「⚘┇𝒄𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝟑𝟓┆𝒏𝒐𝒕 𝒄𝒓𝒂𝒗𝒊𝒏𝒈」

1.2K 268 19
                                    

✩。:*•.───── ❁ ❁ ─────.•*:。✩

𝒎𝒊 𝒄𝒂𝒔𝒂

✩。:*•.───── ❁ ❁ ─────.•*:。✩

Kini umur kandungan [Name] sudah menginjak 6 bulan. Perutnya yang semula terlihat rata, sekarang sudah berubah menjadi buncit. Belum lagi belakangan ini ia semakin sering mendapatkan morning sickness . Hal yang wajar bagi seorang ibu hamil, tapi cukup membuat Toji kebingungan.

Apalagi, mood  [Name] yang mudah sekali berubah - ubah. Kadang ia bangun di pagi hari dengan senyum yang lebar, tetapi ketika menginjak tengah hari ia tiba - tiba akan terdiam dengan wajahnya yang terlihat sendu. 

Kadang - kadang [Name] juga menolak untuk memakan makanannya, dengan alasan tidak lapar atau tidak mood. Atau kadang kelakuannya sangat random. Seperti saat ini.

Sepasang suami istri itu tengah terduduk di sofa ruang tengah di temani Televisi yang menyala. Toji merasakan ada sepasang mata yang mengamatinya. "Kalau kau menatapku seperti itu, kau bisa membuat lubang di kepala ku" Serunya ketika mendapati ternyata sang istri yang menatapnya dengan intens.

"Kenapa aku merasa enggan menatap wajah mu, ya?" Tanya nya pada Toji yang berhasil membuat sang suami dilanda rasa kebingungan. "Tapi kau terus menatap ku sedari tadi?" Ujar Toji dengan nada kebingungan. " ugh, bahkan aku sekarang benci mendengar suaramu" ujar [Name] sembari menunjukkan wajah tak sukanya.

Melihat itu, berhasil membuat Toji membelak kaget. Tak lupa dengan bibirnya yang menganga. "A- apa kau tidak mencintaiku lagi?" ujarnya ketakutan. "Tidak tahu, aku mau tidur" Ujarnya sembari bangkit dari duduknya dan pergi menuju kamar.

"[Name], tapi itu bukan kamar kita?" Ujar Toji ketika ia melihat [Name] berjalan menuju kamar putri mereka, Tsumiki. "Aku tidak mau tidur denganmu" ujar [Name] dengan nada sinis dan meninggalkan sang suami yang memasang wajah bingung.

"[Na- name]?!"

Keesokan harinya, Toji bangun dari tidurnya dan memilih pergi menuju dapur. Matanya menangkap sosok sang istri yang tengah menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya. "Selamat pagi~" sapanya sembari melingkarkan tangannya di pinggang [Name].

"Toji, aku tidak nyaman" ujar [Name] sembari melepaskan tangan Toji dari pinggangnya. Kembali membuat Toji kembali terbelak. "Apa kau benar - benar tidak mencintaiku lagi?" Tanyanya sama seperti tadi malam. Bukannya menjawab, [Name] malah menyibukkan diri dengan bahan masakannya.

Melihat tingkah sang istri yang semakin menjadi, membuat Toji kini hanya bisa menghela nafas berat. Ia memilih meninggalkan [Name], mungkin ia butuh waktu untuk sendiri saat ini . Tiba saat waktu santap sarapan. [Name] menghidangkan berbagai macam lauk dengan semangkuk nasi di atas meja makan.

Ia kemudian memanggil kedua anaknya dan sang suami. "Mama tidak makan?" Tanya Tsumiki. [Name] kemudian hanya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. "Tidak sayang, mama sudah kenyang" Hanya di balas anggukan oleh Tsumiki kemudian gadis kecil itu melanjutkan kegiatan makannya yang tertunda. 

Sang Kepala keluarga pun ikut bergabung dengan keluarganya di meja makan untuk menyantap sarapan setelah membersihkan dirinya. Saat Toji berhasil mendudukkan dirinya, ia kemudian mendapati [Name] malah bangkit dari duduknya. "Makan yang banyak ya, mama mau pergi mandi" ujarnya kemudian pergi dari meja makan. 

Sekali lagi, Toji hanya bisa menghela nafasnya. Ia baru ingat bahwa dokter kandungan di rumah sakit pernah berkata bahwa wanita yang tengah mengandung itu sangat sensitive. 

Bahkan ia bisa membenci ayah dari si jabang bayi itu sendiri. Dikarenakan tubuh wanita berubah secara drastis dan hormon - hormonnya berfluktuasi, yang menyebabkan timbulnya rasa benci terhadap suami. 

Walaupun Toji merasa jengkel, karena ia tidak melakukan apa pun yang menurutnya salah. Tetapi mau bagaimana pun [Name] tengah mengandung buah hatinya. Ia pada akhirnya memutuskan untuk menghilang dari pandangan sang istri untuk sementara.

Sedangkan [Name] sendiri, kini tengah berusaha menyibukkan dirinya agar tidak bertemu dengan Toji. Ia banyak menghabiskan waktunya dengan melayani pelayan di Toko rotinya dan memanggang beberapa roti.

Ketika hari mulai larut, ia memutuskan untuk menutup tokonya dan segera menyiapkan makan malam untuk keluarga kecilnya. Ketika mereka tengah menyantap makan malamnya, mata [Name] tak sengaja melirik kursi yang biasa di tempati Toji kini kosong. 

Perlahan, rasa bersalah menghampiri dirinya. Ia merasa begitu jahat. Tetapi mau bagaimana lagi, ketika matanya menangkap sosok jangkung sang suami entah mengapa membuatnya sangat membencinya. 

Ketika mereka selesai dengan makan malam mereka, kedua buah hati [Name] memilih untuk tidur lebih awal, mengingat besok adalah hari senin. Detik demi detik, perasaan bersalahnya semakin membesar. Membuat hatinya di landa awan mendung. 

"Toji.."

Suara lirih [Name] memanggil nama sang suami yang tengah duduk di sofa dengan tangannya yang sibuk memencet remote tv. "hm? ada apa [Name]? apa kau mau menonton tv? Baiklah" ujar Toji sembari bangkit dari duduknya dan memilih pergi menuju kamarnya.

Ketika kakinya melangkah beberapa langkah, sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Yang pelakunya tak lain dan tak bukan adalah istrinya sendiri. "hm? kenapa [Name]?" Ujar Toji kebingungan, pasalnya ia mengira [Name] masih enggan dekat - dekat dengannya.

"huwaaa!" 

Tak lama kemudian, suara tangis yang berasa dari mulut [Name] terdengar. Air matanya pecah begitu saja membasahi baju bagian belakang milik Toji. Tanpa berpikir panjang lagi, insting suaminya dengan segera membalikkan tubuhnya dan mendekap tubuh sang istri. Walau sedikit terhalang dengan perut buncit milik [Name].

"sudah - sudah" ujar Toji sembari menepuk - tepuk pelan punggung milik sang istri guna menenangkannya. Setelah beberapa menit, akhirnya istrinya pun tenang dan berhenti menangis. 

"Ada apa hm?" ujar Toji dengan nada yang lembut. "maafkan aku huwaa" ujar [Name] malah kembali menangis. "Sudah, tidak apa - apa. Aku tidak pernah marah padamu" ujarnya. "Benarkah?" tanya [Name] di balas oleh anggukkan kepala.

Kemudian [Name] pun kembali memeluk tubuh sang suami. Yang kemudian di balas lagi dengan hangat oleh Toji. Keduanya berpelukan dalam diam saling menyalurkan rasa hangat di sertai kasih sayang tak terhingga.

"Apa kau sudah tenang?" Tanya Toji di jawab anggukkan oleh [Name]. Kemudian Toji berlutut hingga wajahnya sejajar dengan perut buncit milik [Name]. "Halo? jadi anak baik ya" ujar Toji sembari mengusap pelan perut buncit [Name].  Melihat itu, berhasil menghangatkan hati [Name].

"Kami tidak sabar dengan kehadiran mu di antara kami. Sehat - sehat ya"

✩。:•.───── ❁ ❁ ─────.•:。✩

𝒕𝒐 𝒃𝒆 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒊𝒏𝒖𝒆𝒅

✩。:•.───── ❁ ❁ ─────.•:。✩

 11 September, 2021 

 mi casa bentar lagi tamat nichhhh

【 mi casa 】 ;ft fushiguro toji.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang