PLUVIA 6 : SIAL 2.0

0 1 0
                                    

Sontak semua yang ada di meja makan menatap kaget atas permintaan yang diajukan oleh Mavrick. Marlo pun sedikit menarik napas dan memberikan jeda sebelum ia berucap kepada putranya itu.

"Buat apa sih Mav?. Papa nggak suka ya kalo kamu mabuk, kebiasaan loh kamu kalo mabuk pas pulang-pulang malah rusuh banget. Yang ngigau lah, yang muntah lah, belom lagi kalo ngamuk-ngamuk nggak jelas".

" Ish, Mavrick janji nggak kayak gitu lagi pah. Kan Mavrick dah bilang nggak bakal minum banyak. Jadi Mavrick jamin nggak bakal sampe kayak gitu. Suer". Balas Mavrick sembari mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya bersamasn tanda bahwa ia sungguh-sungguh dengan ucapannya.

"Oke deh, papa sih gak jamin kalo kamu nggak minum banyak. Jadi buat antisipasi, kamu ajak Clarissa buat ngawasin kamu".

Clarissa pun menoleh saat namanya ikut terseret dalam pembicaraan ayahnya dan abang tirinya itu. Ia seolah kaget sekaligus bertanya-tanya buat apa dia mengawasi Mavrick, toh dia juga sudah pandai menjaga diri.

" Apaan sih pa, Mavrick udah gede loh. Buat apa juga Mavrick ngajakin Clarissa, yang ada Mavrick entar repot kalo dia tiba-tiba digodain cowo brandal di sana".

Seperti halnya Mavrick, Clarissa pun mengangguk setuju dengan pernyataan abangnya tadi. Toh Clarissa nggak mau repot-repot harus berurusan dengan lelaki brengsek saat disana nanti. "Iya yah, Clarissa setuju sama abang. Emang ayah nggak khawatir kalo misalnya aku digodain sama cowo-cowo nggak jelas?".

Marlo sedikit berpikir sejenak sebelum akhirnya memberikan putusan terakhir atas permintaan anak lelakinya tadi. " Yaudah mending kamunya nggak usah pergi Mav. Toh kamu juga nggak rugi kalo bawa Clarissa, itung-itung dia nanti yang nyupirin kamu kalo kamunya mabuk berat. Dan buat Clarissa, kamu nggak usah khawatir nak kan ada abangmu. Kalo ada yang berani macem-macem sama kamu, nggak mungkin kan Mavrick diem aja. Ya nggak Mav? ".

Karena ia kehabisan akal untuk meladeni argumen papanya itu, akhirnya Mavrick mau tidak mau harus mengajak Clarissa sebagai tiket izin dari papanya. " Yaudah deh iya aku ajak dia pa".

Belom sempat Clarissa memberikan protes terhadap putusan sepihak abangnya, ia keburu dibungkam dengan kata-kata Mavrick. "Buruan siap-siap. Awas aja entar kalo malah lo yang nyusahin". Mavrick pun melangkah pergi menjauhi meja makan diiringi Clarissa dibelakangnya yang sudah bersungut-sungut tak suka padanya.

" Mas, beneran nggak papa kalo Clarissanya diajak ke club sama Mavrick ? ".Kali ini giliran Tasya yang menyuarakan kekhawatirannya akan Clarissa.

" Udah kamu nggak usah khawatir, kan ada Mavrick yang jagain dia". Balas Marlo tak kalah enteng.

Disisi lain rumah, Clarissa sudah mencak-mencak didalam kamar Mavrick. Ia benar-benar tak suka dengan sikap Mavrick yang terlalu semena-mena dengannya. Bagaimana tidak, seorang Clarissa yang dikenal anak baik tiba-tiba saja diajak ke club yang jelas-jelas bukan ranah tempatnya bermain.

"Lu gila ya?. Please-lah nggak usah egois apa-apa kudu gue yang kena getahnya juga. Lo nggak mikir gimana nanti kalo gue kenapa-kenapa disana? ".

" Gak usah banyak omong, toh faktanya kagak ada tuh palingan yang mau ngapa-ngapain lu. Lagian kalo lo diapa-apain sama orang, bisa gue pastiin  orang itu pasti gue". Jawab Mavrick yang semakin membuat Clarissa naik pitam.

"Heh cowo brengsek cap kadal salto, nggak usah sok deh lo depan gue. Pake gegayaan bilang bisa ngapa-ngapain gue".

Mavrick pun mendekat kearah Clarissa, ia mengikis jarak antar keduanya. Dan wajahnya berhenti tepat didepan wajah Clarissa. Clarissa dapat mencium aroma segar mint yang keluar dari mulut pria dihadapannya itu.

PLUVIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang