Chapter 8

589 79 11
                                    

Mumpung gabut, updatenya lebih cepet dari janjinya kemarin :3














Jalanan tampak cukup lancar untuk hari ini meskipun banyak kendaraan pribadi yang berlalu lalang dan bertepatan dengan jam pulang kantor. Denyut kehidupan kota masih sangat terasa walaupun sang raja siang sudah tampak condong ke barat.

Satu dari sekian banyaknya kendaraan, mobil Bentley Mulsanne 6.75 L V8 Speed milik Yunho juga turut melaju pelan membelah jalan protokol kota Seoul. Pria yang duduk di belakang kemudi itu beberapa kali melirik sang putra yang tampak asyik memandangi jalanan yang dilaluinya.

"Jeno..."

Tak ada sahutan dari Jeno. Putra bungsu keluarga Jung itu masih menjatuhkan pandangannya pada jalanan yang ia lihat dari jendela.

"Jeno marah sama ayah?"

Lagi-lagi masih tak ada sahutan. Yunho menghela napas pelan, sebelah tangannya terulur mengusap rambut hitam Jeno, yang kemudian ditepis pelan oleh sang putra.

"Ayah minta maaf ya, sayang."

"Ayah sudah janji sama Jeno mau bilang dulu kalo mau jemput ke sekolah." Akhirnya Jeno membuka suaranya setelah diam selama nyaris separuh perjalanan.

Yunho sama sekali tidak membantah. Ia bisa memaklumi kalau Jeno kesal dan kecewa karena lagi-lagi ia menjemput si bungsu tanpa memberi tahu. Jeno harus membatalkan janjinya untuk berlatih dance dengan teman-temannya untuk yang ke tiga kalinya.

"Jeno mau mampir dulu? Mau beli sesuatu mungkin?"

"Tidak usah. Kita langsung pulang saja."

Suasana hati Jeno sedang buruk, dan Yunho tidak bisa memaksa lagi. Ia segera memacu mobilnya agar segera tiba dirumah dan Jeno bisa beristirahat.

Sepuluh menit kemudian, mereka sudah tiba di rumah bersamaan dengan Minhyung yang baru memarkirkan mobilnya di garasi. Jeno segera keluar dari mobil dan menutup pintu dengan agak kasar sampai mengagetkan sang kakak.

"Jeno? Hei!" Minhyung menatap sang ayah yang baru keluar dari mobil dengan bingung, "Jeno kenapa, yah?"

"Kita masuk dulu. Ayah jelaskan di dalam."

Yunho dan Minhyung mendapati Jeno masih di ruang tamu sambil melepas sepatunya dan menggantinya dengan sandal rumah. Minhyung lantas menghampiri sang adik dan merangkulnya.

"Hei, pulang sekolah kok cemberut sih?"

"Kakak diem. Aku sedang malas bertengkar." Jawaban ketus Jeno sontak membuat Minhyung semakin bingung.

"Oh, kalian sudah pulang. Mau langsung mandi atau ngeteh dulu?"

Boa baru saja keluar dari dapur membawa empat cangkir teh yang masih mengepulkan asap tipis dan juga beberapa toples kue kering. Jeno tidak mengindahkan teguran sang ibu dan segera menenteng sepatunya ke kamar.

Yunho menahan Jeno yang hendak pergi ke kamarnya, "Kita bicara dulu, sayang. Ayah tidak mau masalah ini semakin larut dan sulit untuk dicari jalan keluarnya."

"Ini sudah ketiga kalinya ayah jemput Jeno tanpa memberi tahu. Padahal dari awal Jeno sudah bilang kalau hari ini Jeno ada latihan dengan teman-teman. Sebenarnya ucapan Jeno itu didengar ayah sama ibu atau tidak sih?" Jeno segera mengeluarkan segala kekesalan yang sejak tadi tertahan.

Yunho dan Boa saling pandang satu sama lain, sementara Minhyung masih diam dan berusaha membaca situasi sebelum mengambil langkah untuk berpendapat. Ia tidak ingin terlihat memihak salah satu.

"Jeno mau dengar penjelasan ayah sama ibu soal kenapa tiga hari ini ayah selalu menjemput Jeno?" Dengan tenang, Boa berusaha untuk meluluhkan emosi si bungsu Jung yang begitu jelas terlihat di matanya.

Last DanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang