5. Terlalu Bahagia

9 1 0
                                    

Aku : Syila

Heart, Destiny and Hope

Yang pahit, tetaplah pahit.
Sebuah kopi tidak akan begitu nikmat ketika di beri gula yang banyak.
Cara yang terbaik menikmatinya adalah membuatnya pas sesuai selera

Masalah tetaplah masalah
Akan selesai, namun akan muncul lagi dan lagi
Mengapa tak pernah habis?
Sebab ini adalah kehidupan

Sepahit-pahinya masalah, tetaplah bertahan
Sebanyak apapun kopi pahit akan habis jika di nikmati
Namun kadang ampasnya akan tetap ada di dalam cangkir
Selepas itu, bertahanlah demi kesuksesan

Terlalu Bahagia

Akan menyeramkan jika kita terlalu bahagia. Tertawa terbahak-bahak, hingga akhirnya akan menjatuhkan air mata.
Akan lebih baik jika itu air mata kebahagiaan, bagaimana jika akhirnya menjatuhkan air mata pilu?
Kadang, ketika terlalu bahagia aku suka bertanya :

"Tak Mengapa jika kita sebahagia ini?"


Lama waktu berjalan, siapa yang kira Syila sudah berada di bangku XII SMA yang memasuki semester akhir. Memakai seragam putih biru dengan jilbab segitiga putih, berbaris di lapangan untuk mengikuti upacara bendera. Benar selama beranjak ke sekolah menengah atas aku memutuskan memakai hijab.

Hati yang kian baik membuat perasaan semakin cerah. Terlebih lagi aku satu atap sekolah dengan Samudra. Namun tak satu atap kelas. Aku berada di XII. Mipa 2 dan Samudra berada pada XII. Mipa 4.

"Tuhan jika yang baik adalah ini. tolong satu kelaskan aku dengan Samudra!" doaku kala itu ketika aku tau Samudra bersekolah di sekolah ini.

Segala yang terjadi adalah yang terbaik. Tuhan mengatakan jika bukan itu yang terbaik. Kami tak sekelas, anehnya kami bertukar atap. Awal aku berada di gugus 4 yang merupakan kelas Samudra yang sekarang dan Samudra awalnya berada di gugus 2 yang merupakan kelas aku yang sekarang.

Mungkin tuhan akan berkata jika "kamu tidak akan bisa fokus belajar, sebab kamu akan berfokus pada-nya saja. Pada hambaku saja!" mungkin saja.

Kami akan bertemu setiap hari tanpa bertukar kata ataupun saling sapa. Kami tidak lagi berkomunikasi melalui Facebook, sudah beberapa bulan sebelum kelulusan akun Facebook Samudra mati. Hingga saat ini tidak pernah aktif lagi dan kemudian aku mengganti profil Facebookku menjadi namaku sendiri dan data yang menunjukkan diriku. Kupikir tidak ada alasan untuk menunjukkan diriku.

Aku dapat merasakan jika kepopuleran Samudra tidak berhenti pada masa SMP-nya saja, akan terus berlanjut pada masa SMA yang katanya akan menyimpan segala kenangan bangku sekolah. Di masa putih abu-abu ini SMA menduduki jabatan ketua Osis dan sekaligus ketua dewan putra di organisasi Pramuka.

Secara ajaib aku dengan Samudra semakin akrab. Keberanian diri untuk mendekat secara perlahan dan terbuka kepada lingkungan sosial adalah titik balik dari hidupku yang dulunya mengurung diri.

Karena organisasi, terutama Pramuka adalah organisasi pertama dan satu-satunya hal yang membuat hidupku berbeda ketika SMP dulu. Membuatku untuk mengenal dan berteman dengan orang-orang yang berbeda.

Jika Samudra adalah ketua dewan putra dimasa jabatan kami maka aku adalah pemangku adat dewan putri saat itu. dengan kegiatan-kegiatan yang padat sejak menjadi anggota hingga sudah masa menjabat. Susah dan senang yang kami lalui bersama-sama sebagai anggota tim, membuat kami selalu saja bersama satu sama lain. yang membuat kami semakin hari semakin akrab. Hingga Samudra sering sekali ke rumah entah untuk berkunjung karena dirumahnya kosong atau membahas sesuatu di sekolah atau di organisasi.

Aku : Syila (Heart, Destiny and Hope)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang