkan tak bisa lagi mengingat apa yang di rasakan atau bahkan yang di pikirkannya.
Waktu terasa seperti berhenti berputar di sekitar JungWon. Kepalanya pusing, ia sangat mual, matanya memburam dan rasanya sangat sesak seperti seseorang mencekik lehernya.
Jay sudah berjalan menjauh, tangan JungWon melambai. Ia ingin menghentikan kak Jay nya, tapi langkahnya terasa sangat berat.
Ia tak bisa berjalan lagi, semuanya seperti runtuh di mata JungWon dan sekali lagi...
Ia hanya melihat gelap.
JungWon terlalu lelah dengan semua beban pikiran ini, tubuhnya juga tak kuat lagi untuk menopangnya dan berakhir tumbang.
Sebelum mata JungWon tertutup sepenuhnya, ia seperti melihat kakaknya tersenyum padanya... namun senyum ini sangat menakutkan..
JungWon harap, ia hanya salah tangkap..
Semua ini pasti hanya mimpi
Iya kan?
...
Catatan
Aku mager.. mager bgt woee 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge of Jay [JayWon]
FanfictionJay hidup kembali. Apa yang sebenarnya terjadi? Ia masih ingat, sebelumnya dia mati karena seseorang menembaknya tepat di jantung, dan samar-samar Jay melihat pelakunya. Ia adalah JungWon, adik kesayangannya. Tapi mengapa? Kenapa JungWon tega sekal...