Tok, tok, tok
“Haico! Main yok!” ucap orang yang dapat membuat darah tinggi sang pemilik rumah naik.
Haico yang sedang membuat ppt untuk presentasi besok, terganggu dan mengomel kecil sepanjang perjalanan menuju pintu. “Mesti si boti itu!”
Haico lalu membuka pintu dengan muka datarnya. Ya, kalian tahu, Arion Lee. Ya, mungkin tak ada salahnya jika ia main ke rumah Haico, apalagi itu rumah milik seorang Azelova Zovana, ibunda sang Arion.
“Halo! Ayo main!” Arion lalu memasuki rumah itu dengan wajah tanpa dosanya itu.
Haico hanya mendesah pelan. “Hh, yang sopan kek”
“Rumah gue btw” ucap Arion sambil terkekeh kecil.
Haico memutar netranya malas. “Hh, iya sih, ya udah sana. Jangan berisik tapi, gue mau bikin ppt!”
Arion mengacungkan jempolnya. “Siap bos!”
Arion gabut sehingga berkunjung ke rumah milik Mamanya. Ia melihat sekelilingnya. Tak ada yang berubah. Foto Arion dan Azriel masih terpajang rapi di sana. Namun, ada sedikit foto Haico dan Arjiksa pula di sana.
Arion hanya tersenyum. Di umurnya yang sudah menginjak dua puluh empat tahun, ia belum ada teman hidup.
Perasaannya masih tetap stuck di Haico. Apa ia akan menikahi Haico yang satunya itu? Hey! Itu adik tirimu, Arion! Ingat.
“Woy!” Haico memanggilnya.
Arion menoleh. “Paan?”
“Bosen di rumah. Mama Lova juga lagi ada di butik kan?” ucap Haico.
Arion mengangkat kedua bahunya. “Okelah. Ayo, mau kemana?”
Haico tampak berpikir sejenak. “Mm, ke Los Angeles ayo!”
Mendengar permintaan Haico, membuat Arion membulatkan matanya terkejut. “Hah?! Los Angeles?! Lo gila?!”
Haico menggelengkan kepalanya. “Engga. Orang gue bolak-balik Indonesia-Los Angeles”
“P-pake apaan?!” tanya Arion kaget.
Ah, baiklah. Untuk kali ini, Arion tak tahu masalah ini. “Jet. Pake apa lagi? Ini era modern tahu!”
“Ya tapi kan..”
“Ck, udah ayo ke atas! Ada jet di sana!” Tanpa basa-basi, Haico menarik tangan Arion menuju lapangan pesawat jet milik Haico yang dibelikan oleh Arjiksa beberapa tahun lalu.
Terkadang Haico berpikir bahwa Arjiksa adalah kakaknya, bukanlah adiknya apalagi kembarannya. Hh, lagian Arjiksa sudah membelikannya semua barang.
Dengan mode steering wheel, Haico dan Arion langsung meluncur menuju Los Angeles yang tepatnya mendarat di atap Menara Röweax, menara yang diberikan oleh Tuan Lee, ayah angkatnya.
Tak sampai dua puluh menit, Arion dan Haico telah sampai di atap Menara Röweax. Setelahnya, meteka langsung turun dari Menara Röweax tersebut.
Arion memegang kepalanya yang pusing karena perjalanan yang begitu cepat. “Hh, bisa gila gue gara-gara di ajak ke Los Angeles sama lo!”
Haico hanya terkekeh tak bersalah. “Ya maap, kan itu emang di mode kek gitu”
Arion dan Haico lalu menaikki lift dari lantai lima puluh ke lantai tiga puluh tiga, tempat di mana Arjiksa bekerja sebagai asisten direktur, karena direktur yang sebenarnya adalah Haico.
Ya, walaupun ia direktur, namun Haico tak selalu mengurus Menara Röweax tersebut. Ia akan mengutus orang untuk melaporkan berapa pemasukan dan pengeluaran Menara Röweax, selebihnya, ia serahkan pada Arjiksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Is That You, Haico?
Fanfiction𝗦𝗘𝗤𝗨𝗘𝗟 𝗢𝗙 𝗟𝗔𝗥𝗔 [ baca LARA terlebih dahulu ! ] ⚠️CW // HARSH WORD, NSFW, MENTIONING DEATH, ETC.⚠️ ❝Aku berbeda dengannya. Dia penuh dengan kasih sayang namun aku penuh dengan dendam.❞ -N A B I L A Publish: 02 September 2021 End: