JungWon bermimpi, dirinya berada di tempat gelap.. terlalu gelap hingga ia tidak dapat melihat kedua tangannya sendiri, ia sepertinya dikurung dan terbelenggu oleh sesuatu. Dia berteriak namun tak terdengar suara sedikit pun, lalu tiba-tiba ada sepasang tangan yang entah milik siapa memeluknya erat dari balik tubuhnya.
JungWon takut.
Ia berusaha untuk lepas dari belenggu dan tangan yang memeluknya erat itu, tapi seperti semuanya hanya sia-sia ia bahkan tidak bergeser sedikit pun dari sana. Ia pasrah, namun di detik-detik kepasrahan itu Jay seketika hadir di hadapannya.
Jay menunduk, tersenyum lembut dan memeluknya, membuat hatinya menjadi sedikit lebih tenang, tapi pada detik berikutnya Jay tiba-tiba berbisik dengan seringai khas tepat di samping telinga JungWon, "kau akan membayar semuanya" Jay tertawa mengerikan bagai seorang psikopat.
JungWon bergidik, tubuhnya bergetar hebat, matanya mengeluarkan air mata deras, ia tak tau apa maksud dari ucapan sang kakak.
Ingin sekali JungWon mengatakan sesuatu untuk menyangkal.
Tapi menyangkal apa? Dia tidak tau apapun, rasanya sangat sakit sekali.. seperti ada sesuatu yang harus ia katakan pada kakaknya itu, tapi apa..? Pengap, dia menghirup banyak-banyak udara. Seperti itu adalah satu-satunya yang bisa membuatnya tetap hidup.
Kemudian...
Duarr
Suara tembakan terdengar, tapi JungWon tidak dapat melihat apapun, ia hanya merasakan ada sesuatu yang mengalir dari dadanya. Menyesakkan, sakit, pedih tapi semuanya hilang dalam sekejap ketika dia terbangun dari bunga tidurnya.
Peluh membanjiri seluruh tubuh, termasuk juga keningnya. Di penghujung mata dan wajahnya memerah, air mata mengalir dari kedua mata indah itu dengan arah tak beraturan.
Napasnya tersengal, detak jantungnya berdetak cepat.
Sungguh mimpi yang mengerikan.
JungWon menetralkan napasnya, lalu melirik kecil ke arah jam waker, dan itu menunjukkan pukul 12 pagi. Ia merasa kerongkongannya panas seperti terbakar dan kering, perutnya melilit seakan sebuah batu besar menimpanya tanpa ampun, membuatnya mual dan pusing.
Dengan jalan sedikit tertatih, ia menuruni tangga untuk menuju ke dapur dan berencana mengisi perutnya sedikit serta minum untuk mengurangi rasa pedih di kerongkongannya.
Tapi belum sampai kaki mungil nya menginjak lantai terakhir, netra JungWon mendapati Jay yang tengah bersedekap dada di depan pintu ruang makan. Kedua mata Jay tertutup, tapi JungWon tau kalau kakaknya itu tidak tidur berjalan.
Karenanya ia menghampiri Jay dan berniat menyapa, namun suaranya sangat serak dan terdengar sedikit menyeramkan "Jay hyung..."
Jay membuka mata elangnya dan menatap lekat pada JungWon, netra elangnya ia bawa untuk menelisik ke leher putih JungWon yang penuh dengan bercak merah kehitaman, ia tersenyum puas di dalam hati seraya berdecih pelan.
Kemarin sungguh hari yang memuaskan baginya, tapi itu belum seberapa.. masih banyak hal yang akan ia lakukan nantinya..
Jay masih bersabar menunggu untuk menyelsaikan permainan ini...
Tanpa mengatakan apapun sebagai balasan, Jay langsung melangkah pergi dari sana namun langkahnya terhenti, kala mendapati sebuah tangan kurus memegang lengannya dengan lemah.
Itu JungWon, "h-hyung.. maafkan aku.. itu sungguh bukan aku... a-aku bahkan tidak tau apa yang membuatku di tahan oleh polisi.. dan, dan wanita itu aku tidak mengenalnya...--
Belum sempat JungWon menjelaskan semuanya, Jay melepas pegangan lemah itu dari tangannya dengan sedikit kasar, membuat yang lebih muda tersentak takut hingga mundur dua langkah untuk menjauh.
Jay berbalik dan berucap dengan dingin, "semua itu kau lakukan tanpa sadar.. tentu saja kau tidak akan mengakuinya, besok kau ikut dengan ku ke rehabilitasi dan tinggal di sana hingga sembuh total, aku tidak mau mengurus orang yang sudah bermain dengan narkoba."
JungWon membulatkan matanya, ia kembali menarik kecil tangan Jay dan memohon, "hyung..aku, aku mohon jangan masukkan aku ke rumah rehabilitasi.. aku tidak mau hyung... tolong... aku akan lakukan apa saja, tapi jangan rehabilitasi itu.." JungWon memohon dengan amat, kedua matanya kembali memerah suaranya terdengar semakin mengerikan karena serak.
Mata elang Jay menyipit, ada cahaya berbinar di matanya yang tertutup oleh gelap bayangan. Lalu ia berucap, "apa saja? Kau berjanji akan melakukan apa saja?"
JungWon mengangguk semangat, ia tau kalau kakaknya pasti masih menyayanginya..
Jay tersenyum sinis di dalam hati, namun tampak datar di luar.. ia berbisik pelan sekali..
Gotcha
JungWon merasa tidak ada yang salah dengan ini.. dia sudah mengenal kakaknya selama 16 tahun, dan ia sangat mempercayainya.. terlebih ia masih memiliki cita-cita yang harus ia gapai, yaitu menjadi seorang idol.
Jika dirinya masuk ke rumah rehabilitasi, semua impian itu akan hilang karena reputasi jelek tersebut, selain itu ia juga harus menghadiri lomba dance tiga bulan lagi..
Dan tiga bulan itu tidak mungkin cukup untuk dirinya rehabilitasi tanpa melakukan latihan..
Karenanya...
Ia percaya, jika kakaknya memberi pilihan, itu pasti pertanda bahwa Jay masih menyayanginya meski dia hanya adik angkat, dan mau bersedia menolongnya..
Iya... itu pasti.
.
Catatan
Oh.. yaampun, kenapa ada manusia mager macam aku ini..🙂
Nulis dikit mager, baca dikit mager... yah.. akhirnya ni aku gak baca ulang, jadi mohon maap klo ada kesalahan penulisan..Anyway, aku buat story baru.. JayWon pastinya, klo ada waktu di liat² ya di profil ku hehe🙂
Kasih ⭐ biar aku tau kalian suka dan mau aku lanjutin story nya atau nggak heuheu 🙂🙃

KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge of Jay [JayWon]
FanfictionJay hidup kembali. Apa yang sebenarnya terjadi? Ia masih ingat, sebelumnya dia mati karena seseorang menembaknya tepat di jantung, dan samar-samar Jay melihat pelakunya. Ia adalah JungWon, adik kesayangannya. Tapi mengapa? Kenapa JungWon tega sekal...