Daun berguguran kala itu. Hembusan angin membuat mereka lenyap seketika. Daun-daun berserakan menghiasi sepanjang jalan. Sepi sunyi menambah suasana saat itu.
" Hey ". Sapa seseorang yang membuat diriku refleks tersadar dari lamunan. Suara khas yang kukenal. Suara itu sangat tidak asing bagiku.
Bola mata hitam pekat, rambut lurus yang selalu berantakan. Tidak salah lagi itu pasti dia. Dia yang selalu bersamaku, menemaniku, bahkan menghiburku. " Kau selalu mengagetkanku saja. Tidakkah bisa kau tidak melakukan itu ". Dengan kening yang kukerutkan memberi isyarat padanya.
Pliss aku ingin sendirian jangan ganggu aku, pikirku.
Entah kenapa hari itu begitu melelahkan bagiku. Bahkan candaan yang diberikan dirinya tidak mempan untuk mengusir mood yang berantakan ini.
Dia adalah teman baikku semasa SD. Dia murid bandel disekolah yang bahkan bapak ibu gurupun tidak sanggup menghadapinya. Dia adalah Danu Sukma Kusuma teman baikku.
Dia adalah anak orang kaya raya. Ayahnya berprofesi sebagai arsitek. Ibunya adalah wanita karir yang selalu sibuk dengan urusannya.Memang benar hidupnya tercukupi tapi tidak sepadan dengan apa yang harus diterima. Orang tuanya yang selalu sibuk membuat dia kekurangan perhatian. Hal itulah yang mungkin membuat dirinya bandel. Terkadang aku sangat kasihan padanya. Anak seperti dia harus menghadapi hal seperti ini. Aku beruntung meskipun aku hanya anak orang biasa aku bisa mendapat kasih sayang yang penuh dari kedua orang tuaku.
Rasa penat yang terus menghampiri membuatku tidak nyaman. " woy lagi mikirin apasih? Serius banget, sampai-sampai orang ganteng seperti ini dicuekin ".
Apa dia bilang? Dia pikir dia siapa, Justin Bieber? " pede sekali kamu ". Ujar diriku ketus. " memang benar kan? Kamu aja yang terlalu gengsi mengakui itu ".
Danu memang benar, dibalik sifatnya yang menyebalkan dan bandel harus aku akui bahwa dia memang tampan.
" aaaa diam berisik ". Seketika mendarat sebuah buku dikepalanya.
" aw sakit ".
" Emang enak ". Ejekku padanya.
" ati-ati loh cepet tua, marah-marah mulu dasar nenek-nenek"." danuuuu awas ya ". Kukejar dia berani sekali dia mengataiku nenek-nenek. Awas kalau tertangkap akan aku hajar dia.
*
Denting jam berbunyi. Menandakan aku harus segera berangkat sekolah. Aku harus cepat sebelum terjebak macet yang akan membuatku bosan. Kota ini sudah seperti kota metropolitan. Disana sini selalu ada saja jalan yang macet.
" denis, ayo sarapan dulu ". Panggil mama padaku.
" iya ma, sebentar ".Dengan segera aku turun dan melahap sepotong roti dan segelas susu yang telah disiapkan.
" denis, pelan-pelan nanti kamu...".
" uhuk uhuk ". Belum selesai perkataan mama sudah aku sambung dengan batuk karena terdesak. " tuh kan belum selesai mama bicara kamu sudah terdesak ". Omel mama padaku. Sebelum aku mendengar lebih panjang omelan mama aku putuskan untuk segera berangkat." mama, denis berangkat dulu dah".
" loh sarapannya habisin dulu ".
" denis lanjutin di mobil ma".Dengan segera aku menuju mobil.Pak sopir telah siap mengantarku.
" pagi non " sapa pak mamat sopirku." pagi juga pak mamat, ayo pak berangkat nanti takut telat ".
" baik non ".Sudah ku duga pasti hal ini akan terjadi. Malang terlanda macet. Kota menawan ini sudah dihiasi oleh jejeran hiasan logam. Beruntung hal itu tidak berlangsung dengan lama. Tapi... aku baru ingat hari ini adalah hari senin. Bagaimana kalau aku terlambat. Tidak, aku tidak bisa membiarkan itu. Sepanjang masa dunia pendidikanku aku tidak pernah satu kalipun datang terlambat. Aku tidak bisa menodai rekorku ini.
Teeeeet. Bel sekolah berbunyi. Beruntung aku sudah sampai digerbang sekolah. " syukurlah ". Sambil menghela napas panjang.
Perlangkapan upacara telah disiapkan. Tapi.... dimana topiku. Sial aku lupa membawanya. Tadi malam aku mengganti tas lamaku dengan yang baru karena kotor. Pasti aku lupa memindahkannya. " astaga apa lagi ini ". Dasar ceroboh ceroboh ceroboh. Aku terus menyalahkan diriku sendiri. Seandainya aku tidak mengganti tasku pasti hal ini tidak akan terjadi.
Alhasil. " kepada seluruh siswa siswi yang tidak menggunakan atribut lengkap harap berbaris di sebelah barat ". Dengan rasa tidak berdaya aku harus maju kedepan dan mempermalukan diriku sendiri. Harus ditaruh dimana ini wajahku. Harga diriku langsung turun drastis. Tapi aku masih beruntung dapat terhindar dari keterlambatan.
Ketukan sepatu yang menawan. Terdengar seakan berirama. Nasib buruk pasti akan menimpaku.
" Denisa Putri Hutama, murid berprestasi disekolah. Tidak biasanya kamu melanggar peraturan sekolah ". Aku hanya bisa menunduk mengakui kesalahan karena keteledoranku. Setidaknya aku tidak banyak membuat masalah hari ini.
" maaf miss Rona, saya memang salah ".
" bagus kamu berani untuk mengakui kesalahanmu, tapi hal itu tidak akan membebaskanmu dari hukuman ". Ketusnya. "Sebagai hukuman kamu harus membersihkan halaman sekolah ini setelah bel pulang berbunyi ". Lanjutnya.
" baik miss ". Balasku.Setelah berbaris aku segera masuk ke dalam kelas. Sembari menunggu guru masuk aku memutuskan untuk sejenak menyentuh novel yang ku beli kemarin lusa.
" hai denis ".
Astaga suara itu lagi. Mengapa dia harus datang disaat yang tidak tepat? Baiklah aku putuskan untuk menyapanya balik. Kita memang sudah berteman dari SD tapi satu hal yang tidak kusukai, aku tidak suka diganggu pada saat-saat tertentu." cieee yang tadi maju kedepan karena atribut gak lengkap " dengan nada menggoda.
" danu, kamu ini memang nyebelin. Bukannya ngehibur malah ngejekin ". " hehehe tapi kamu gak diapa-apain kan? ".
" maksudmu? ".
" hmm ya gitu kamu gak dihukum kan? "
" aaaa sepulang sekolah aku disuruh membersihkan halaman, nyebilan bukan? ".
" sendirian? ".
" ya iyalah, kamu temenin aku ya? ". Aku memelas padanya. Semoga dia peka.
" gimana ya, sebenernya aku ada urusan ".
" plissss ".
" hmmm baiklah, tapi sebagai gantinya kamu harus mentraktirku makan. Bagaimana setuju? ".
" oke bos, perintah siap dilaksanakan ". Kebiasaan yang tidak bisa dihindari selalu meminta imbalan. Tapi tak apalah nasib baik dia masih mau menemaniku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Coffee
Short StoryWell , ini kali pertama aku nulis cerita di sosmed. Sebenernya dari dulu aku pengen ngunggah cerita tapi baru kesampaian. Maklumi aja kalau ada kata-kata yang kurang. Namanya aja amatir