3. He Wasn't

640 56 28
                                    

Ava's POV

"Berapa lama waktu yang kau butuhkan untuk sampai ke Stanford? Kok cepat sekali?" Tanyaku pada Michael sementara dia tetap menyetir.

Michael ternyata menjemputku dan dia mencari alamat Stanford lewat Google. Anak kuliahan itu berbeda dengan anak SMA dan SMP. Tidak banyak yang tahu siapa aku dan siapa Michael (atau mungkin mereka biasa saja saat melihat kami), tapi ada juga yang tahu dan minta berfoto bersama dengan kami - tentunya tidak secara fangirling. Jadi kami tidak perlu repot-repot kabur dan menyamar karena takut dikejar-kejar fans.

Michael menoleh padaku dan terkekeh, "Tiga jam."

"SECEPAT ITU?!" Aku histeris kaget. Ini gila. Waktu tempuh yang normal dari Los Angeles ke San Fransisco adalah 5 jam. Dan dia sampai kemari ... Michael sangat gila.

Michael tertawa, "Kau tidak percaya?"

"Tidak. Itu gila." Jawabku menggelengkan kepala.

"Aku takut kau sudah pulang kalau 5 jam, makanya aku naikkan kecepatan sampai full. Jalan tol juga sepi." Jelas Michael tanpa melepas pandangan ke depan.

"Untung saja Mr. Benzedrine memanggilku dulu tadi." Aku tertawa.

Michael menoleh padaku dengan kedua alisnya yang tertaut, "Mr. Benzedrine?"

"Mr. Benzedrine itu salah satu dosen di Stanford untuk jurusan Manajemen Bisnis. Aku tidak tahu sih, tapi dia tadi tidak sengaja lewat di depan dia lalu Mr. Benzedrine memanggilku." Kataku. Mengingat Mr. Benzedrine, aku jadi aneh sendiri.

"Lalu dia ada urusan apa denganmu?"

"Dia menanyakan hal-hal seperti, nama, asal tempat tinggal dan lain-lain. Kurasa itu cukup lama - sekitar 45 menit. Barulah aku pergi ke kantin." Jawabku dengan malas. Memang, aku kesal sekali saat ditanya-tanya terlalu lama seperti tadi.

"Well, terimakasih Mr. Benzedrine telah menahan Ava untuk kedatanganku!" Michael tertawa sejadi-jadinya. Oh, sangat jahat.

"Untung saja aku diam di kantin lama!" Aku mendengus.

Michael tertawa dan menggelengkan kepalanya. Selanjutnya, kami diam ditemani Underclass Hero dari Sum 41. Ini lah nilai plusnya, aku dan Michael punya selera musik yang sama.

"We are the ellite of just alrig-"

"Ava, ada kedai pizza!" Seru Michael menginterupsi nyanyianku.

Oh dia tidak bisa diam kalau melihat gambar pizza. Aku mengangguk padanya tanda 'ya sudah boleh' karena tidak perlu ditanya lagi aku sudah tahu dia ingin mampir.

"Aku menunggu di mobil saja." Kataku saat mobil sudah terparkir.

"Oh tidak, tidak. Kau ikut turun bersamaku." Michael menggelengkan kepalanya beberapa kali.

"Kenapa?"

"Aku ingin masuk bersamamu, biar orang-orang tahu aku sedang bersama pacarku. Aku ingin orang-orang tahu kau yang cantik ini adalah pacar Michael Clifford." Balasnya. OH ANTARA FANGIRLING DAN TERSIPU MALU. Aku adalah penggemar paling beruntung sedunia.

Akhirnya aku menyerah karena wajahku yang merah ngeinsyaratkan kelemahan. Michael tak mau melepaskan tangannya dari pinggangku dan berhasil seluruh isi kedai pizza memandang kami. Aku tidak peduli, aku bahagia seperti ini. Kalau bisa, selamanya saja.

Pesanan sudah beres, Michael menenteng dua kardus pizza. Ada juga yang minta berfoto bagi yang mengetahui kami siapa.

***

Aku membuka pintu apartemen yang baru kutinggali selama 3 hari. Michael mengikuti dari belakang dan menutup pintu.

Sementara aku menyimpan tasku, Michael, dengan begitu mandirinya - menaruh kardus pizza dan pergi ke arah nakas-nakas dapur. Seperti sudah tinggal di sini selama bertahun-tahun.

My Alien [m.c] • sequelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang