シ︎twelve

815 87 5
                                    

*bahasa sedikit baku

Dengan balutan jas yang terpakai rapi, dikelilingi serangkaian bunga berwarna warni, tubuh pucat sedingin salju itu terbaring dalam kotak putih sepanjang tinggi tubuhnya. Bahkan ilin lilin cantik yang menyalapun tak luput mendampingi.

Tak ada lagi senyum cerah dari wajahnya. Tak lagi terdengar tawa riangnya. Yang terlihat sekarang hanyalah tubuh kaku yang sudah tertidur pulas.

Wooyoung tidak lagi merasakan sakit, wooyoung tidak akan sendirian lagi. Seperti yang pernah ia katakan, ia akan menemui kakeknya.

San dengan pakaian serba hitamnya, rambut yang tidak tertata rapi, mata yang memerah, kantong mata yang ketara jelas, dan tubuh lemas seperti raga tanpa jiwa itu perlahan mendekati sang empu yang tengah terbaring tenang.

Tangannya yang tak kalah dingin itu perlahan meraih pipi wooyoung, dielusnya lembut dengan ibu jarinya.

"Woo...jas itu terlihat cocok di tubuh mungilmu, namun aku tidak pernah berharap untuk melihatmu memakainya dalam acara seperti ini. Aku...aku ingin melihatmu tersenyum" ucapnya perlahan dengan sedikit terbata.

"Aku tau ini sangat terlambat, tapi aku ingin mengatakan kepadamu kalau aku sangat mencintaimu. Maaf tidak mengatakannya lebih awal, maaf karena aku selalu berusaha mengelak dari perasaan itu, maaf...maaf"
air mata yang sedari tadi tertahan akhirnya tak kuasa san tahan lagi, dadanya benar benar sakit.

"Seharusnya aku tau lebih banyak tentangmu, seharusnya aku selalu bersamamu dalam keadaan apapun itu, seharusnya aku..." san tak bisa lagi melanjutkan kalimatnya. Penyesalan yang bertubi tubi seolah menghantamnya tanpa ampun, namun san pikir ia pantas menerimanya. San pikir ia adalah sahabat terburuk untuk wooyoung.

Yeonjun yang melihat san menangis tepat di depan peti mati wooyoung itu segera menghampirinya. Tangannya terulur untuk mengusap pundak lebar milik san.
Yeonjun bisa merasakan kesedihan dan penyesalan yang san rasakan. Sesekali ia segera menyeka air matanya sendiri yang terus menerus ingin keluar.

"Wooyoung akan sedih jika ia melihatmu seperti ini san" ucap yeonjun mencoba menenangkan san.

San dengan air mata yang terus mengalir di pipinya itu masih terus mengelus wajah sepucat dan sedingin salju milik wooyoung.

"Semoga kamu tenang di surga nanti, Jung Wooyoung"
Sebagai tanda perpisahan terakhir, san mengecup kening wooyoung dengan pelan.

Di belakang mereka ada seonghwa dan hongjoong yang tak kuasa melihat pemandangan yang membuat dada keduanya teramat sesak. Terutama untuk seonghwa.

Seonghwa pernah berada dalam keadaan seperti ini sebelumnya saat kedua orang tuanya pergi. Rasanya seperti dibawa kembali ke masa lalu yang tidak pernah ingin ia ingat lagi.

Lagi lagi seonghwa kehilangan orang yang berharga dalan hidupnya.

Keadaan seonghwa pun tak jauh beda dengan san, sama sama terlihat menyedihkan dengan air mata yang tak kunjung berhenti menetes.

Teman teman sekelas wooyoung mulai berdatangan untuk mengucapkan salam perpisahan yang terakhir kalinya untuk wooyoung. Terlihat juga hyunsuk yang mendatangai san, hyunsuk tau seberapa dekat mereka, dan hyunsuk juga pasti tau apa yang san rasakan.

Di sudut lainnya terlihat kedatangan kedua orang tua kandung wooyoung. Mereka berdua pun tak luput dari tangis, terutama ibunya wooyoung.

Penyesalan dan rasa bersalah dari keduanya nampak teramat jelas. Penyesalan atas apa yang sudah mereka lakukan kepada anak sebaik wooyoung sampai anak laki laki itu berujung pergi dengan cara ini.

•••

Pemakaman wooyoung telah selesai.
Sekarang tersisa san, yeonjun, seonghwa dan hongjoong yang masih setia menatapi gundukan tanah dengan taburan bunga itu.

"Secepat ini ya joong" ucap seonghwa kembali menangis setelah beberapa saat tadi sempat tenang.

"Sayang, nanti wooyoung ikut sedih loh kalau dia liat kakak kesayangannya menangis seperti ini" ucap hongjoong mencoba menenangkan tunangannya sambil memeluknya.

Sedangkan san hanya berdiri mematung tanpa ekspresi. Perdebatan dalam pikirannya seperti tidak bisa diam.

Perasaan tidak percaya masih menyelimuti dirinya. Tak percaya sahabatnya pergi secepat ini, tak percaya orang yang ia cintai benar benar telah pergi.

Yeonjun yang berdiri di samping san dengan setia menemani teman dari seseorang yang ia sukai, sekaligus orang yang disukai oleh seseorang itu.

Entah mengapa yeonjun merasa seperti punya tanggung jawab untuk menemani san, hatinya tergerak untuk hal itu. Dirinya merasa wooyoung telah membisikinya untuk menggantikan wooyoung sebagai teman san, meski posisi mereka tak akan pernah sama.

"San, yeonjun" panggil hongjoong sambil menghampiri keduanya.
Yang merasa terpanggil langsung menoleh ke sumber suara.

"Ini surat untuk kalian dari wooyoung" ucap hongjoong sambil menyodorkan dua buah lipatan kertas.

"Loh, kak hongjoong dapat dari mana?" tanya san.

"Di atas meja ruang rawat wooyoung. Masing masing dari kita mendapat satu surat. Sepertinya wooyoung sudah mempersiapkan ucapan selamat tinggalnya sebelum ia benar benar pergi" ucap hongjoong sambil menepuk pundak keduanya.
Sedangkan san dan yeonjun hanya terdiam.

"Kalau begitu kakak pamit duluan ya" pamitnya sambil tersenyum. Setelah itu hongjoong pergi bersama seonghwa, meninggalkan kedua pria bertubuh tinggi itu.

San kembali mendekati makan wooyoung, dikecupnya papan yang bertuliskan nama Jung Wooyoung.

"Besok kita bertemu lagi woo" pamitnya.

Tbc

Tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
03.00am •woosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang