18. Death Eater

911 136 4
                                    

Pertandingan Quidditch berlangsung dengan sangat sengit dan dimenangkan oleh tim Bulgaria. (Jangan hujat plis. gw lupa siapa yang menang woyyyyy).
Jika Edmund ada disana, dia pasti akan sibuk mengomentari penampilan para pemain atau pun para veela yang tampil di pembukaan acara. intinya lelaki itu tidak akan membicarakan tentang permainan.

"bukankah hebat ?" komentar Draco saat mereka tengah dalam perjalanan menuju tenda setelah berdesakan ke pintu keluar.

Cassie yang merangkul lengan kakaknya itu ikut berkomentar, "yah. sayang sekali Krum tidak memperhatikan score timnya"

"ya.. lelaki itu bodoh sekali"

"jangan terlalu pedas berkomentar, kau bahkan tak lebih baik darinya"

"kau meremehkan kakakmu huh ?"

"aku tidak berkata begitu"

"ya kau hanya memperumitnya" sarkas Draco.

"Hai"
sapaan yang berasal dari orang di belakang mereka membuat kedunya harus berhenti dan memutar badan melihat siapa orang itu.

"Hai Har-"
"apa yang kau inginkan, Potter ?" potong Draco sebelum Cassie menyelesaikan sapaannya.

"aku menyapa adikmu, bukan dirimu, Malfoy" ucap Harry tajam.

"urusannya, urusanku juga"

"sudahlah. tidak bisakah kalian tidak berdebat barang semenit ?" ucap Cassie yang mulai jengah terhadap keduanya. suaranya kemudian kembali melembut, "ada apa Harry ?"

tidak Harry tidak Draco sama-sama terkejut dengan perubahan yang terjadi pada Cassie. bagaimana bisa ia bereda nada pada orang yang berbeda ? apa ia memiliki kepribadian ganda ?

"eum- ti-tidak. ha-hanya menya--pa. ya! hanya menyapa" jawabnya gelagapan.

"apa kau mau bergabung ke tenda kami ? kami memiliki teh dengan aroma mawar terbaik di Inggris"

Draco yang terkejut akan undangan yang dilontarkan adiknya itu, terlebih lagi, pada musuhnya. "APA ?! tidak. enak saja kau mengundangnya. father will kill us!"

"kau lupa jika father bilang ada urusan ?"

Draco diam. ia kesal sekali pada adiknya.

Harry yang tahu pasti akan ada kecanggungan bahkan masalah luar biasa jika ia meng-iya-kan ajakan Cassie.
"tidak terimakasih Cassie, aku akan segera kembali ke tenda. aku yakin Mr. Weasley dan yang lainnya sudah menunggu"

"keluarga Weasel itu mampu membeli tenda rupanya. aku pikir mereka menjual rumah mereka untuk membeli tiket pertandingan ini" komentar pedas itu tentu saja berasal dari Draco. Cassie dengan cepat menyenggol bahu lelaki itu dan mendelik ke arahnya.

wajah Harry nampak memerah. walaupun ia bukan anggota keluarga Weasley, tapi tetap saja keluarga itu lebih baik dibandingan keluarga Dursley di dunia muggle.

"ya. setidaknya mereka lebih tau cara menghargai seseorang dibanding keluarga Malfoy"

"Harry..." lirih Cassie yang tak percaya jika lelaki yang ia kenal sebagai seorang pemberani dan baik hati telah mengatakan sesuatu yang menyinggungnya.

well, walau keluarganya memang sedikit dipandang buruk di masyarakat, setidaknya tak 100% keluarga Malfoy itu tercemar.
ingatlah untuk tidak memandangan buku hanya dari sampulnya.

"keluargaku lengkap dan kami tak pusing memikirkan untuk makan besok atau harus memakai jubah bekas setiap tahunnya" lanjut Draco. rupanya masalah hina-menghina belum berhenti.

Harry mengepalkan tangannya. ia benar-benar terbawa emosi sekarang. keputusannya berpisah dengan yang lain dan menghampiri Cassie rupanya keputusan yang salah.
"keluarga Weasley hidup dengan bahagia. mereka tidak perlu memikirkan tentang reputasi. setidaknya semua hidup dengan tentram"

Different Side of MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang