PLUVIA 7 : MAU BERDAMAI?

0 1 0
                                    

Rumah kediaman keluarga Antharesia, bandung 07.13 AM

Nampak jelas kedua pasang anak manusia itu masih asik bergumul dengan kenyamanannya masing-masing. Tak ada dari mereka yang terusik dengan kehadiran yang lain. Sinar matahari pun masuk melalui kaca jendela dan langsung saja  menyapa netra coklat milik Mavrick yang masih saja mengeratkan pelukannya pada Clarissa.

Ia terbangun karena silaunya sinar mentari pagi, butuh sedikit waktu baginya untuk menyesuaikan matanya dengan keadaan sekitar. Saat matanya tengah menyisir sekeliling kamarnya, mata pria itu terpaku pada sosok yang kini masih dalam pelukannya. Dilihatnya gadis itu tenang dalam tidur manisnya.

Ia tak menduga, ternyata gadis dihadapannya benar-benar memiliki pesona yang luar biasa hebatnya. Terbukti dari tatapan pria itu yang sama sekali tak mau mengalihkan pandangannya barang sedetik pun. Ia memuji kecantikan gadis itu, walaupun sedang tidur tak pernah sedikitpun auranya berkurang.

Kegiatannya yang meneliti wajah gadis itu terhenti saat mata keduanya bertemu, cukup lama sampai keduanya benar-benar terhanyut dengan pesona lawannya masing-masing. Mavrick pun memutus kontak keduanya sembari memberikan senyuman manis kepada Clarissa.

"Pagi dek, gue akuin sih lo cantik kalo diem mulu kayak gitu". Pujinya pada gadis yang saat ini tengah berusaha kuat menyembunyikan semburat malu diwajahnya.

Entah dapat bisikan darimana, tiba-tiba saja Mavrick mencium pucuk kepala Clarissa. Hanya sesaat, namun berhasil membuat jantung Clarissa bergemuruh tak katuan. Ciuman itu meninggalkan kehangatan yang tak hanya Clarissa rasakan di dahinya namun juga pada hati kecilnya.

" Udah cukup ya berantemnya, gue capek 2 hari berturut-turut harus adu mulut sama lo mulu. Mau berdamai? ". Tawar Mavrick dengan tatapan kesungguhan yang membuat tanya besar dalam benak Clarissa. Ada apa dengan Mavrick yang sekarang?.

Lama bagi Mavrick menunggu jawaban dari Clarissa, ia tak bercanda dengan ucapannya barusan. Berurusan dengan Clarissa lumayan membuatnya lelah dari segi fisik maupun mental. Mavrick pun berdecak kesal kepada Clarissa yang sama sekali tak menunjukkan responnya pada ucapan yang baru saja Mavrick lontarkan kepadanya.

"Ck, terserah deh kalo lo maunya kita musuhan terus. Yang pasti, gue capek kalo harus ladenin lo yang dikit-dikit sensian sama gue".

Clarissa yang sedari tadi berdebat dengan dirinya sendiri pun tersadar dan tertarik kembali pada dunianya yang sekarang. Langsung saja ia menarik tangan Mavrick untuk meminta perhatiannya.

" Iya gue mau. Tapi lo janji ya nggak bakal jailin gue mulu?. Capek tau terus-terusan lo gituin! ". Ucap Clarissa sembari menyodorkan kelingkingnya untuk mengajak Mavrick melakukan janji kelingking.

" Iya gue janji". Setelah itu keduanya pun melakukan janji kelingking. Saat Clarissa akan beranjak pergi ke kamarnya dan bersiap untuk kesekolah, suara Mavrick berhasil mengalihkan perhatiannya hingga membuatnya berputar dan menghadap kembali kearah laki-laki tersebut.

"Yahhhh lu mah nggak adil. Masa lo dapet ciuman dari gue tapi gue gak dapet ciuman dari lo". Rajuk Mavrick sembari menunjukkan cengiran kuda dibibirnya. Mimik wajah Mavrick berubah sesaat setelah mendapat tatapan tajam dari Clarissa.

" Iya-iya, elah bercanda aja pake diseriusin sih".

Saat ini Mavrick tengah duduk bersama mamanya di meja makan, papanya sudah pergi dari subuh tadi. Bahkan tidak sempat untuk memakan makanan yang disediakan oleh Tasya, dengan alasan dirinya mendapat telpon bahwa perusahaan miliknya akan mengadakan rapat dadakan bersama beberapa pengurus perusahaan lainnya.

Cup

Mavrick yang tengah menyantap roti lapis isi dagingnya dibuat kaget dengan ciuman mendadak di pipi kanannya. Saat ia menoleh, tampak seorang gadis dengan ikat rambut ekor kuda miliknya sudah berdiri tepat disamping dirinya.

PLUVIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang