bab 8

3.3K 179 3
                                    


Keily, Danna dan Recella beruntung karena tidak melihat amukan Spance sepenuhnya. Kabar penculikan Shynea dan Vanessa telah membuat Spance marah besar. Namun kalau dipikir lagi, tidak ada sasaran yang tepat bagi Spance untuk dijadikan sebagai kambing hitam selain dirinya sendiri. Shynea hanya tinggal bersama Vanessa dan jika terjadi sesuatu diantara mereka, maka Spance adalah satu-satunya orang yang patut untuk disalahkan. Lelaki itu terlalu sibuk dengan pekerjaannya di luar kota sampai-sampai tidak bisa menemani Shynea dan Vanessa. Persetan dengan kambing hitam, Spance harus melakukan sesuatu untuk dua saudaranya.
Sebelumnya Spance telah berbicara dengan polisi Herren. Polisi itu sudah merencanakan penyelidikannya dan sejauh ini kasus penculikan Shynea telah berkembang. Hanya saja Herren mendapat kabar dari para polisi yang bertugas melacak identitas dan tempat tinggal Jaxon kalau buronan itu membawa Shynea ikut serta bersamanya. Hal serupa membuat Spance semakin dibuat kewalahan. Terutama tekadnya untuk membunuh buronan itu juga semakin besar. Kalau sampai Shynea kembali dan sedikit saja ada yang kurang darinya, maka Spance bersumpah tidak akan segan-segan merogok leher buronan itu. Hanya saja untuk saat ini ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menjalani interogasi selama satu jam penuh.
“Baiklah, Mr. Lonard kami akan terus mengabarkan perkembangan kasusnya. Senang bisa bekerja sama dengan anda.”
Salah seorang polisi yang baru saja usai menjalankan proses interogasi menjabat tangan Spance. Ia mengizinkan Spance untuk meninggalkan ruangan dan kembali bergabung bersama Keily yang tengah duduk menunggu di ruang depan. Menutup pintu di belakangnya, Spance menghadapi Keily.
“Bagaimana interogasinya?”
“Sma sekali tidak membantu.” Nada suara Spance terdengar ketus dan dingin. Ia segera beranjak menuju tempat parkir dibuntuti oleh Keily. “Kalau saja ada pilihan, aku akan memilih untuk menangani kasus ini sendiri. Polisi itu hanya akan membuatku pusing dengan pertanyaan-pertanyaan tidak berguna itu.”
“Ya, tetapi kau juga tentunya tidak mungkin mendapatkan kabar kalau Shynea ikut pergi bersama buronan itu tanpa mereka. Dalam kasus penculikan ini, kita benar-benar membutuhkan bantuan polisi-polisi itu.” Keily terdengar menyakinkan.
Untuk malam ini, Spance terlalu lelah mendengar ocehan yang sama sekali tidak menetralisir rasa khawatirnya akan Shynea. Karena alasan yang sama, ia memilih untuk diam dan segera bergegas masuk ke mobil. Selagi Spance membuka pintu utama pada mobilnya, Keily masih saja membuntuti. Hal serupa membuat gerakannya seketika terhenti dan tatapan sinis itu kembali terarah pada Keily.
“Apa yang kau mau? Kenapa kau terus berdiri di belakangku?”
Tidak mau kalah, Keily ikut melayangkan pelototan sengitnya, kemudian menyeringai. “Tentunya seorang wanita tidak diperkenankan pulang selarut ini sendirian. Dan kita sama-sama tahu kalau aku terlalu takut untuk mengambil resiko itu.”
“Dengan kata lain kau mau menumpang di mobilku?” Suara Spance terdengar ketus namun ekspresinya datar.
“Yap.”
Spance mencibir muak sementara Keily hanya dapat melayangkan seringaian lebar. Inilah yang Spance benci. Disaat genting seperti ini, ia masih harus mempedulikan orang lain. Tetapi kalau dipikir-pikir Keily adalah sahabat dari kakaknya. Dan Spance sadar betul betapa defensifnya Shynea bila menyangkut masalah sahabatnya. Bahkan Shynea tidak akan pernah segan untuk menendang bokong Spance jika saja lelaki itu berani bersikap tidak sopan pada seorang wanita. Hal terakhir yang diinginkan Spance adalah mengusir Keily dan membiarkannya kembali ke rumah seorang diri.
“Jangan bersikap seperti itu, Spance! Bagaimanapun aku juga telah membantumu dalam kasus ini. Kau yang memintaku untuk mempertemukanmu dengan polisi itu dan sekarang kau tega membiarkan aku pulang sendirian?”
Benar juga.
Bagaimana Spance bisa lupa kalau dirinyalah yang meminta Keily untuk menemaninya bertemu dengan Herren? Mungkin masalah penculikan Shynea sudah membuyarkan seluruh isi otaknya dan dalam hitungan detik Spance hanya perlu menunggu giliran otaknya untuk meledak. Persetan dengan Keily. Satu-satunya yang ia rindukan saat itu adalah ranjang tidur. Semakin cepat ia mengantar wanita itu akan semakin cepat juga ia bisa beristirahat.
“Terserah apa katamu. Kalau kau masih mau berdiri disini, aku akan meninggalkanmu.”
Tak memperpanjang waktu, Keily bergegas mengitari mobil kemudian menempati tempat duduk lain di mobilnya. Mengingat hari akan segera larut, Spance segera menstater mobil kemudian melaju dengan kecepatan tinggi di jalan lepas. Selagi lelaki itu mengendarai mobilnya, Keily hanya bergeming memperhatikan jalanan. Pemikiran akan ucapan Shynea tebesit dalam benaknya. Jika Shynea pernah mengatakan kalau Spance terlalu bersikap kekanak-kanakan, Shynea tidak pernah salah. Keily mendukung asumsi itu. Spance memang terlalu kekanak-kanakan dalam menghadapi masalah ini. Ia turut prihatin melihat betapa tidak siapnya Spance menghadapi masalah ini. Lelaki itu terlalu disibukkan oleh pekerjaannya dan Keily yakin kalau saja Spance tidak lebih tangguh, mungkin kepalanya benar-benar akan meledak. Tidak ada yang dapat membantunya. Spance tentunya tidak memiliki keluarga lain dan satu-satunya yang bisa diharapkan hanyalah penyelidikan dari polisi itu.
Somoga saja semua ini tidak sia-sia.

Salvation From An EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang