Kelahiran Kian Santang benar benar membawa kebahagiaan bagi seluruh rakyat pajajaran dan juga keluarga istana.
Siliwangi menggendong Kian Santang keluar dari kamarnya dan membawanya ke halaman istana. Sesampainya di halaman istana, "Putraku lihat ini, jikalau kau sudah besar nanti ayahanda akan mengajarkanmu seluruh senjata mulai dari pedang, tombak, dan juga busur"ucap Siliwangi sembari menunjukan satu persatu senjata yang ia pegang kepada Kian Santang yang masih bayi.
Subang Larang menghampiri Siliwangi yang tengah menggendong Kian Santang. Ia mencium kening putranya lalu tersenyum kepada Siliwangi.
•
Beberapa tahun kemudian ....
"Putraku, kau mau kemana nak?"seru Subang Larang sembari berlari mengejar putranya.
"Ibunda, aku ingin bermain dengan raka Walangsungsang!"jawab Kian Santang yang masih berlari menjauh dari Ibundanya.
"Tapi putraku ...!"Subang Larang menghentikan larinya karena ia sudah tidak kuat lagi berlari mengejar Kian Santang.
Sedangkan Kian Santang sudah pergi meninggalkan Subang Larang dan berlari ke arah belakang taman istana.
Tidak lama sedari itu, Siliwangi yang baru saja mengadakan rapat istana tidak sengaja berpapasan dengan Subang Larang.
Ia menghampirinya, "Dinda, ada apa Kenapa dinda terlihat lelah seperti ini. Apakah dinda sedang sakit?"tanya Siliwangi."Tidak kanda, dinda tidak sakit. Dinda lelah karena mengejar putra kita Kian Santang"jawab Subang Larang di sela sela nafasnya yang tak beraturan.
"Putra kita Kian Santang, Kemana dia pergi?"
"Dia pergi ke belakang taman istana untuk menemui putra kita Walangsungsang!"
"Baiklah, kanda akan menyusulnya. Lebih baik sekarang dinda beristirahat dulu sejenak"
"Baik kanda"
•
•
"Raka Walangsungsang!"panggil Kian Santang sambil menghampiri rakanya.
"Rai Kian Santang, akhirnya kau datang juga. Aku sudah lama menunggu mu disini"
"Memangnya, raka ingin mengajakku melakukan apa di taman istana ini?"tanya Kian Santang.
"Raka ingin mengajakmu memanjat pohon mangga yang ada disana, rai!"
Kian Santang mengerutkan dahinya, "Memanjat pohon mangga?"
"Ya, memanjat pohon mangga"
"Kenapa kita tidak meminta bantuan prajurit saja raka?"
"Rai, kita harus bisa mandiri. Kita tidak bisa bergantung selamanya kepada prajurit maupun pelayan istana"jelas Walangsungsang.
"Baiklah aku mengerti, mari raka"
"Mari rai"
Walangsungsang dan Kian Santang berjalan menghampiri pohon mangga yang ada di sekitar mereka lalu mereka berdua mulai memanjat naik ke atas.
Walangsungsang membantu sang adik untuk naik ke atas pohon terlebih dahulu baru dirinya.
Setelah berada di atas pohon, keduanya memetik satu buah mangga dan langsung memakannya.
Walangsungsang dan Kian Santang menikmati mangga yang mereka petik."Raka, mangga ini sangat manis sekali!"ucap Kian Santang yang masih lahap menyantap mangga di tangannya.
"Ya rai, kau benar"
Berselang beberapa menit, Siliwangi datang menghampiri kedua putranya.
Ia mendongakkan kepalanya ke atas cabang pohon, "Putraku Kian Santang, putraku Walangsungsang apa yang sedang kalian lakukan di atas sana?""Kami sedang makan mangga yang sangat manis ini ayahanda"sahut Kian Santang.
"Baiklah, sekarang kalian turun dari atas sana jika tidak ayahanda akan melaporkan hal ini kepada ibunda kalian!"
Kian Santang dan Walangsungsang serentak langsung membuang mangga yang di tangan mereka, "Jangan ayahanda!"
"Baiklah, sekarang turun dari atas sana!"
"Baik ayahanda"jawab keduanya.
Walangsungsang membantu Kian Santang turun terlebih dahulu lalu dirinya.
Siliwangi menggendong Kian Santang. Ia hanya tersenyum melihat wajahnya yang penuh dengan bekas mangga. Siliwangi mengelap mulut Kian Santang dengan jubahnya. "Walangsungsang, temui ibundamu di kamarnya""Baik ayahanda"jawab Walangsungsang kemudian beranjak pergi.
Sedangkan Kian Santang dibawa ke ruang aula Istana oleh Siliwangi.
Di sepanjang lorong istana, para pelayan dibuat gemas karena wajah Kian Santang yang begitu lucu.
Kian Santang mengabaikan mereka semua. Ia menyandarkan kepala kecilnya di bahu ayahandanya yang sedang menggendongnya.Sesampainya di aula istana, Siliwangi dibawa naik ke atas singgasana raja.
Siliwangi berlutut di depan singgasananya dan melepas gendongannya kemudian menaruh Kian Santang di atas kursi singgasananya.Siliwangi tersenyum, "Putraku ini adalah singgasana dimana seorang raja akan duduk disini memimpin rakyat dan kerajaannya sama seperti yang ayahanda lakukan biasanya dan suatu hari nanti, kau akan menjadi pengganti ayahanda menjadi seorang raja Pajajaran!"
"Kenapa ayahanda ingin menjadikan aku sebagai raja pajajaran penerus ayahanda?"tanya Kian Santang.
Siliwangi mengenggam jari jemari mungil putra bungsunya, "Karena ayahanda melihat hanya kaulah satu satunya putra ayahanda yang bisa menjadi penerus ayahanda!"
"Tapi ayahanda, seorang raja harus memiliki kekuatan yang sangat hebat seperti ayahanda dan aku tidak punya kekuatan seperti ayahanda. Ilmu kanuragan ku tidak sehebat ayahanda"
Siliwangi mencium kening Kian Santang, "Untuk menjadi seorang raja, kau tidak perlu memiliki kekuatan ataupun ilmu kanuragan yang sangat hebat putraku, untuk menjadi seorang raja kau cukup memiliki hati yang tulus, rendah hati dan mempunyai sifat mengayomi kepada rakyatnya dan itu semua ada di dalam dirimu, putraku!"jelas Siliwangi.
Siliwangi mengenggam erat kedua jari jemari mungil Kian Santang, "Sebelum ayahanda menjadikan dirimu sebagai raja Pajajaran penerus ayahanda, ayahanda akan melatihmu, membimbingmu agar saat kau dewasa kelak, kau bisa menggantikan ayahanda menjadi raja Pajajaran. Saat dirimu sudah menjadi raja pajajaran pengganti ayahanda, seluruh tanah pasundan akan mengenalmu sebagai Prabu Kian Santang!"
•
•
•
Thankyou yg udh baca, see you in next part :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden Kian Santang
Historical FictionIni adalah Awal Kisah Kelahiran Putra dan Putri Prabu Siliwangi. Kelahiran Putra dan Putri Prabu Siliwangi membawa perubahan besar bagi Kerajaan Padjajaran... Tapi banyak juga yang tidak menyukai Kelahiran mereka banyak Orang-orang jahat dan Musuh...