Chapter 9

1.2K 89 11
                                    

Siapa yang kangen aku? Pasti nggak ada :'))











Jeno mendengus malas kala melihat Yunho dan Boa sudah duduk di meja makan menikmati sarapan pagi. Remaja itu bukan tipe orang yang suka melewatkan sarapan, namun kali ini ia akan memilih untuk sarapan di sekolah saja. Hatinya masih dongkol karena pertengkarannya dengan kedua orang tuanya semalam.

"Mau kemana? Sini sarapan dulu." Yunho yang menyadari keberadaan si bungsu lantas menegur, tetapi hanya dibalas dengusan malas oleh sang putra.

"Jeno be—" Jeno nyaris berteriak kala seseorang menariknya dan mengajaknya untuk ke ruang makan, "Kakak!"

"Sarapan dulu. Nanti kakak antar ke sekolah."

Jeno menepis tangan Minhyung, "Aku tidak lapar."

Namun Minhyung tidak melepaskan sang adik begitu saja. Ia kembali menarik tas Jeno sampai sang adik mundur beberapa langkah.

"Sarapan. Kamu mau latihan dance kan? kalau tidak sarapan kakak tidak kasih ijin kamu buat latihan dance."

Dan Minhyung tersenyum menang meliha Jeno duduk di kursinya sambil menggerutu pelan.Yunho dan Boa diam-diam tersenyum kecil, ternyata Jeno takut pada ancaman sang kakak.

Pagi itu sarapan berlangsung tenang, sesekali Minhyung mengobrol dengan ayah dan ibunya mengenai kesibukannya akhir-akhir ini. Hanya Jeno yang diam menikmati sarapannya dengan tenang.

"Jeno sayang...."

Jeno melirik Boa yang memanggilnya, sebelum menggumam pelan sebagai jawaban.

"Hm?"

"Nanti Jeno mau latihan dance?"

Manik Jeno seketika menajam mendengar pertanyaan sang ibu. Secara tidak sadar, kepalanya telah menyiapkan berbagai alasan agar bisa menyangkal segala ucapan orang tuanya.

"Kalau ibu mau melarang, aku tidak akan—"

"Nanti ajak teman-teman ke kantor agency, ya. Nanti biar ayah yang suruh supir kantor untuk menjemput ke sekolah." Kata Yunho sambil mengambil telur dari piring saji.

Jeno mematung untuk beberapa saat, berusaha untuk mencerna ucapan kedua orang tuanya yang cukup sukses membuatnya terkejut selama beberapa detik.

"Ke kantor agency?"

"Kalian akan latihan dance kan? bukankah kalian butuh ruangan yang luas dan music player yang memadai? Kalau di kantor agency kan kalian bisa latihan dengan maksimal."

"Bukan! Bukan itu maksud Jeno!" Jeno menyela ucapan Yunho dengan cepat, "Ayah dan ibu menyuruh Jeno datang ke kantor agency dan latihan disana, berarti ayah dan ibu mengijinkan Jeno ikut kompetisi itu?"

Boa tersenyum dan menganggukkan kepalanya, "Iya, kami mengijinkan, tapi kamu tetap dalam pengawasan ayah dan ibu. Makanya kami meminta kalian latihan di kantor agency saja supaya ayah atau ibu bisa memantau."

Mendengar itu, Jeno langsung melompat berdiri dan memeluk serta mencium kedua orang tuanya. Remaja itu tersenyum hingga kedua matanya melengkung selayaknya bulan sabit.

"Makasih! Makasih! Makasiiiiih banyak! Jeno sayang ayah dan ibu!"

"Maaf ya, seharusnya ayah dan ibu melakukan ini sejak dulu. Bukannya malah melarang Jeno untuk melakukan sesuatu yang Jeno suka. Seharusnya kami lebih suportif pada hobi yang Jeno senangi." Ujar Yunho sambil mengelus rambut sang putra bungsu dengan sayang.

Minhyung yang sejak tadi diam akhirnya buka suara, "Kalau tadi kamu berangkat lebih dulu, kamu tidak akan mendengarkan berita bagus ini kan?"

"Hehe, makasih kakak! Jeno juga sayang kakak!" Jeno beralih memeluk Minhyung yang langsung dilepas di detik berikutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Last DanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang