"Bim—" Ucap lelaki teman sekelasnya bernama taro di sanggah oleh Bimantara.
"Bimantara." Jelas Bimantara ia tak suka orang-orang memanggilnya 'bima' ia tidak akan mengizinkan siapapun untuk memanggilnya dengan sebutan itu.
"Iya maksudnya gue Bimantara."
"Apaan?"
"Eh gue liat tugas biologi lo dong," Ucap Taro membuat Bimantara bingung sebab ia semalam tidak mengerjakan apapun kemudian melirik Renjana yang sedang memainkan ponsel dan airpods kuning kesayangnya disumpal di kedua telinganya.
"Ren biologi ada tugas emang?"
"Hah?"
Bimantara berdecak dirampasnya airpods Renjana membuat yang diperlakukannya mendengus kesal. "Biologi ada tugas apaan?"
"Oh ada si ketlyn ngeshare di grup kelas tadi pagi."
"Kok lo gak ngasih tau gue sih!" Bimantara dengan cepat membuka ponselnya memastikan apa emang benar atau tidak, pasalnya dari malam ia tidak mengecek ponselnya.
Renjana yang melihat Bimantara menghela nafas pelan. "Buku lo kan ada di gue,"
"Mana?"
"Gue kasih ke Abi."
"Kok? kenapa lo kasih ke dia sih!" Bimantara bangun dari tempat duduknya niatnya akan menghampiri Abi kelas sebelah ia urungi sebab Bu hana memasuki kelas.
Bimantara duduk kembali rasanya ingin menghajar Renjana sebab kawannya itu memberi bukunya pada Abi tanpa seizinannya.
"Lo tuh— "
"Kalo gue gak kasih ke Abi tugas lo bakalan kosong berakhir lo di hukum sama bu hana." Jelas Renjana yang melihat Bimantara naik pitam.
Suara ketukan pelan pintu kelas membuat atensi semua murid ke arah luar begitu juga Bimantara.
"Misi ibu, saya ada keperluan dengan Bimantara." Izin Abi. Bu hana menoleh ke ara Abi kemudian mengangguk pertanda ia di izinkan.
Bimantara berdiri dari kursinya menghampiri Abi dengan wajah tanpa ekpresi apapun.
"Nih buku abang, sekalian udah kakak kasih penjelasan biar abang ngerti."
"Ya thanks, kelas cepet telat tau rasa lo." Bimantara mengambil bukunya kemudian kembali ketempat duduknya. Abi pamit pada bu hana membungkukkan badannya diliriknya Bimantara sekilas kemudian ditutupnya pintu kelas tersebut.
Diam-diam Abi tersenyum kecil, untuk pertama kalinya Bimantara mengucapkan terimakasih padanya.
"Sama-sama bang, lain kali sering tinggalin buku di renjana ya? Biar kakak denger ucapan terimakasih dan perhatian abang." Hatinya menghangat ketika Bimantara menatap maniknya, walau Bimantara tidak pernah menyebutnya 'kakak' namun sudah cukup untuk merasa keberadaannya tidak asing bagi Bimantara.
"Abimana prabumi!" Suara berithon dari depan pintu kelas membuatnya menegukan air liurnya. Pak dadang, kesiswaan yang tengah menatap tajam dan tak lupa tangan mengkacak pinggang perut buncit yang menjadi ciri khasnya.
"Kamu ngapain masih berkeliaran di luar? kamu sekarang jadi nakal ya! Cepat kelapang berdiri depan tiang bendara sampai jam istirahat!" Sungutnya.
"Tapi pak say— "
"APA? lihat jam kamu telat satu jam pelajaran pertama. itu tuh tas masih kamu ransel sudah jelas kamu telat." Pak dadang menunjuk-nunjuk tepat diwajah Abi. Sontak membuat teman sekelasnya melihat ke arah Abi.
Abi diam-diam menghela nafas panjang, ia tidak pernah telat walau sekali pun, Abi selalu tepat waktu itulah sebabnya pak dadang selaku yang tahu Abi di siplin kini telat tak tanggung-tanggung satu jam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pusat semesta ayah
Teen Fiction❝Jiwa-jiwa yang patah tentang kehilangan arah yang bercampur elegi.❞ 📌bukan bxb