13. Friend

910 155 12
                                    


bukan hal baru bagi Cassie untuk berjalan sendirian di lorong kastil tua itu. ia tak punya teman namun bukan masalah besar baginya. ia cukup pintar dan ia punya kakak yang tak kalah pintar untuk membantu menyelesaikan tugasnya.
Astoria adalah satu-satunya orang yang pernah berbicara dengan Cassie lebih dari 2 kalimat.

satu perempuan asrama Slytherin bahkan sepakat untuk melabeli Cassie sebagai gadis yang sangat elegan meski masih belia dan gadis yang jarang bicara. ia enggan bicara hanya untuk sekedar bertegur sapa atau bergosip sepeti yang anak seusianya lakukan.

Draco juga tak mempermasalahkan itu. bukan masalah baginya jika Cassie lebih banyak sendiri daripada salah memilih teman. hanya saja yang mengganggu adalah, gadis itu cukup akrab dengan Harry, Hermione, Ron, dan Ginny. 
bahkan ia mengidolakan Harry sebagai seeker termuda dan Hermione sebagai gadis jenius disusianya.

"tidak salah. ia hanya berlindung dari nama belakangnya. nyatanya ia biasa saja" komentar 3 gadis berdasi ravenclaw saat Cassie melewatinya dengan langkah anggun.

"yeah. kurasa ia hanya jarang bicara pada perempuan karena lebih tertarik untuk menggoda laki-laki" tambah yang lain.

"bukankah ia tampak menyedihkan ?"

komentar tak berdasar itu sukses membuat Cassie menghentikan langkahnya.

"kalian sudahlah" ucap yang satunya lagi menenangkan kedua sahabatnya. gadis itu cukup lembut jika didengar dari suaranya. penampilannya juga lebih rapi dari dua lainnya.

"harusnya ia sadar Cho ! sampir satu sekolah membicarakan cara mendekatinya !" sarkas gadis berambut keriting yang masih satu genk dengan Cho atau si gadis lembut. Margaretta Lousia.

"maaf, apa kalian bicara tentangku?" tanya Cassie akhirnya menghampiri 3 gadis gosip itu.

"apa yang membuatmu berfikir begitu ? Mrs Malfoy" kata Margaretta dengan penekanan di dua kata terakhir.

"aku mengamati kalian berbisik dan menoleh ke arahku yang berjalan. dan saat aku lewat, kalian berkomentar dengan keras"

"kau terlalu percaya diri"

"kau gadis slytherin yang licik, murahan, dan penggoda bahkan di usiamu. apa tidak cukup hanya Wood yang kau incar ? bahkan kau juga menggoda Diggory dari Hufglepuf!" tambah Rose, teman Cho yang berambut lurus sebahu.

Cassie mematung mendengar komentar tentang dirinya yang sangat tajam menusuk harga dirinya. sebegitukah ia dimata orang-orang ?
wajahnya merah padam menahan air mata agar tak meluncur di pipinya. Narcissa selalu mengajarkanya untuk bersikap biasa saja jika menghadapi situasi seperti ini.

"aku tidak mendekati satupun dari mereka"
bela Cassie meskipum memang begitu faktanya.

Cho nampak tak nyaman dengan situasi selarang. "Rose, Margaretta, sudahlah"

Rose kembali berkomentar, "apa kau sebegitu percaya diri dengan parasmu dan nama belakangmu ? oh. tentu kau tak memiliki rasa takut atau malu karena kakak atau ayahmu selalu ada dibelakangmu"

"maafkan aku. tapi bisalah kau tidak menyangkutkan keluarga dan nama belakangku ?"

"jangan mengelak ! itu fakta !" tambah Margaretta.

"gosip tanpa sumber tidak bisa disebut fakta"

wajah Margaretta tertertekuk. kedua alisnya hampir menyatu dan matanya menyipit menusuri setiap inci dari Cassie. mencari celah untuk menghinanya tapi gadis itu cukup sempurna.
"harusnya Wood dan Diggory menggunakan kaca mata supaya mereka tidak mudah tergoda olehmu"

"kami tau kau menggodanya !!" tambah Rose.

"apa yang sebenarnya kalian bicarakan ?" tanya Cassie mencoba tenang walau wajahnya sudah merah padam menahan emosi.

Different Side of MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang