Chapter 5

1.9K 171 74
                                    

Sudah berapa lama aku menelantarkan book ini? :'))

Tolong baca sampe note dibawah ya hehe :D Happy reading all~ ^^









Boa tersenyum kala melihat putra bungsunya memegang brosur yang entah apa isinya. Setelah memberikan pelukan dan kecupan selamat siang, Jeno menggelayut manja pada lengan sang ibu.

"Ibu, lihat ini."

Jeno menunjukkan brosur tersebut dengan riang. Senyum di wajah Boa lantas meredup usai membaca judul dari brosur yang dibawa putra bungsunya itu.

School Dance Competition

"Jeno sama temen-temen mau ikut ini, bu!" kata Jeno tanpa melunturkan ekspresi sumringahnya.

"Nak.." Boa mengusap rambut Jeno dengan lembut, "Ibu keberatan kalau kamu ikut lomba ini, sayang. Kamu nggak boleh capek, dan lomba dance ini harus membutuhkan fisik dan stamina yang bagus."

"Tapi Jeno bisa, bu. Ayolah, ini lomba nasional. Belum tentu tahun depan akan diadakan lagi. Aku mohon, bu." Rengek Jeno.

"Jeno, ibu akan kabulkan semua keinginan kamu, tapi tidak untuk yang satu ini. Maaf ya sayang."

Jeno mendengus kecewa. Ia langsung berdiri dan bergegas ke kamarnya tanpa menoleh ke arah Boa lagi. Ia benar-benar kesal karena semua orang menganggapnya lemah, tidak akan bisa bertahan jika ia beraktivitas yang berat. Jeno tidak suka dianggap seperti itu.

Sementara Boa hanya memandang punggung tegap Jeno dengan pandangan sendu. Ia tahu kalau baru saja ia patahkan semangat putra kesayangannya. Baru saja ia runtuhkan ambisi besar yang membuat anaknya tetap "hidup". Namun perasaan seorang ibu yang membuatnya tak rela jika hal buruk terjadi pada anaknya.

Boa hanya tidak ingin kehilangan Jeno terlalu cepat. Ia tidak siap.


oooOooo


Ada yang tak biasa ketika Yunho tiba di rumah hari ini. Tak ada senyum Jeno yang selalu menyambutnya seperti biasanya. Hanya ada istrinya dan Minhyung yang sedang mengobrol agak serius di ruang tengah.

"Oh, ayah sudah pulang."

Minhyung yang pertama kali menyadari keberadaan sang ayah langsung menyambutnya. Boa mengambil alih jas dan tas sang suami lalu membawanya ke kamar.

"Jeno mana?" tanya Yunho.

"Di kamar. Ngambek sama ibu." Jawab Minhyung seadanya. Kening Yunho berkerut heran, Jeno bukan tipe anak yang mudah kesal pada seseorang kecuali jika itu menyangkut sesuatu yang menyinggungnya.

"Kenapa? Pasti kamu jahilin Jeno terus ibu belain kamu ya?"

"Sumpah yah, aku baru saja pulang kuliah sudah dituduh macam-macam."

Yunho tertawa mendengar pembelaan putra sulungnya. Rasanya menyenangkan sekali bisa menjahili Minhyung karena putranya itu mudah sekali panik, dan itu sangat lucu menurutnya.

"Iya, ayah bercanda kok." Kata Yunho sambil mengusak rambut Minhyung.

"Sayang, kami ingin membicarakan sesuatu padamu. Ini tentang Jeno."

Last DanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang