4. Röweax Property

128 22 8
                                    

“Presdir” Wiyona memanggil Haico membuat si empunya menoleh.

“Ya? Kenapa Wiyona?” tanya Haico.

“Sebelumnya saya minta maaf, tetapi, ada tamu yang akan menemui presdir” ucap Wiyona.

Haico menaikkan alisnya. “Tamu?”

Wiyona mengangguk. “Ya presdir, katanya atas nama Mr. Sehan Alaska Najula”

Haico membulatkan matanya kaget. “Hah? Bang Sehan ke sini?!”

Wiyona meringis. “Eum, sepertinya iya presdir. Kata dia tadi, dia adalah kakak dari presdir”

Haico menghela nafasnya. “Hum, baiklah. Suruh dia ke ruangan X-74 di lantai dua puluh satu”

Wiyona membungkukkan badannya. “Baiklah presdir”

Haico lalu pergi menuju lift. Ia memencet beberapa nomor dan menaikkan dirinya menuju lantai dua puluh satu. Haico lalu menyalakan sensor yang ada di kaca matanya.

Dari sensor tersebut, ada sinar biru yang muncul dari sana. Menampilkan beberapa informasi yang ada di Menara Röweax beberapa bulan lalu.

Pemasukan, pengeluaran, dan pebisnis yang kerja sama dengan PT. Röweax Najula di tampilkan semua di depan mata Haico dan hanya di lihat oleh Haico yang memakai kacamata itu.

Ting!

Pintu lift terbuka. Haico lalu menutup sensor tersebut dan menuju ruang presiden direktur itu. Ia menempelkan jarinya di sebuah kotak berisi sensor sidik jari.

Sebagai catatan, hanya beberapa orang saja yang bisa masuk ke ruangan presdir tersebut. Hanya asisten direktur, sekretaris, tangan kanan presdir, dan tamu yang diijinkan oleh presdir yang masuk ke sana. Selainnya tidak bisa.

Pintu ruangan itu terbuka otomatis. Haico lalu masuk ke dalamnya dan pintu tertutup. Haico lalu duduk di tempat duduknya itu.

Haico memegang pelipisnya yang pening. “Hh, kurang kerjaan dah tu bocah ke sini”

Zrrhhss

Pintu terbuka. Menampilkan Wiyona, Sehan, Zara dan.., oh orang itu lagi. Haico menghela nafasnya.

“Masuk!” perintah Haico sambil mencatat sesuatu di kertas.

Wiyona tersenyum sekilas lalu masuk diikuti ketiga orang tersebut. Zara duduk di sofa bersama Wiyona sedangkan Sehan dan Azof duduk di depan Haico.

Azof tersenyum sekilas. “Hai presdir! Salam kenal, saya Raditya Azof dari PT. Sënbua Raditya”

Hal itu membuat Haico terkejut. “Ha? Senbua Raditya?!”

Azof mengangguk. “Iya, gue dari PT. Sënbua Raditya”

Hh, lagi-lagi Haico memijat pelipisnya yang sungguh pening. “Apalagi ini Tuhan..”

Sehan tersenyum melihat adiknya sudah tumbuh besar sebagai presiden direktur dari perusahaan yang cukup terkenal di dunia. Bahkan menempati posisi ketiga perusahaan yang sukses di dunia.

“Udah gede ya kamu” Sehan tersenyum pada Haico membuat si empunya menatap tajam Sehan.

“Hh, ga nyadar lo” desis Haico yang masih bisa didengar oleh orang-orang yang ada di ruangan tersebut.

Tak ada topik. Hening mengisi ruangan yang besar itu. “Mm, nanti aku ajak ke taman mau?”

Haico menaikkan alisnya. “Taman mana?”

“Di sekitar sini” ucap Azof.

“Lo baru aja ke sini. Mana tahu taman sekitar sini” Haico menyilangkan tangannya di depan dadanya.

2. Is That You, Haico? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang