chapter 2: breakeven

166 26 72
                                    

Sorry for the typo's yeehaaaww, en-fuckin-joy peeps♡


Author's Pov

Setelah satu hari penuh Sydney gunakan untuk menangis dan berteriak menumpahkan seluruh emosi nya, kini ia sudah berada di front office untuk melakukan check out. Ia tidak ingin menggunakan uang Harry terlalu banyak lagi, meskipun dia sendiri tahu kalau lelaki itu bahkan sudah memesan untuk sehari lagi.

Sydney tiba tiba saja terfikirkan kalau Harry dan tim nya sudah tidak ada di New York, mengingat padat nya jadwal konser lelaki itu untuk beberapa bulan ke depan.

Gadis itu melangkahkan kaki nya keluar dari hotel bintang 7 itu dengan malas, rasanya ia hanya benar benar ingin tenggelam. Karena saat ini ia tidak memiliki motivasi hidup sama sekali. Terlebih 2 kampus yang ia sudah daftar kan diri, kini mulai meneror Sydney untuk segera menentukan pilihannya.

Sydney meraih ponsel nya ketika dering nya mulai terdengar menyebalkan, padahal niat nya tidak ingin memegang ponsel terlebih dahulu. Namun mau di apakan, kini sudah di genggamannya. Ia pun memutuskan untuk menepi agar beberapa orang dapat berjalan tanpa merasa terganggu akan kehadirannya.

5 missed calls (Harry)
28 missed calls (Mother)
2 missed calls (Henry)
2 new messages from Daddy

Matanya membulat begitu melihat dari notification bar nya terdapat nama Harry. Apa lelaki itu tidak membenci nya?

Mengabaikan history call milik Harry, ia memilih untuk menelfon kembali kakak sepupu nya–Henry Cavill. Butuh 2 kali untuk menghubungi lelaki pemeran Superman itu hingga mengangkat nya.

"Hai, ada apa mengubungiku?" Tanyanya tanpa menyapa terlebih dahulu

"Kemana saja sampai tidak bisa mengangkat? Aku butuh dirimu untuk membantu tim produksi ku."  Balasnya langsung pada inti yang membuat Sydney harus menepuk dahi dengan kesal karena Henry selalu saja meminta bantuannya secara tiba tiba.

"Aduh, memang nya kau dimana? Aku masih di New York, Henry." Balas Sydney tanpa minat

Henry mendesah. "Aku juga di New York. Tapi seperti nya kau terdengar lelah sekali, datang lah ke loft ku di Duane St. Istirahatlah, nanti ku kabari kapan kau harus membantu."

Sydney tersenyum senang bila Henry sudah meminta nya untuk menginap di Loft apartemen milik nya. Karena Loft milik nya sangatlah indah, dan yang pasti tidak terlalu mencolok.

"Baiklah, beri aku uang ya. New York membuatku miskin, seharusnya kau tahu itu.." pinta nya dengan nada merengek

Henry tertawa kecil dan tentu saja menuruti permintaan adik sepupu nya itu.

Tidak perlu memakan waktu yang lama untuk mencapai New York Downtown, karena jarak yang di tempuh dari Four Seasons hanya sekitar 15 menit.

Sydney Pov

Aku menghampiri front office dengan wajah berseri seri, namun seperti nya para pekerja tidak perduli juga. Toh, mereka hanya berusaha membuat attitude yang bagus dan bukannya berusaha menjadi teman ku.

"Selamat pagi nona, ada yang dapat kami bantu untukmu hari ini?" Tanya wanita yang bekerja sebagai resepsionis ini dengan ramah

Aku tersenyum menanggapi keramahannya. "Ya, tentu. Bisakah kau memberikan akses untuk unit 75?" Ucapku memberitahu

Dengan segera resepsionis yang bernama Jennifer ini mencarikan kartu akses untuk loft milik Henry. Begitu menemukan, ia meminta ku untuk menandatangani surat persetujuan bahwa aku termasuk keluarga dekat dari pemilik unit.

Loving You [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang