Tak tunggu lama setelah percakapan itu berakhir, mark sudah sampai di apartemen milik chanisa dengan wajah berantakannya.
Chanisa menatap geram sang kekasih yang tengah berdiri di hadapan nya, wajah mark penuh dengan lebam, dan darah segar yang mengalir di beberapa titik, tidak parah. Tapi, cukup membuat wajah tampan mark terhalangi oleh bercak darah itu.
“Ayo, aku udah bawa kondom.” Ucap mark tersenyum polos menunjukan kondom yang sempat ia beli di minimarket depan.
“Duduk!” Perintah chanisa, menatap mark dengan tajam. Lalu melangkah mengambil kotak obat-obatan.
Mark yang merasa atmosfer sang kekasih kurang baik pun tak berkutik dan hanya menuruti keinginan kekasih nya, duduk di sofa.
Chanisa membawa kotak obat-obatan duduk di samping mark, mengeluarkan alkohol, Betadine, dan juga perban untuk mengobati luka mark.
“Sshh... Katanya mau ngewe.” Lirih mark di sela ringisan nya karena luka yang di bersihkan chanisa terasa begitu perih.
“Lo pikir gue mau ngewe sama orang penuh darah gini?! Kotor!!!” Chanisa menekan perban dengan kuat pada luka mark.
“Awwwhhh... Katanya gak akan marah.” Ucap mark, tak terima dengan perlakuan chanisa.