Happy reading
***Kejadian kemarin menjadi pelajaran berharga bagi Tika, kini emosinya telah lebih stabil dan membaik. Ia sadar, jika perasaannya kepada Ghalib semakin dalam akan membuatnya semakin sakit.
"Good morning Mom!" sapa Tika kepada Santi yang tengah sibuk menyiapkan sarapan pagi.
"Pagi juga, eh tumben kamu keliatan seneng gini ada gerangan apakah itu?" goda Santi sambil mencolek pinggang gadisnya.
"Ih Mama geli."
"Kamu jadian ya sama Al?" terka Santi yang membuat Tika membulatkan mata sempurna.
"Apaan sih Ma, aku itu bahagia karena aku bahagia aja. Lagian ogah banget aku pacaran sama makhluk mitologi itu," cercah Tika dengan sorot mata malas.
"Ah masa?"
"Ih Mama udah kena virus tetangga sebelah yang kang kepo sama julid."
"Lambe mu Ndok."
"Haha yaudah sini aku bantuin Ma," alih Tika yang langsung diiyakan oleh Santi.
"Nih!" jawab Santi sambil menyerahkan semangkuk nasi goreng panas.
"Siap Ma."
Setelah menyiapkan menu sarapan, buru-buru mereka mulai menyantapnya dengan begitu lahap. Terutama Tika, yang kini nafsu makannya mulai kian membaik.
"Oh iya sayang, mulai besok sampai satu minggu ke depan Mama ada kerjaan di luar kota. Jadi kamu sendirian dir rumah, gapapa kan?" sahut Santi yang mulai membuka suara ditengah aktivitas sarapan mereka.
"Eh kok dadakan banget, Ma?" tanya Tika dengan tangan yang hampir menyuap nasi.
"Sebenarnya udah planing dari satu bulan lalu, tapi Mama lupa mulu kasih tahu kamu. Oh iya buat jaga-jaga Mama juga udah suruh Al buat anter-jemput kamu, terus juga udah Mama sewa suster buat jagain kamu selama Mama ngga ada," jelas Santi.
"Ih Mama ngapain sih ribet-ribet gitu, padahal cuma ditinggal seminggu doang. Lagian ngapain kudu nyuruh Al sih Ma, kan kita ada sopir?"
"Kan sopir kita Mama bawa juga sayang."
"Oh gitu, yaudah deh terserah aja yang penting Mama jangan lama-lama disitu."
"Iya sayang, yaudah buruan dihabiskan sarapannya! Nanti siang ada lunch bareng sahabat Mama, kamu ikut ya?"
"Okay."
***
Kini Tika tengah bersiap-siap untuk ikut bersama Santi bertemu sahabatnya. Tampak grasak-grusuk terjadi ketika Tika memilih baju yang akan ia kenakan."Aduh baju mana ya yang cocok, yang ini udah sering banget gue pake, ini warnanya ngejreng banget, ini kependekan," gumam Tika yang tengah sibuk mencocokkan baju di depan cermin.
"Nah ini kayaknya lumayan," sambungnya yang menemukan baju yang pas untuk ia kenakan nanti.
Menghabiskan waktu hampir setengah jam untuk bersiap-siap, akhirnya Tika selesai dan segera turun kebawah. Kini ia mengenakan dress lengan panjang selutut berwarna jingga seperti buah peach. Tak lupa sedikit polesan make-up natural dengan rambut bergelombang menambah aura kecantikan Tika.
"Ini serius anak Mama?" tanya Santi yang kagum melihat anak gadisnya yang begitu cantik siang ini.
"Iya lah Mam, kenapa aku ngga cocok ya pake ginian?"
"Kamu cantik sayang, mama kangen kamu yang seperti ini," goda Santi yang membuat Tika malu-malu.
"Ah Mama bisa aja."
"Ya udah kita berangkat sekarang ya, takut mereka udah nunggu disana." ucap Santi mengalihkan pembicaraan, kemudian di-iyakan oleh Tika. Tak selang beberapa menit mobil yang mereka tumpangi melesat berbaur dengan padatnya kota siang itu.
***
KAFE PANCORANTika dan Santi telah sampai di tempat tujuan, tampak suasana kafe yang begitu sesak oleh hiruk-pikuk muda mudi yang sekedar singgah atau nongkrong disana.
"Ma, rame banget kafenya," ucap Tika yang membayangkan betapa sesaknya suasana di dalam.
"Tenang, kita bakal lunch di ruang vvip kok," jawab Santi yang mengerti akan pemikiran Tika.
"Oh gitu, okay Ma."
Tak berapa lama setelah melakukan konfirmasi dengan kasir, akhirnya mereka diantarkan menuju tempat tujuan oleh salah satu pelayan.
"Terimakasih Mbak!" ucap Santi berterimakasih.
"Sama-sama Bu, Kak! Saya izin pamit dulu." jawab sang pelayan kemudian pamit untuk kembali ke tempat kerjanya.
"Wah gila, keren banget arsitekturnya. Minimalis tapi bikin nyaman, apalagi kursi-kursinya. Ngga nyesel kali ini aku ikut sama Mama," sahut Tika dengan manik mata yang bersinar menatap satu demi satu dekorasi yang berada di ruangan itu.
"Oh jadi selama ini kamu nyesel ikut Mama ketemu temen-temen Mama?"
"Eh engga gitu maksudnya Ma, cuma kalo yang dulu itu masak kita dinner di kafe buat eyang-eyang. Musiknya jadul semua bikin ngantuk, kalo ini kan kafe anak muda. Kekinian banget," jelas Tika.
"Haha iya soalnya yang punya kafe ini temen Mama."
"Wah gila keren banget sih!"
Tak berselang lama, tampak seorang wanita paruh baya dengan wajah yang masih begitu cantik dan terlihat sangat fashionable menghampiri Santi.
"Halo Jeng, apa kabar?" sapa wanita itu ramah dan sangat antusias seperti sudah tidak bertemu puluhan tahun.
"Halo juga Jeng, kabarku baik. Kalau kamu gimana?" ucap Santi tak kalah ramah.
"Seperti yang dilihat, alhamdulillah sehat walafiyat," jawab wanita itu.
"Oh iya Jeng, kenalin ini anak gadis ku namanya Tika! Tika kenalin ini Tante Bunga!" ujar Santi memperkenalkan Tika kepada sahabatnya.
"Salam kenal Tante," sapa Tika malu-malu sambil menyalami wanita paruh baya itu.
"Ah iya, sudah besar ya kamu. Perasaan dulu waktu kamu dibawa Santi ke rumah Tante yang di Puncak, kamu masih di bedong."
"Haha masih inget aja kamu!"
"Masih dong, kan karena kamu pinjemin aku anak kamu aku jadi punya brojolan juga!"
"Eh iya kenalin juga anak lanangku," sahut wanita paruh baya itu sambil memanggil anaknya yang berada di luar.
"Ghalib!"
"Nah, ini anakku namanya Ghalib!" ucap wanita itu sambil menunjuk ke arah seorang lelaki muda di sebelahnya, dan dia adalah...
Deg...
"L-lo..." gumam Tika dengan jantung yang kini bekerja dua kali lipat. Ya, itu adalah Ghalib-mantannya.
"Tika?!" ucap Ghalib yang tidak kalah terkejut.
"Lah kalian udah saling kenal toh, Ndok?" tanya wanita paruh baya itu.
"Hum e-engga kok Tan, cuma kebetulan aja," jawab Tika kikuk.
"Owalah gitu, Tante kira kalian udah saling kenal atau mungkin udah ada hubungan gitu," sahutnya.
"Apaan sih, Ma!" tukas Ghalib.
"Oh iya Ma, Tan, Tika izin ke toilet dulu ya," ucap Tika sopan walau sebenarnya perasaannya kini kembali kacau.
"Oh iya-iya, kamu tau dimana toiletnya? Atau mau dianterin Ghalib?"
"Eh ngga usah Tan, Tika tau kok," jawab Tika kemudian dengan segera ia meninggalkan ruangan itu, disusul oleh Ghalib dari belakang.
***
TBC
Update sesuai mood:)
![](https://img.wattpad.com/cover/284103232-288-k692835.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIGONOME(TRY)
Ficção AdolescenteTipe ideal idaman semua kaum hawa adalah pintar, berbakat dan tentunya sangat cantik. Namun, semua itu tidak berlaku bagi seorang Aurelia Tika Gemilang. Justru ia sangat membenci kelebihan yang diberikan Tuhan itu, karena membuat semua orang yang de...